Show simple item record

dc.contributor.authorSetiawan, Trisnandar
dc.date.accessioned2010-05-05T12:33:53Z
dc.date.available2010-05-05T12:33:53Z
dc.date.issued2005
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/12869
dc.description.abstractSalah satu sub sektor pertanian yang mempunyai peranan penting dalam menunjang perekonomian Indonesia adalah perkebunan. Pada tahun 2002 sektor perkebunan memberikan kontribusi sekitar 15.88% dari keseluruha n sektor pertanian atau berada pada urutan kedua penyumbang PDB sektor pertanian. Komoditas teh merupakan salah satu dari beberapa komoditas perkebunan yang turut memberikan kontribusi cukup besar dalam menghasilkan devisa. Pada tahun 2002 komoditas ini komoditas teh berhasil menyumbang sebesar Rp. 91.8 milyar. Selain dapat meningkatkan devisa sektor ini juga bisa menjadi jawaban untuk menanggulangi masalah tingginya tingkat pengangguran karena sektor ini sebagian besar bersifat padat karya (Spillane, 1992). Melihat cukup besarnya kontribusi yang dihasilkan komoditas ini, maka adalah sangat penting untuk menjaga agar komoditas ini bisa terus dipertahankan bahkan ditingkatkan. Maka untuk menunjang tujuan tersebut diperlukan adanya studi-studi untuk bisa mengembangkan komoditas ini. Permasalahan klasik ekspor produk pertanian Indonesia ke pasar internasional selalu berulang, tak terkecuali dengan teh. Komoditas yang menjadi salah satu andalan ekspor Indonesia ini masih dihadapkan pada setumpuk masalah. Perkembangan ekspor teh Indonesia ke mancanegara terlihat cenderung berfluktuasi. Hal ini diperkirakan terjadi karena berbagai faktor antara lain misalnya di tengah persaingan negara-negara produsen dalam meningkatkan produksinya di sisi lain terjadi hal berkebalikan. Selama periode tahun 2000 dan 2001, Badan Pengembangan Ekspor Nasional (BPEN) mencatat perkembangan tingkat konsumsi teh ternyata malah menurun sekitar 0.86% menjadi oversupply yang biasanya diserap tahun berikutnya. Tingginya surplus ini telah membuat persaingan antar negara produsen semakin ketat dan menekan harga teh hitam hampir di berbagai tempat lelang, kecuali di Sri Langka dan bangladesh. Harga rata-rata di Jakarta mengalami penurunan sebesar 19.12 % selama kurun waktu 2000-2001. Pada masa krisis volume ekspor teh hitam Indonesia malah cenderung menurun padahal dari sisi produksi cenderung relatif stabil. Berarti terdepresiasinya nilai rupiah hanya merupakan bagian dari masalah krisis ekonomi yang memang kompleks. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah: 1. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi, permintaan domestik, ekspor, dan harga teh hitam Indonesia dan seberapa besar pengaruhnya 2. Menganalisis pengaruh krisis terhadap perdagangan teh hitam Indonesia Sebagai bahan analisa dalam penelitian ini digunakan data-data sekunder berupa deret waktu (time series). Data time series digunakan dari data tahunan selama 25 tahun antara tahun 1979 sampai dengan 2003. Data-data tersebut diperoleh dari Biro Pusat Statistik (BPS), Departeme n Perindustrian dan Perdagangan, Asosiasi Teh Indonesia (ATI), dan Internasional Monetary Fund (IMF). Penelitian-penelitian terdahulu juga digunakan sebagai sumber data sebagai pelengkap data yang diperlukan.Langkah pertama yang dilakukan dalam penelitian yang menggunakan model ekonometrika adalah spesifikasi model. Spesifikasi model dilakukan untuk menjelaskan hubungan antar variabel dalam bentuk matematika sehingga fenomena ekonomi dapat dieksplorasi secara empiris spesifikasi model meliputi penentuan peubah penjelas yang