Show simple item record

dc.contributor.authorSilalahi, Hotnauli Br
dc.date.accessioned2010-05-05T12:03:51Z
dc.date.available2010-05-05T12:03:51Z
dc.date.issued2009
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/12729
dc.description.abstractPertanian merupakan sektor ekonomi yang penting kedudukannya di Indonesia. Data poduct Domestic Bruto (PDB) Indonesia menurut sektor usaha pada tahun 2006 menunjukkan bahwa sektor pertanian menjadi sektor utama ketiga yang mempengaruhi laju pertumbuhan ekonomi. Subsektor tanaman pangan adalah salah satu subsektor pertanian yang terus meningkat sejalan dengan pertumbuhan jumlah penduduk. Oleh karena itu masalah penyediaan pangan menjadi perhatian pemerintah dan memiliki peranan yang penting untuk dikembangkan. Salah satu upaya untuk memenuhi kebutuhan pangan dan upaya difersifikasi pangan dapat dilakukan dengan peningkatan budidaya dan pemanfaatan hasil pertanian seperti ubi-ubian. Penelitian dilaksanakan di Kelurahan Situgede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor yang merupakan salah satu sentra talas di Kota Bogor. Waktu penelitian dilakukan selama bulan Maret-Mei 2009. Tujuan penelitian ini adalah (1) Menganalisis pendapatan usahatani talas di Kelurahan Situgede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor, (2) Menganalisis saluran pemasaran, fungsi-fungsi pemasaran dan efisiensi pemasaran talas di Kelurahan Situgede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor. Data yang digunakan terdiri dari data primer dan sekunder. Jumlah responden usahatani sebanyak 24 petani yang membudidayakan talas. Pengambilan responden usahatani dilakukan dengan metode sensus. Responden untuk analisis pemasaran ditentukan dengan metode snow ball sampling dengan mengikuti alur pemasaran mulai dari petani sampai ke konsumen. Pengolahan dan analisis data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan untuk mengetahui gambaran tentang usahatani dan pemasaran talas di Kelurahan Situgede. Analisis kuantitatif dilakukan dengan menggunakan analisis pendapatan, analisis R/C ratio, analisis marjin, farmer’s share dan rasio keuntungan terhadap biaya pemasaran. Input yang digunakan pada usahatani talas terdiri dari benih, pupuk, pestisida dan tenaga kerja. Petani talas di Kelurahan Situgede menggunakan benih budidaya sendiri (hasil anakan talas dari budidaya sebelumnya). Pupuk yang digunakan yaitu Urea, ZA, TSP, Furadan, dan pupuk kandang. Berdasarkan hasil analisis, maka untuk tiap hektar lahan pertanian talas mampu menghasilkan rata-rata 18.000 umbi, dengan harga rata-rata Rp 1.586 per umbi untuk petani lahan disewa, Rp 1.635 per umbi untuk petani lahan sendiri dan Rp 1.621 per umbi untuk petani lahan keseluruhan. Rata-rata pendapatan atas biaya total usahatani lahan disewa dan lahan milik sendiri masing-masing sebesar Rp 11.524.717,92, dan Rp 11.326.827,54, sedangkan pendapatan usahatani lahan keseluruhan adalah Rp 11.476.748,81. Nilai R/C rasio atas biaya total pada usahatani lahan disewa, lahan milik sendiri dan lahan keseluruhan masing-masing adalah 1,61; 1,56 dan 1,58. Hal ini AcroPDF - A Quality PDF Writer and PDF Converter to create PDF files. To remove the line, buy a license. 3 menunjukkan bahwa usahatani talas terhadap lahan sendiri maupun lahan sewa sama-sama menguntungkan. Pola saluran pemasaran talas di Kelurahan Situgede ada tiga yang terdiri dari; pola I (petani langsung ke konsumen akhir), pola II (petani-pedagang pengumpul-pedagang besar-pedagang pengecer), dan pola III (petani-pedagang pengumpul-pengusaha pengolah talas). Pola saluran pemasaran yang paling banyak dilakukan oleh petani responden adalah pola I yaitu pola saluran pemasaran terpendek (14 orang atau 58,33 persen). Lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat dalam kegiatan pemasaran talas menjalankan fungsi-fungsi pemasaran untuk memperlancar proses penyampaian barang atau jasa. Fungsi pertukaran meliputi kegiatan penjualan dan pembelian talas, fungsi fisik meliputi kegiatan pengangkutan, pengemasan dan penyimpanan talas. Sedangkan fungsi fasilitas yaitu meliputi kegiatan sortasi, penanggungan risiko, biaya pemasaran dan informasi pasar. Jika dibandingkan antara ketiga saluran yang terdapat pada saluran pemasaran tersebut diketahui bahwa margin pemasaran pada setiap pola pemasaran talas di Kelurahan Situgede berbeda. Total margin pemasaran yang terbentuk pada pola saluran I adalah sebesar Rp 696,36 per umbi dengan total biaya sebesar Rp 174 per umbi. Total margin pemasaran yang terbentuk pada pola saluran II adalah sebesar Rp 1.966,67 per umbi dengan total biaya sebesar Rp 586.65 per umbi. Total margin pemasaran yang terbentuk pada pola saluran III adalah sebesar Rp 1.125. per umbi dengan total biaya sebesar Rp 175 per umbi. Farmer;s Share terbesar terdapat pada pola pemasaran I yaitu 100 %. Hal ini disebabkan karena penjualan dilakukan secara langsung ke konsumen tanpa melalui perantara sehingga harga yang dibayar konsumen menjadi penerimaan secara keseluruhan bagi petani. Farmer;s Share terendah terdapat pada pola pemasaran II yaitu 34.44 %. Hal ini disebabkan karena harga jual talas ditingkat petani rendah dan banyaknya lembaga pemasaran yang terlibat sehingga biaya pemasaran harus ditanggung oleh konsumen. Nilai rasio keuntungan tertinggi terdapat pada pola saluran pemasaran III terjadi pada pedagang pengumpul, yaitu sebesar 5,43 persen yang artinya bahwa dari setiap Rp 1,00 per umbi biaya pemasaran yang dikeluarkan oleh pedagang pengumpul yang bersangkutan, akan menghasilkan keuntungan sebesar Rp 5,43. Sedangkan nilai rasio keuntungan yang terendah yaitu pada saluran II yaitu sebesar 2,35 persen terdapat pada pedagang pengumpul. Bila margin pemasaran digunakan sebagai ukuran efisiensi maka pola I lebih efisien dibanding pola lainnya. Bila rasio keuntungan/biaya digunakan sebagai ukuran efisiensi maka pola III lebih efisien dibanding pola lainnya. Bila farmer’s share digunakan sebagai ukuran efisiensi maka pola I lebih efisien dibanding pola lainnya. Saran yang diberikan dari hasil penelitian adalah usahatani di Kelurahan Situgede masih menguntungkan, namun dibutuhkan informasi pasar bagi petani talas sehingga petani mamiliki posisi tawar yang lebih tinggi. Pemerintah sebaiknya membantu petani dalam hal penyediaan modal dengan bunga yang rendah, pemerintah ataupun pengusaha dapat memberikan atau menciptakan teknologi yang bisa mengolah talas, sehingga nilai tambah talas dapat ditingkatkan dan menjadi sumber pendapatan bagi masyarakat sekitar.id
dc.publisherIPB (Bogor Agricultural University)
dc.titleAnalisis pendapatan usahatani dan pemasaran talas di kelurahan Situgede, kecamatan Bogor Barat, kota Bogorid


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record