Analisis faktor-faktor yang memengaruhi harga beras domestik
Abstract
Beras merupakan salah satu tanaman pangan yang memegang peranan penting di Indonesia. Hal ini ditunjukkan oleh kebutuhan terhadap beras sebagai salah satu makan pokok lebih dari 90 persen masyarakat Indonesia dan beras menyumbang lebih dari 50 persen kebutuhan kalori serta hampir 50 persen kebutuhan protein. Selain itu, padi merupakan tanaman utama yang diusahakan penyerapan tenaga kerja sebesar 28.79 persen dari total pengerjaan di sektor pertanian (Amang, 1995). Kondisi ini didukung oleh produksi padi domestik yang cenderung mengalami peningkatan, dimana Indonesia merupakan negara penghasil beras nomor tiga di dunia setelah Cina dan India. Akan tetapi, sebagai
salah satu negara dengan jumlah penduduk keempat besar di dunia dan pertumbuhan populasi yang terus meningkat, Indonesia juga menjadi negara yang mengkonsumsi beras ketiga dunia. Hal inilah yang mendorong pemerintah untuk melakukan impor beras selain berbagai pertimbangan lainnya, di satu sisi volume impor ini dibutuhkan untuk memperbanyak persediaaan beras dalam negeri yang pada akhirnya bisa meningkatkan daya beli konsumen beras, dan di sisi lain adanya impor akan menyebabkan beras domestik menjadi kalah saing dengan beras impor yang harganya cenderung lebih murah di tingkat eceran. Hal ini menyebabkan konsumen beras lebih memilih beras impor sehingga petani beras
akan dirugikan. Sebaliknya jika tidak ada impor beras maka persediaan beras yang ada akan sedikit dan petani beras cenderung menaikkan harga sehingga merugikan konsumen. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu kontrol dari pemerintah untuk mengendalikan harga beras secara adil baik di tingkat produsen maupun konsumen.
Penelitian ini difokuskan kepada beras putih yang dikonsumsi oleh rumah tangga dan harga beras domestik hanya terdiri dari harga beras domestik di tingkat eceran dan harga beras domestik di tingkat petani. Metode analisis data pada penelitian ini dilakukan secara deskriptif dan kuantitatif. Analisis secara deskriptif digunakan untuk mengetahui perkembangan perekonomian beras domestik dan
untuk menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi harga beras domestik digunakan metode Two Stage Least Square (2SLS) yang diolah dengan e-views 6.1 sehingga kedua hal ini dapat dijadikan informasi dalam membuat rekomendasi kebijakan. Data yang digunakan adalah data sekunder dalam bentuk time series dengan periode waktu 26 tahun, yaitu dari tahun 1983 hingga 2008...