Show simple item record

dc.contributor.authorAlwis, Amelia
dc.date.accessioned2010-05-05T11:59:17Z
dc.date.available2010-05-05T11:59:17Z
dc.date.issued2001
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/12711
dc.description.abstractLada putih merupakan komoditas ekspor non migas yang utama setelah karet, teh, kelapa sawit dan kopi dan memiliki peluang agribisnis yang menjanjikan. Produk lada putih yang lneraih harga tinggi adalah iada putih dqngan kualitas baik, sesuai dengan standar internasional dan ha1 h i dapat diwujudkan di antaranya dengan penerapan teknologi pengolahan pasca panen secara mekanis. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kelayakan usaha pengolahan pasca panen lada putih secara mekanis. Dalam usaha penyeNaan, jasa yang ditawarkan berbentuk jasa penyewaan alat-alat mekanis seperti perontok lada, pengupas kulit buah lada, pengering lada, penyuling minyak lada, penggiling lada dan penepung lada. Lada yang berasal dari Bangka-Belitung adalah varietas lada Muntok. Lada putih adalall biji buah yang sudah kering, berwarna putih kekuning-kdningan, berasal dari buah lada masak petik atau dari lada hitam yang dihilangkan kulit buahnya. Pada proses pengolahan lada putih secara tradisional, kulit buah lada dihilangkan dengan cara perendaman, penggilasan, dan pencuncian, baik dalam air yang lnengalir rnaupun dalam kolam air tergenang (Laksmanahardja, i990). Menurut Iskandar (1986), rnesin pengupas kulit buah lada yang telah didesain olehnya dapat menghasilkan rendemen lada putih bclsah 66.5%. Sementara itu, hasil pengujian mesir1 perontok rancangan Purwanto dan Manalu (2001), menunjukkan efisiensi yang tinggi, yaitu 98%, dengan eiisiensi pemisahan tangkai total sebesar 89%. Efisiensi pengupasan rata-rata sebesar 96.96% dengan kapasitas masukan ratarata 218.78% lada tangkailjam. Menurut Endrawati (1992), penyulingan dengail metode uap air pada tekanan 10 1.3 kPa, dengan kondisi lada masak penuh (kadar air 71.78%, kadar minyak total buah 4.03%) dapat digunakan untuk inengganti perlakuan perendaman. Proses pengeringan dengan lnetode adsorbsi dan oven ilntuk lada segg menghasilkan rendemen 35.49% dan 35.32% basis basah, sedangkan untuk lada kering petani adalah 85.06% dan 83.26% basis basah (Halim, 1994). Usaha pengolahan pasca panen lada putih dapat digolongkan ke dalam kegiatan yang disebut proyek (Pramudya dan Dewi, 1992), dan terdiri dari unsur biaya, manfaat dan jangka waktu. Kelayakan suatu proyek dapat ditinjau dengan menggunalcan kriteria-keriteria Net Present Value(NPV), Ititert7al Rate of Returtz(1RR) dan Benefit Cost Ratio(B1C). Penelitian dilakukan di Kecamatan Memnhalong, Kabupaten Belitung dan di Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi - BPPT Jakarta, selarna bulan Juni 2001 hingga Agustus 2001. Pengurnpulan data dilakukan melalui kuisioner dengan 40 orang responden, observasi, pengukuran langsung dan wawancara. Proses pengolahan lada putih di Kabupaten Belitung masih dilakukan dengan cara tradisional. Lada yang sudah siap petik dipanen dan dirnasukkan ke dalam karungkemusian direndain dalam air mengalir (parit atau selokan) selama 10 hingga 15 hari. Setelah itu lada digilas dengan cara dirercas-remas dengan tangan untuk rnemisahkan biji dengan kulit dan tangkainya.. ~ a d aya. n g telah bersih kemudian dijemur di bawah sinar matahari selama 2.5 hingga 3 hari Dari hasil perhitungan diketahui bahwa pengolahan pasca panen lada putih secara tradisional memerlukan biaya sebesar Rp. 666,-kg lada kering. Biaya pengolahan tradisional ini lebih kecil dari pada biaya pengolahan secara mekanis, namun akibat dari proses perendaman aroma lada kering yang dihasilkan berlturang cukup signifikan, serta kulit dan tangkai lada yang seharusnya dapat disuling untuk diambil minyak atsirinya tidak dapat digunakan karena telah hancur;. Pengolahan pasca panen lada putih secara mekanis dilakukan dengan menggunakan mesin-mesin pengolahan yang terdiri dari mesin perontok, mesin pengupas dan mesin pengering. Besarnya dana investasi yang dibutuhkap untuk I usaha pengolahan adalah Rp. 82 060 000,-. NPV yang diperoleh dari hasil perhitungan adalah sebesar Rp. 65 675 892,-. Net E/C ,diperoleh sebesar 1.80. Hasil perhitungan IRR menlberikan nilai 59.87%, berada di atas suku bunga yang berlaku saat ini. Usaha penyewaan mencapai nilai NPV sebeskr Rp. 61 220 554,- dengan Net B/C sebesar 1.75. Dari hasil penelitian dapat disimpukan bahwa usaha pengolahan pasca panen lada putih secara mekanis merupakan suatu bentuk kegiatan proyek dan struktur biayanya terdiri dari biaya investasi dan biaya produksi. Usaha ini layak dikembangkan karena memperoleh nilai NPV positif, IRR lebih tinggi dari tingkat bunga yang berlaku saat ini dan Net B/C yang lebih besar dari 1. Selain itu, usaha jasa pengolahan juga layak dikembangkan, dengan tingkat sewa Rp. 2500,-kg, suatu tingkat sewa yang terjanglcau oleh petani lada berdasar!can hasil survei.id
dc.publisherBogor Agricultural university (IPB)
dc.titleAnalisis finansial usaha pengolahan pasca panen lada putih secara mekanisid
dc.typeThesisid


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record