Show simple item record

dc.contributor.advisorSumarti MC, Titik
dc.contributor.authorDhiny
dc.date.accessioned2023-10-26T06:17:39Z
dc.date.available2023-10-26T06:17:39Z
dc.date.issued2005
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/128567
dc.description.abstractTujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji pola kerja bekerja anakanak jalanan dan karakteristik resiko bekerja yang dialaminya, mengkaji hubungan orangtua dan anak-anak jalanan yang menentukan pola kerja anakanak jalanan, mengkaji lingkungan sosial anak-anak jalanan yang menentukan pola kerja anak jalanan. Penelitian ini dilaksanakan di area kerja anak jalanan yang bekerja sebagai pengamen, yaitu di daerah sekitar Tugu Kujang, Kota Bogar, Propinsi Jawa Barat atau tepatnya di lampu merah simpang tiga Jalan Otto lskandardinata dan Jalan Raya Pajajaran, selama 3 (tiga) bulan, yaitu pada akhir bulan Maret 2004 sampai dengan Juli 2004, dengan waktu efektif penelitian selama 2 (dua) bulan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan strategi studi kasus. Subyek kasus terpilih sebanyak 5 (lima) orang yang dilakukan secara sengaja kepada anak-anak jalanan. Penentuan subyek penelitian tidak mengutamakan keterwakilan populasi Uumlah subyek penelitian) melainkan keterwakilan masalah sampai akhirnya mampu mentipekan anak yang dibedakan dari pola kerja anak jalanan. Pola kerja anak-anak jalanan yang bekerja sebagai pengamen jalanan dilihat dari: 1) Cara bergabung menjadi pengamen jalanan; 2) · Waktu kerja; 3) Kelembagaan kerja pengamen; 4) Cara Kerja; 5) Alat kerja pengamen; 6) Penghasilan per hari dan 7) Masalah ketidakberdayaan anak selama bekerja. Pola kerja anak jalanan tersebut dapat menjelaskan kondisi anak-anak jalanan yang bekerja sebagai pengamen jalanan. Di lokasi penelitian, pola kerja anak jalanan yang bekerja sebagai pengamen jalanan dapat dilihat dalam 2 (dua) tipe. Tipe yang pertama adalah pola kerja anak jalanan yang bekerja untuk keluarga dan yang ke dua adalah pola kerja anak jalanan yang bekerja untuk dirinya sendiri. Tipologi tersebut mewakili 2 (dua) dimensi masalah yaitu, masalah ekonomi dan sosial dari anak-anak jalanan. Anak-anak jalanan yang bekerja untuk keluarga (contoh kasus Li) memiliki resiko kerja yang lebih kecil dibandingkan dengan anak-anak jalanan yang bekerja untuk diri mereka sendiri. Anak-anak jalanan yang bekerja untuk keluarga akan berfikir lagi bila uang yang dikumpulkan dengan jam kerja yang lebih panjang hanya digunakan untuk minum-minuman keras dan obat-obatan terlarc1ng. Uang yang terkumpul akan lebih baik digunakan untuk membeli makanan dan minuman agar mereka dapat bekerja dan memenuhi kebutuhan lainnya. Sedangkan anak-anak jalanan yang bekerja untuk dirinya sendiri memiliki resiko bekerja yang lebih besar. Hal ini disebabkan tidak adanya paksaan maupun tekanan yang mereka tanggung (contoh kasus Ag, kasus Cu, kasus Eng dan kasus De). Anak-anak jalanan ini berada di jalanan dan bekerja sebagai pengamen sebagian besar hanyalah untuk memenuhi kebutuhan pribadi mereka walaupun terdapat beberapa anak yang memberikan hasil bekerjanya diberikan kepada anggota keluarga, namun sifatnya membantu bukan memer:,uhi. Adanya latar belakang itu maka anak-anak jalanan yang bekerja untuk dirinya sendiri dengan mudah menghat.iiskan uang yang diperoleh dari mengamen untuk hal-hal yang kurang berguna, seperti membeli minum-minuman keras dan obat-obatan terlarang, rokok bahkan digunakan untuk berjudi dan menyewa jasa PSK (bagi pengamen yang usianya diatas 20 tahun). Anak-anak jalanan yang bekerja untuk keluarga mengalami lemah dalam hal komunikasi. Dominasi orang tua dalam kehidupan anak