Show simple item record

dc.contributor.advisorMoesa, Zulfikar
dc.contributor.advisorMaheswari, Rarah Ratih Adji
dc.contributor.authorAdrian, Angkuw Vicky Stefanus Liandro
dc.date.accessioned2023-10-23T04:29:27Z
dc.date.available2023-10-23T04:29:27Z
dc.date.issued2005
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/127605
dc.description.abstractUsaha peternakan dewasa ini cukup berkembang dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat akan protein hewani. Salah satu bidang dari usaha tersebut adalah pengolahan susu. Pada penelitian ini, bentuk koperasi yang akan ditinjau peranannya, yaitu Koperasi Peternakan Bandung Selatan (KPBS) Pangalengan. Bagian dari koperasi tersebut yang berhubungan dengan pengolahan susu adalah Milk Treatment (MT). MTKPBS dalam pelaksanaannya menghasilkan dua jenis produk yaitu, susu dingin serta susu pasteurisasi dan homogenisasi (SP&H) tanpa dan dengan rasa. Pada pelaksanaan proses produksi, MT-KPBS telah menerapkan manajemen pengendalian mutu terhadap produk yang dihasilkan dan dari pelaksanaan tersebut akan menimbulkan suatu biaya pengendalian mutu. Hasil dari manajemen dan biaya pengendalian mutu akan menjadi acuan untuk menghasilkan produk yang sesuai dengan standar mutu yang ada. Hasil penjualan dari produksi tersebut akan mendapatkan pendapatan usaha yang akan digunakan untuk kesejahteraan anggota serta menjadi umpan balik bagi KPBS Pangalengan. Hal yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk mengetahui manajemen pengendalian mutu yang digunakan, faktor yang mempengaruhi mutu produk serta besarnya biaya pengendalian mutu terhadap pendapatan. Pengumpulan data pada penelitian kali ini dilakukan selama dua bulan, terhitung sejak tanggal 10 Mei hingga IO Juli 2004 di Milk Treatment (MT) KPBS Pangalengan. Data yang digunakan, dibedakan menjadi dua jenis, yaitu data primer (yang berasal dari pengamatan dan pencatatan langsung di lapangan serta wawancara) dan data sekunder (yang berasal dari literatur dan sumber pendukung lainnya). Bahan baku yang digunakan MT-KPBS adalah susu murni. Susu tersebut diperoleh dengan cara membeli dari peternak anggota KPBS Pangalengan dalam wilayah kerjanya. Wilayah tersebut berjumlah 32 daerah yang terbagi menjadi 3 Kecamatan. Kecamatan Pangalengan tahun 2003, besar persentase penerimaan terbesar adalah Goha sebesar 6,89% dan terkecil daerah Norogtog sebesar 0,29%, sedangkan tengah tahun 2004, terbesar adalah daerah Goha sebesar 7,87% dan terkecil daerah Norogtog sebesar 0,48% dari jumlah peneriman keseluruhan. Faktor yang memepengaruhi jumlah penerimaan susu murni, diantaranya : I) mutu, 2) jumlah sapi laktasi dan 3) teknis pemeliharaan. Pengendalian mutu yang dilakukan pada penampungan susu murni dari peternak melalui Tempat Penampungan Susu (TPS), yaitu melalui uji organoleptik (rasa, bau, warna) dan alkohol. Faktor yang mempengaruhi penampungan susu murni di TPS, diantaranya : 1) bahan, 2) alat, 3) pekerja, 4) metode dan 5) lingkungan. Biaya pengen dalian mutu dibedakan menjadi 4 jenis biaya, diantaranya : 1) pencegahan, 2) penilaian, 3) kegagalan internal dan 4) kegagalan eksternal. Susu dingin yang telah mengalami proses produksi, akan disimpan dalam tangki penampungan sementara menunggu untuk dikirim ke IPS dan agen dan sebagian susu tersebut akan dibuat SP&H tanpa dan dengan rasa. Pada susu dingin, tahap ini disebut tahap pengisian kedalam truk tangki. Hal ini diperlukan ketepatan dan kecennatan petugas, sedangkan untuk SP&H akan mengalami tahap pengemasan Setelah susu mumi diuji secara fisik dan kimia di lab oratorium dan dinyatakan sesuai standar mutu, maka susu tersebut masuk dalam proses produksi. Pada tahap awal, susu murni disaring dan ditimbang. Setelah itu, masuk kedalam alat pendingin dan menjadi susu dingin. Pada tahap ini mulai dibedakan menjadi dua jenis produk, yaitu susu dingin (untuk dikirim ke IPS) serta SP&H tanpa dan dengan rasa. Pengendalian mutu yang dilakukan ditekankan saat pengujian susu murni di laboratorium, karena ditempat ini menjadi kunci diterimanya susu tersebut yang akan digunakaan. Selain itu, perlu diperhatikan metode pengujian yang dilakukan oleh petugas laboratorium. Faktor yang mempenga ruhi proses produksi produk, diantaranya : I) bahan, 2) alat / sarana, 3) pekerja, 4) metode dan 5) lingkungan. Faktor yang kurang mendapat perhatian MTKPBS adalah faktor alat, pekerja dan lingkungan Ta hap lanjutan setelah proses produksi selesai adalah pemasaran. Pada tahap ini, MT-KPBS tidak terlalu banyak yang dilakukan, karena sebagian besar dilakukan oleh distributor yang mengambil produk untuk dipasarkan. Namun untuk pemasaran susu dingin ke IPS, perlu dilakukan pengujian terhadap mutu susu tersebut. Hal ini sangat penting dilakukan, karena akan berhubungan dengan harga susu yang dibayarkan. Pengujian yang dilakukan, meliputi uji organoleptik serta fisik dan kimia susu. Bila sesuai dengan standar yang ditentukan IPS, maka susu dingin siap dikirimkan. Faktor yang ·mempengaruhi mutu produk pada tahap ini, seperti : 1) sarana, 2) pekerja dan 3) pengukuran. Faktor yang harus menjadi perhatian adalah pekerja dan pengukuran, karena ha! ini sangat menentukan mutu produk yang akan dipasarkan. Setelah diketahui manajemen pengendalian mutu yang dilakukan, faktor yang mempengaruhi dan jumlah produksi, maka dapat dihitung jumlah dari basil penjualan produk yang diterima. Hasil penjualan produk oleh MT-KPBS pada tahun 2003 hingga tengah tahun 2004, selalu lebih besar dari total biaya yang dikeluarkan, sehingga mendapatkan keuntungan sebesar Rp 1.179.843.865, 73 dan Rp 390.526.526,11.id
dc.language.isoidid
dc.publisherBogor Agricultural University (IPB)id
dc.subject.ddcManajemenid
dc.subject.ddcPengendalian mutuid
dc.titleAnalisis Manajemen dan Biaya Pengendalian Mutu Produk di Milk Treatment KPBS Pangalengan, Bandungid
dc.typeUndergraduate Thesisid
dc.subject.keywordManajemen Pengendalian Mutuid
dc.subject.keywordBiaya Pengendalian Mutuid
dc.subject.keywordPendapatan Usahaid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record