Estimasi Risiko Migrasi Bisfenol A (BPA) dari Kemasan Kaleng di Indonesia
Date
2023-08-10Author
Chasfila, Sentani
Suyatma, Nugraha Edhi
Giriwono, Puspo Edi
Metadata
Show full item recordAbstract
Kemasan kaleng merupakan jenis kemasan yang banyak digunakan untuk wadah pengalengan pangan. Kemasan kaleng umumnya terbuat dari pelat baja lapis timah (tin plate) dengan lapisan pada bagian dalamnya (enamel) untuk mencegah terjadinya korosi akibat kontak langsung logam dengan pangan. Salah satu pelapis enamel yang paling banyak digunakan saat ini adalah epoxy. Resin epoksi merupakan bahan yang terbuat dari reaksi bisfenol A (BPA) dan epiklorohidrin. BPA merupakan salah satu zat kontak pangan yang berbahaya terhadap kesehatan karena dapat memengaruhi sistem endokrin (endocrine disruptor) dan dapat menyebabkan kerusakan pada berbagai jaringan serta organ termasuk sistem reproduksi, sistem kekebalan tubuh dan sistem neuroendokrin. Dengan semakin meningkatnya produksi makanan kaleng maka dimungkinkan dapat menimbulkan risiko terhadap kesehatan akibat adanya migrasi BPA dari kemasan ke dalam pangan yang dikonsumsi oleh konsumen. Estimasi risiko terhadap migrasi BPA dari kemasan kaleng pada pangan olahan di Indonesia belum pernah dilaporkan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan migrasi BPA pada kemasan kaleng sarden dan kornet, memperkirakan tingkat paparannya pada penduduk Indonesia, dan memperoleh gambaran estimasi risiko terhadap kesehatan akibat mengonsumsi sarden dan kornet dalam kaleng. Tahapan dalam penelitian ini adalah melakukan pengujian migrasi BPA dengan metode High-pressure liquid chromatography (HPLC) UV-Vis pada kemasan kaleng kosong untuk sarden dan kornet, dengan jumlah sampel masing-masing 12 buah dan pengukuran konsentrasi dilakukan menggunakan simulan pangan. Data konsentrasi yang dihasilkan selanjutnya digunakan untuk perhitungan paparan yang dinyatakan sebagai Estimated Daily Intake (EDI) pada populasi di Indonesia dengan menggunakan data konsumsi sarden dan kornet dalam kaleng yang didapatkan dari Laporan Survei Konsumsi Makanan Individu tahun 2014 serta menggunakan pendekatan deterministik. Tahap terakhir adalah menghitung karakterisasi risiko yang dinyatakan dalam persentase Tolerable Daily Intake (% TDI) yang merupakan perbandingan antara nilai paparan BPA dengan nilai TDI BPA.
Rerata konsumsi sarden dan kornet dalam kaleng pada populasi di Indonesia untuk seluruh kelompok usia masing-masing sebesar 56,42 g/orang/hari dan 28,85 g/orang/hari. Rerata konsumsi sarden tertinggi terdapat pada kelompok usia dewasa (19-55 tahun) sebesar 58,53 g/orang/hari. Rerata konsumsi kornet dalam kaleng tertinggi terdapat pada kelompok usia anak (5-12 tahun) sebesar 38,26 g/orang/hari.
Berdasarkan hasil pengujian, konsentrasi migrasi BPA pada sampel kemasan kaleng sarden (menggunakan simulan etanol 20%) berkisar antara tidak terdeteksi hingga 0,05 mg/kg. Sedangkan dalam kemasan kaleng kornet (menggunakan simulan etanol 10%) keseluruhan hasilnya adalah tidak terdeteksi. Tingginya konsentrasi BPA pada sampel kemasan kaleng sarden yang menggunakan simulan etanol 20% disebabkan karena BPA lebih mudah larut dalam etanol 20% jika dibandingkan dalam etanol 10%, karena semakin tinggi konsentasi etanol maka akan semakin bersifat non polar yang mana BPA lebih mudah larut dalam pelarut non polar.
Rata-rata paparan migrasi BPA dari konsumsi sarden dalam kaleng pada kelompok seluruh usia sebesar 0,0280 µg/kgBB/hari, sementara nilai paparan migrasi untuk pengonsumsi tinggi (P95) sebesar 0,0955 µg/kgBB/hari. Nilai paparan P95 tertinggi ditemukan pada kelompok usia balita (24-59 bulan) sebesar 0,1743 µg/kgBB/hari. Sedangkan nilai rata-rata paparan migrasi BPA dari konsumsi kornet dalam kaleng pada kelompok seluruh usia sebesar 0,0032 µg/kgBB/hari, sementara nilai paparan migrasi untuk pengonsumsi tinggi (P95) sebesar 0,0154 µg/kgBB/hari. Nilai paparan P95 tertinggi ditemukan pada kelompok usia anak (5-12 tahun) sebesar 0,0240 µg/kgBB/hari. Kelompok usia balita dan anak memiliki tingkat konsumsi yang lebih rendah jika dibandingkan dengan kelompok usia lainnya, namun nilai paparannya pada kelompok usia tersebut lebih tinggi. Secara keseluruhan nilai paparan BPA pada kemasan kaleng sarden dan kornet masih sangat rendah.