menempatkan posisi anak hanya sebagai pencari nafkah dan pendengar bukan untuk mengadukan isi hati dan 'bermanja' kepada orang tua. Contoh kasus terdapat pada kasus keluarga Li (13 tahun), dimana Li bekerja di bawah paksaan dan tekanan dari ayahnya yang membutuhkan penghasilan mengamennya untuk membayar cicilan televisi dan biaya sekolah kedua adiknya. Upaya yang dikerahkan Li adalah dengan bekerja secara profesional, yaitu dengan cara bekerja dengan jam kerja yang panjang dan mengganti alat kerja yang dapat memberikan banyak keuntungan atau penghasilan walaupun harus menyewa. Sedangkan tipe anak-anak jalanan yang bekerja untuk dirinya sendiri dimana anak turun ke jalan disebabkan karena adanya lemah komunikasi yang terjalin dengan anggota keluarga terutama orang tua dan adanya perceraian orang tua anak-anak jalanan. Contoh kasus yang terjadi pada ke empat subyek kasus, yaitu CL, Ag, Eng dan De. Latar belakang yang terjadi dalam kehidupan mereka tidak menuntut mereka untuk bekerja secara profesional karena tidak adanya tekanan maupun paksaan ekonomi seperti yang dia!ami oleh Li, melainkan hanya untuk pemenuhan kebutuhan dirinya sendiri. Keterwakilan masalah keluarga subyek kasus, yaitu lemahnya komunikasi dan perceraian orang tua mengarahkan anak-anak jalanan menjadi anak-anak jalanan yang bekerja untuk dirinya sendiri. Lingkungan sosial anak juga turut mempengaruhi perilaku kerja anakanak jalanan. Lingkungan sosial seperti pedagang makanan dan minuman, keberadaan PSK, pengedar obat-obatan terlarang, tukang cukur, polantas, dan pemulung di area kerja anak-anak jalanan membentuk suatu komunitas yang dikatar.an sebagai komunitas sernu atau cair. Komunitas inilah yang cukup memberikan pengaruh terhadap perilaku kerja anak-anak jalanan. Lingkungan sosial anak juga turut mempengaruhi perilaku kerja anakanak jalanan. Lingkungan sosial seperti pedagang makanan dan minuman, keberadaan PSK, pengedar obat-obatan terlarang, tukang cukur, polantas, dan pemulung di area kerja anak-anak jalanan membentuk suatu komunitas yang dikatakan sebagai komunitas semu atau cair. Komunitas inilah yang cukup memberikan pengaruh terhadap perilaku kerja anak-anak jalanan. Lingkungan sosial bekerja yang dipenuhi dengan resiko tidak membuat anak-anak jalanan menghindari lingkungan tersebut. Anak-anak jalanan merasa lingkungan sosial bekerja di area Tugu Kujang merupakan lingkungan yang mendukung, nyaman dan mau menerima keberadaan mereka. Teori reinforcement menjadi dasar anak-anak jalanan tidak mau mef!inggalkan lingkungan bekerja yang penuh dengan resiko. RPA Gessang Ghosyiaary yang berlokasi di Sukamulya, merupakan tempat yang sering dikunjungi anak-anak jalanan ketika mereka terlaru larut dan malas untuk pulang ke rumah orang tuanya atau sebagai tempat saling bercerita antara sesama anak jalanan maupun antara anak jalanan dengan pembina RPA. Perhatian yang diberikan oleh para pembina RPA seperti pendidikan non formal dan formal serta diberikannya kesempatan untuk melakukan usaha di bidang perdagangan memberikan dampak positif terhadap kehidupan anak jalanan, sehingga mereka dapat menerima kehidupan yang lebih baik. Namun belum optimalnya pemberdayaan anak-anak jalanan ini membuat peranan RPA seperti layaknya tern pat penampungan bagi anak-anak jalanan.id
dc.language.isoidid
dc.publisherBogor Agricultural University (IPB)id
dc.subject.ddcCommunicationid
dc.titlePola Kerja Anak Jalanan. Studi Kasus Pengamen Anak-anak Jalanan di Area Tugu Kujang Kota Bogor, Propinsi Jawa Baratid
dc.typeUndergraduate Thesisid
dc.subject.keywordAnak jalananid
dc.subject.keywordReinforcementid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record