terkandung dalam model, tandaan besar koefisien parameter fungsi, dan bentuk matematis model (jumlah persamaan, linier atau non linier, dan lain-lain). Model ekonometrika dalam persamaan ini adalah model persamaan simultan, dimana beberapa variabel dalam setiap persamaan yang membentuk seri persamaan menunjukan saling ketergantungan. Dalam penelitian ini dibuat empat persamaan simultan yaitu produksi, permintaan domestik, penawaran ekspor, dan harga ekspor teh hitam Indonesia. Berdasarkan pendugaan model persamaan yang telah dilakukan, maka langkah selanjutnya adalah pengidentifikasian untuk menentukan metode estimasi. Identifikasi model dengan persamaan simultan berdasarkan order condition. Dari hasil identifikasi yang dilakukan diketahui hasil bahwa semua persamaan dalam model penelitian ini adalah over identified. Maka estimasi parameter persamaan struktural dalam penelitian ini dilakukan dengan metode Kuadrat Terkecil Dua Tahap (2SLS). Hasil pendugaan fungsi-fungsi tersebut menunjukan bahwa krisis ekonomi secara nyata menyebabkan penurunan terhadap volume ekspor yang berarti bahwa krisis ekonomi menjadi faktor penghambat dalam penawaran ekspor teh hitam Indonesia. Namun krisis ekonomi tidak berpengaruh secara nyata terhadap harga domestik teh hitam Indonesia. Produksi teh hitam Indonesia dipengaruhi secara nyata oleh variabel luas lahan, upah tenaga kerja, serta produksi tahun sebelumnya. kebijakan yang bisa diambil adalah mengenai peningkatan luas lahan apalagi jika ditunjang dengan unsur peningkatan produktivitas. Penawaran domestik teh hitam Indonesia dipengaruhi secara nyata oleh tingkat kesejahteraan masyarakat yang diwakili oleh PDB dan permintaan domestik teh hitam tahun sebelumnya. Tanda parameter untuk PDB negatif kemudian lag permintaan positif. Penawaran ekspor teh hitam Indonesia dipengaruhi secara nyata oleh nilai tukar nominal rupiah terhadap dollar Amerika, dan dummy krisis, serta lag penawaran ekspor teh hitam tahun sebelumnya. Harga domestik teh hitam Indonesia dipengaruhi secara nyata oleh dua variabel penjelas yaitu nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika serta lag harga domestik teh hitam tahun sebelumnya. Dengan melihat faktor apa saja yang berpengaruh dalam model maka terdapat beberapa cara untuk bisa meningkatkan bisnis teh hitam ini antara lain adalah meningkatkan konsumsi masyarakat Indonesia. Hal yang bisa dilakukan adalah misalnya kampanye yang menyadarkan masyarakat tentang pentingnya teh dan tentunya peningkatan tingkat kesejahteraan masyarakat. Kenaikan tingkat konsumsi masyarakat Indonesia juga menjadi penting karena ketika terjadi penurunan konsumsi teh dunia, maka konsumsi domestik bisa menjadi faktor pembantu tetap hidupnya industri ini. Indonesia diharapkan bisa memperbaiki posisinya (bargaining position) dalam penentuan harga di pasar internasional melalui penciptaan jaringan pemasaran yang kuat dan kerjasama yang baik. Indonesia diharapkan juga bisa mengidentifikasi keinginan dan kebutuhan konsumen negara-negara pengimpor yang mungkin memiliki karakteristik yang berbeda-beda adalah hal lain yang perlu dilakukan. Dengan melakukan hal tersebut diharapkan Indonesia bisa memenuhi kebutuhan tersebut agar pangspasar dapat dipertahantakan bahkan ditingkatkan dan bisa mengambil keuntungan dari hubungan perdagangan tersebut. Peningkatan produktivitas juga diharapkan bisa dilakukan.aid
dc.publisherIPB (Bogor Agricultural University)
dc.titleAnalisis ekspor teh hitam indonesiaid
dc.typeThesisid


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record