Analisis Manajemen dan Biaya Pengendalian Mutu Produk di Milk Treatment KPBS Pangalengan, Bandung
View/ Open
Date
2005Author
Adrian, Angkuw Vicky Stefanus Liandro
Moesa, Zulfikar
Maheswari, Rarah Ratih Adji
Metadata
Show full item recordAbstract
Usaha peternakan dewasa ini cukup berkembang dalam pemenuhan kebutuhan
masyarakat akan protein hewani. Salah satu bidang dari usaha tersebut adalah
pengolahan susu. Pada penelitian ini, bentuk koperasi yang akan ditinjau peranannya,
yaitu Koperasi Peternakan Bandung Selatan (KPBS) Pangalengan. Bagian dari koperasi
tersebut yang berhubungan dengan pengolahan susu adalah Milk Treatment (MT). MTKPBS
dalam pelaksanaannya menghasilkan dua jenis produk yaitu, susu dingin serta
susu pasteurisasi dan homogenisasi (SP&H) tanpa dan dengan rasa. Pada pelaksanaan
proses produksi, MT-KPBS telah menerapkan manajemen pengendalian mutu terhadap
produk yang dihasilkan dan dari pelaksanaan tersebut akan menimbulkan suatu biaya
pengendalian mutu. Hasil dari manajemen dan biaya pengendalian mutu akan menjadi
acuan untuk menghasilkan produk yang sesuai dengan standar mutu yang ada. Hasil
penjualan dari produksi tersebut akan mendapatkan pendapatan usaha yang akan
digunakan untuk kesejahteraan anggota serta menjadi umpan balik bagi KPBS
Pangalengan. Hal yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
manajemen pengendalian mutu yang digunakan, faktor yang mempengaruhi mutu
produk serta besarnya biaya pengendalian mutu terhadap pendapatan.
Pengumpulan data pada penelitian kali ini dilakukan selama dua bulan, terhitung
sejak tanggal 10 Mei hingga IO Juli 2004 di Milk Treatment (MT) KPBS Pangalengan.
Data yang digunakan, dibedakan menjadi dua jenis, yaitu data primer (yang berasal dari
pengamatan dan pencatatan langsung di lapangan serta wawancara) dan data sekunder
(yang berasal dari literatur dan sumber pendukung lainnya).
Bahan baku yang digunakan MT-KPBS adalah susu murni. Susu tersebut diperoleh
dengan cara membeli dari peternak anggota KPBS Pangalengan dalam wilayah
kerjanya. Wilayah tersebut berjumlah 32 daerah yang terbagi menjadi 3 Kecamatan.
Kecamatan Pangalengan tahun 2003, besar persentase penerimaan terbesar adalah Goha
sebesar 6,89% dan terkecil daerah Norogtog sebesar 0,29%, sedangkan tengah tahun
2004, terbesar adalah daerah Goha sebesar 7,87% dan terkecil daerah Norogtog sebesar
0,48% dari jumlah peneriman keseluruhan. Faktor yang memepengaruhi jumlah
penerimaan susu murni, diantaranya : I) mutu, 2) jumlah sapi laktasi dan 3) teknis
pemeliharaan. Pengendalian mutu yang dilakukan pada penampungan susu murni dari
peternak melalui Tempat Penampungan Susu (TPS), yaitu melalui uji organoleptik
(rasa, bau, warna) dan alkohol. Faktor yang mempengaruhi penampungan susu murni di
TPS, diantaranya : 1) bahan, 2) alat, 3) pekerja, 4) metode dan 5) lingkungan. Biaya
pengen dalian mutu dibedakan menjadi 4 jenis biaya, diantaranya : 1) pencegahan, 2)
penilaian, 3) kegagalan internal dan 4) kegagalan eksternal. Susu dingin yang telah
mengalami proses produksi, akan disimpan dalam tangki penampungan sementara
menunggu untuk dikirim ke IPS dan agen dan sebagian susu tersebut akan dibuat SP&H
tanpa dan dengan rasa. Pada susu dingin, tahap ini disebut tahap pengisian kedalam truk
tangki. Hal ini diperlukan ketepatan dan kecennatan petugas, sedangkan untuk SP&H
akan mengalami tahap pengemasan
Setelah susu mumi diuji secara fisik dan kimia di lab oratorium dan dinyatakan
sesuai standar mutu, maka susu tersebut masuk dalam proses produksi. Pada tahap awal,
susu murni disaring dan ditimbang. Setelah itu, masuk kedalam alat pendingin dan
menjadi susu dingin. Pada tahap ini mulai dibedakan menjadi dua jenis produk, yaitu
susu dingin (untuk dikirim ke IPS) serta SP&H tanpa dan dengan rasa. Pengendalian
mutu yang dilakukan ditekankan saat pengujian susu murni di laboratorium, karena
ditempat ini menjadi kunci diterimanya susu tersebut yang akan digunakaan. Selain itu,
perlu diperhatikan metode pengujian yang dilakukan oleh petugas laboratorium. Faktor
yang mempenga ruhi proses produksi produk, diantaranya : I) bahan, 2) alat / sarana, 3)
pekerja, 4) metode dan 5) lingkungan. Faktor yang kurang mendapat perhatian MTKPBS
adalah faktor alat, pekerja dan lingkungan
Ta hap lanjutan setelah proses produksi selesai adalah pemasaran. Pada tahap ini,
MT-KPBS tidak terlalu banyak yang dilakukan, karena sebagian besar dilakukan oleh
distributor yang mengambil produk untuk dipasarkan. Namun untuk pemasaran susu
dingin ke IPS, perlu dilakukan pengujian terhadap mutu susu tersebut. Hal ini sangat
penting dilakukan, karena akan berhubungan dengan harga susu yang dibayarkan.
Pengujian yang dilakukan, meliputi uji organoleptik serta fisik dan kimia susu. Bila
sesuai dengan standar yang ditentukan IPS, maka susu dingin siap dikirimkan. Faktor
yang ·mempengaruhi mutu produk pada tahap ini, seperti : 1) sarana, 2) pekerja dan 3)
pengukuran. Faktor yang harus menjadi perhatian adalah pekerja dan pengukuran,
karena ha! ini sangat menentukan mutu produk yang akan dipasarkan.
Setelah diketahui manajemen pengendalian mutu yang dilakukan, faktor yang
mempengaruhi dan jumlah produksi, maka dapat dihitung jumlah dari basil penjualan
produk yang diterima. Hasil penjualan produk oleh MT-KPBS pada tahun 2003 hingga
tengah tahun 2004, selalu lebih besar dari total biaya yang dikeluarkan, sehingga
mendapatkan keuntungan sebesar Rp 1.179.843.865, 73 dan Rp 390.526.526,11.
