Show simple item record

dc.contributor.advisorIbrahim, Bustami
dc.contributor.advisorTrilaksani, Wini
dc.contributor.authorNurmaida, Nurmaida
dc.date.accessioned2023-10-30T13:46:46Z
dc.date.available2023-10-30T13:46:46Z
dc.date.issued2023
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/129151
dc.description.abstractMinyak ikan merupakan sumber gizi penting asam lemak tak jenuh ganda atau long-chain polyunsaturated fatty acids (LCPUFA), khususnya eicosapentaenoic acid (EPA, C20:5 n-3) dan docosahexaenoic acid (DHA, C22:6 n-3) bagi kesehatan manusia. Mata tuna memiliki kandungan DHA yang tinggi dan unggul dibandingkan minyak dari jenis ikan yang lain. PUFA tinggi tersebut menyebabkan minyak mata tuna rentan mengalami kerusakan oksidatif. Astaxanthin sebagai pigmen karotenoid diketahui memiliki aktivitas antioksidan kuat, dan mampu menghambat peroksidasi lipid penyebab kerusakan oksidatif. Penelitian ini bertujuan untuk (1) menentukan perlakuan pemurnian terbaik dalam mereduksi bilangan peroksida minyak mata tuna (Thunnus sp.); (2) menentukan aktivitas antioksidan astaxanthin dan konsentrasi terbaik astaxanthin udang (L. vannamei) terhadap minyak ikan mata tuna (Thunnus sp.) selama penyimpanan; (3) menentukan karakteristik mikrokapsul terpilih sediaan minyak ikan mata tuna dan astaxanthin udang (L. vannamei). Penelitian ini terdiri dari empat tahap: 1) ekstraksi menggunakan metode cold centrifuge separation dan pemurnian minyak ikan menggunakan metode bleaching magnesol XL; 2) ekstraksi astaxanthin udang menggunakan metode enzimatik; 3) formulasi dan stabilisasi minyak ikan selama penyimpanan menggunakan metode schaal oven test; dan 4) Mikroenkapsulasi dan kapsulasi menggunakan metode spray drying dan enkapsulasi manual. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap faktorial (RALF) dengan analisis ragam atau analysis of variance (ANOVA) dan dilanjutkan dengan uji lanjut Duncan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemurnian dengan perlakuan netralisasi NaOH 16°Be dan bleaching magnesol 5% merupakan perlakuan terbaik dengan nilai bilangan peroksida adalah 4,12±0,82 meq/kg; FFA 0,33±0,08%, P-anV 2,83±0,22 meq/kg, dan totoks 11,08 ±1,62 meq/kg. Semua parameter uji oksidatif telah memenuhi yang dipersyaratkan CODEX 2017. Aktivitas antioksidan astaxanthin udang teruji sangat kuat dengan IC50 14,14 ppm menggunakan metode 2,2'-azinobis 3-ethylbenzothiazoline- 6sulfonic acid (ABTS). P3 (0,6% astaxanthin) merupakan konsentrasi terbaik terhadap stabilitas minyak mata tuna berdasarkan nilai asam lemak bebas, bilangan peroksida, bilangan anisidin, total oksidasi dengan nilai terkecil selama 60 hari masa penyimpanan. Mikrokapsul terpilih adalah P3 dengan nilai efisiensi enkapsulasi 91,76±0,02%, kadar air 30±0,01% dan rendemen 23,47±0,27%; memiliki karakteristik bentuk bulat (spherical) sempurna dengan permukaan halus, ukuran dan nilai distribusi partikel berurutan adalah 2,914±1,49 μm dan 50,99%. Proporsi omega-3, EPA dan DHA minyak ikan dan mikrokapsul berturut-turut adalah (8,00;30,19%) dan (6,04;20,09%).id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.titleStabilitas Sediaan Suplemen Omega-3 Minyak Ikan Mata Tuna (Thunnus sp.) dan Astaxanthin Udang (L.vannamei).id
dc.title.alternativeStability of Omega-3 Supplements based on Fish oil Tuna (Thunnus sp.) eyes and Shrimp Astaxanthin (L. vannamei)id
dc.typeThesisid
dc.subject.keywordantioxidantid
dc.subject.keywordformulationid
dc.subject.keywordhydroperoxideid
dc.subject.keywordmicrocapsulesid
dc.subject.keywordoxidationid


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record