dc.description.abstract | Pemerintah mentargetkan produksi benang sutera nasional sebesar 2.000 ton selama Pelita VI
Untuk memenuhi peluang pasar produk sutera yang tinggi baik di dalam maupun luar negeri. Kabupaten Sukabumi sendiri akan mengembangkan tanaman murbei seluas 2.106,06 hektar. Upaya ini didukung dengan adanya pabrik pemintalan benang sutera modern di Sukabumi, yang sampai saat ini tidak beroperasi karena kekurangan bahan baku kokon dari petani. Petani akan mengusahakan sutera alam jika usaha tersebut memberikan keuntungan yang lebih baik daripada usahatani tanaman lain. Masalah ini menuntut kebijakan yang mendorong petani untuk mengembangkan persuteraan alam melalui usahatani murbei dan ulat sutera.
Tujuan penelitian ini adalah mempelajari keragaan kegiatan usahatani sutera
alam di Kabupaten Sukabumi, menentukan pola usahatani sutera alam dan komoditas selain sutera
alam yang optimal melalui pendekatan wilayah di Kabupaten Sukabumi dan menganalisis kebijakan
pengembangan persuteraan alam berdasarkan hasil optimalisasi usahatani sutera alam.
Penelitian ini dilakukan pada bulan September dan Nopember 1996 di wilayah pengembangan persuteraan alam Kabupaten Sukabumi, Jawa Baral yang sengaja dipilih karena Kabupaten Sukabumi telah lama mengenal dan mengusahakan sutera alam serta terdapat pabrik pemintalan benang sutera alam modern yang bermitra dengan petani untuk memperoleh bahan baku kokon. Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder dari petani, pabrik pemintalan, dan instansi terkait. Untuk analisis
optimasi, data disusun berdasarkan aktivitas dan lajur kendala serta fungsi tujuan, dan diolah dengan program ABQM.
Usaha sutera alam dilakukan sebagai usaha keluarga dan bersifat sebagai usaha sampingan. Usahatani
murbei dilakukan secara tumpangsari dengan sayuran atau palawija, yang menambah pendapatan petani untuk menutup biaya investasi, karena pada periode itu tanaman murbei belum berproduksi secara optimal. | id |