Analisis Kinerja dan Ekonomi Penggunaan Mesin Combine Harvester di Kampung Inovasi, Subang, Jawa Barat
Abstract
Penanganan padi siap panen merupakan salah satu kunci untuk meningkatkan
perolehan hasil dari kemungkinan pengurangan nilai susut. Proses pemanenan padi
di Indonesia banyak dilakukan secara manual dengan cara dipotong dengan
menggunakan sabit dan perontokan dengan cara digebot yang berdampak pada
susut yang tinggi. Penggunaan alat dalam memanen padi seperti combine harvester
sudah banyak ditemukan karena memiliki susut yang relatif kecil, namun kalah
bersaing karena stigma akan biaya operasional yang terlalu mahal yang akan
berdampak pada pendapatan petani. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
aspek kinerja dan ekonomi dari penggunaan combine harvester sebagai alat bantu
proses pemanenan padi; membandingkan hasil analisis pemanenan padi
menggunakan combine harvester dengan cara manual; serta menganalisis
kelayakan usaha mesin combine harvester di Kampung Inovasi Subang, Desa
Kiarasari, Kecamatan Compreng, Kabupaten Subang. Penelitian dilakukan dengan
mengamati beberapa variabel dalam pemanenan secara manual dan pemanenan
dengan menggunakan combine harvester. Variabel yang diamati berupa variabel
kinerja berupa kapasitas lapang efektif (KLE) dan kapasitas lapang teoritis (KLT)
pemanenan secara mekanis (ha/jam), KLE dan KLT pemanenan secara manual,
efisiensi lapang pemanenan (ELP) (%), susut panen (%), dan variabel ekonomi
berupa biaya pokok pemanenan (Rp/ha). KLE pemotongan dengan sabit memiliki
nilai rata-rata sebesar 0,018 ha/jam/orang dan efisiensi pemotongan sebesar 77%
sedangkan KLE menggunakan combine harvester sebesar 0,5047 ha/jam dan
efisiensi pemotongannya sebesar 82,28%. Susut hasil pemotongan padi
menggunakan sabit sebesar 7,50% dengan susut perontokannya sebesar 0,086%
sehingga total susut sebesar 7,59%, sementara susut total pemanenan menggunakan
combine harvester sebesar 0,067%. Biaya total pemanenan dengan metode manual
(sabit + power thresher) sebesar Rp 3.531.577,00 /ha, sedangkan biaya total yang
dengan combine harvester sebesar Rp 1.857.143,00 /ha. Handling ready-to-harvest rice is one of the keys to increasing yield gain from
possible reduction in value of losses. The process of harvesting rice in Indonesia is
mostly done manually by cut using a sickle and threshing with digebot which has
an impact on high shrinkage. The use of tools in harvesting rice such as a combine
harvester has been widely found because it has a relatively small shrinkage, but it
is less competitive because of the stigma of operational costs that are too expensive
which will have an impact on farmers' income. This study aims to analyse the
performance and economic aspects of using a combine harvester as a tool for rice
harvesting; compare the results of rice harvesting analysis using a combine
harvester with the manual method; and analyse the business feasibility of combine
harvester machines in Subang Kampung Inovasi, Kiarasari Village, Compreng Subdistrict,
Subang Regency. The research was conducted by observing several
variables in manual harvesting and harvesting using a combine harvester. The
variables observed were performance variables in the form of effective field
capacity (KLE) and theoretical field capacity (KLT) of mechanical harvesting
(ha/h), KLE and KLT of manual harvesting, harvesting field efficiency (ELP) (%),
harvest shrinkage (%), and economic variables in the form of cost of harvesting
(Rp/ha). The ELP of cutting with sickle has an average value of 0,018
ha/hour/person and cutting efficiency of 77% while the ELP using combine
harvester is 0,5047 ha/hour and the cutting efficiency is 82,28%. The shrinkage of
rice cutting using sickle was 7,50% with threshing shrinkage of 0,086% so that the
total shrinkage was 7,59%, while the total harvesting shrinkage using combine
harvester was 0,067%. The total cost of harvesting with the manual method (sickle
+ power thresher) was Rp 3.531.577,00 /ha, while the total cost with the combine
harvester was Rp 1.857.143,00 /ha.