Kelompok usia balita (24-59 bulan) dan anak (5-12 tahun) memiliki nilai risiko paparan BPA yang lebih tinggi jika dibandingkan kelompok usia lainnya akibat dari mengonsumsi sarden dan kornet dalam kaleng. Nilai risiko paparan BPA pada pengonsumsi tinggi (P95) akibat mengonsumsi sarden dalam kaleng pada kelompok usia balita sebesar 4,3576% terhadap 100% TDI. Sedangkan nilai risiko paparan BPA P95 akibat mengonsumsi kornet dalam kaleng pada kelompok usia anak (5-12 tahun) sebesar 0,6010% terhadap 100% TDI.
Secara keseluruhan, nilai risiko pada kelompok usia balita (24-59 bulan), anak (5-12 tahun), remaja (13-18 tahun), dewasa (19-55 tahun), lansia (>55 tahun) serta seluruh kelompok usia baik pada nilai rata-rata, median (persentil 50) dan pengonsumsi tinggi (persentil 75 dan persentil 95) tidak melebihi nilai TDI (% TDI <100), sehingga dapat disimpulkan bahwa penilaian risiko menunjukkan tidak adanya potensi bahaya terhadap kesehatan akibat dari mengonsumsi sarden dan kornet dalam kaleng bagi penduduk di Indonesia. Tin can packaging is a type of food packaging materials that is widely used for food canning containers. Tin cans are generally made of tin plate with a coating on the inside (enamel) to prevent corrosion due to direct contact of food. One of the most widely used enamel coating is epoxy. Epoxy resin is a material made from the reaction of bisphenol A (BPA) and epichlorohydrin. BPA is one of the food contact substances that is harmful to health because it can affect the endocrine system (endocrine disruptor) and can cause damage to various tissues and organs including the reproductive system, immune system, and neuroendocrine system. The increasing production of canned food increases the possibility of health risk due to the migration of BPA from packaging into the food consumed. Risk estimation of BPA migration from canned packaging to processed food in Indonesia has never been reported.
This study aims to determine the migration content of BPA in cans of sardines and corned beef in Indonesia, to estimate the level of its exposure in the Indonesian population, and to obtain an estimate the health risk caused by consuming canned sardines and corned beef. This study was testing the migration of BPA using the High-pressure liquid chromatography (HPLC) UV-Vis and foods simulants on empty cans for sardines and corned beef, 12 sampels each. The resulting concentration data were then used to calculate exposure as Estimated Daily Intake in the population in Indonesia using consumption data of canned sardines and corned beef obtained from the Individual Food Consumption Survey report in 2014 with deterministic approach. The final stage, is to calculate the risk characterisation expressed in the percentage of Tolerable Daily Intake (% TDI), which is a comparation between the BPA migration exposure value and the BPA TDI value.
The average consumption of canned sardines and corned beef in the Indonesian population for all age groups is 56.42 g/person/day and 28.85 g/person/day, respectively. The highest average consumption of sardines was found in the adult age group (19-55 years) of 58.53 g/person/day. The highest average consumption of canned corned beef was found in the children's age group (5-12 years) of 38.26 g/person/day.
Based on the test results, the concentration of BPA migration in samples of canned sardines using 20% ethanol simulants ranged from 0.005 – 0.05 mg/kg. Whereas in corned beef cans using 10% ethanol simulants is 0.005 mg/kg. The high concentration of BPA in samples of sardine cans using 20% ethanol simulants is caused by BPA being more soluble in higher ethanol concentration which is more nonpolar.
The average BPA migration exposure from consumption of canned sardines in all age groups is 0.0280 µg/kg bw/day, while its migration exposure value for high canned sardines consumption (P95) is 0.0955 µg/kg bw/day. The highest exposure value is found in the toddler age group (24-59 months) which is 0.1743 µg/kg bw/day. While the average BPA migration exposure value from canned corned beef consumption in all age groups is 0.0032 µg/kg bw/day with the migration exposure value for high canned corned beef consumers (P95) is 0.0154 µg/kg bw/day. The highest exposure value is found in the children age group (5-12 years) of 0.0240 µg/kg bw/day. The toddler and children age groups have lower level of consumption when compared to other age groups, resulting in higher exposure values in these age groups. However, the overall exposure value of BPA in canned sardines and corned beef is still very low.
The toddler age group (24-59 months) and children (5-12 years) have a higher risk of BPA exposure through canned sardines and corned beef consumption than other age groups. The risk value of exposure to BPA migration for high consumers (P95) due to consuming canned sardines in the under-five age group is 4.3576% to 100% TDI. Meanwhile, the risk value of exposure to P95 migration due to consuming canned corned beef in the child age group (5-12 years) is 0.6010% to 100% TDI.
Overall, the risk value for the age group under five (24-59 months), children (5-12 years), adolescents (13-18 years), adults (19-55 years), elderly (> 55 years) and all age groups both the mean, median (50th percentile) and high-consuming (75th and 95th percentile) values do not exceed the TDI value (% TDI <100). So it can be concluded that the risk assessment indicates no potential harm to health as a result of consuming sardines and canned corned beef for residents in Indonesia
Collections
- MT - Agriculture Technology [2229]