| dc.description.abstract | Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi penyebab atau latar belakang konflik hutan Gunung Ciremai dan menganalisis peran elit lokal masyarakat terhadap munculnya konflik, proses konflik, dan resolusi konflik Gunung Ciremai. Data dikumpulkan dengan kombinasi pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan, pertama, konflik bersumber dari munculnya dua inisiatif
dari pihak eksternal, yakni penetapan kawasan hutan Gunung Ciremai menjadi Taman Nasional pada tahun 2004; dan adanya rencana operasi geothermal pada tahun 2011. Kedua, elit lokal berperan besar dalam menolak kedua inisiatif tersebut dengan cara (i) membangkitkan kesadaran politik massa (masyarakat) akan kuasa dan akses terhadap sumberdaya alam Gunung Ciremai; (ii) menggalang kekuatan politik dengan kaum ulama, kelompok jawara, aktivis, masyarakat adat, akademisi,
dan LSM; (iii) memobilisasi massa secara terorganisir melalui Gempur, dan menyalurkan aksi penolakan melalui kampanye, pembuatan video, petisi, dan demo ke jalan, serta (iv) melakukan lobi dan negoisasi kepada pihak pemerintah dan DPRD Kabupaten Kuningan. Ketiga, penolakan terhadap proyek geothermal berkurang drastis ketika pihak geothermal menyatakan mengundurkan diri dari investasi di Gunung Ciremai. Sementara upaya pengembangan kawasan Taman Nasional Gunung Ciremai masih terus berjalan hingga sekarang. | id |
