Kelayakan Bisnis Wisata Healing Forest di Kebun Raya Cibodas, Cianjur, Jawa Barat

Abstract

Riset Kesehatan Dasar Kementerian Kesehatan tahun 2018 menunjukkan bahwa penduduk berusia diatas 15 tahun mengalami beberapa masalah kesehatan mental. Salah satu cara mengatasi hal tersebut adalah dengan ekowisata healing forest yaitu wisata alam untuk menyehatkan mental dengan memanfaatkan hutan dan alam terbuka. Healing forest cocok dikembangkan di kawasan konservasi seperti Kebun Raya Cibodas (KRC). Pengembangan wisata healing forest memerlukan investasi yang cukup besar sehingga diperlukan kajian rencana tersebut sebelum direalisasikan. Penelitian ini bertujuan menganalisis kelayakan pengembangan healing forest di KRC pada aspek non finansial dan finansial. Berdasarkan hasil analisis non finansial, KRC layak untuk mengembangkan wisata healing forest karena memenuhi aspek-aspek kelayakan non finansial yang dianalisis. Berdasarkan hasil analisis finansial, skenario II (dengan healing forest) memiliki nilai kelayakan yang lebih tinggi dibanding skenario I (tanpa healing forest) dengan NPV Rp33.064.376.263; IRR 66,65 persen; Net B/C 9,10; dan Payback Period 3 tahun 5 bulan. Berdasarkan hasil analisis switching value dengan variabel penurunan jumlah pengunjung dan kenaikan gaji karyawan, wisata healing forest (skenario II) memiliki nilai switching value yang lebih besar, sehingga daya tahan bisnisnya lebih baik.

The Ministry of Health's Basic Health Research in 2018 shows that people over 15 years old experience several mental health problems. One way to overcome this is with ecotourism healing forest, namely nature tourism to nourish mental health by utilizing forests and the outdoors. Healing forest is suitable to be developed in conservation areas such as Cibodas Botanical Garden (KRC). The development of healing forest tourism requires a large enough investment so that a study of the plan is needed to be realized. This study aims to analyze the feasibility of developing a healing forest in KRC on non-financial and financial aspects. Based on the results of the non-financial analysis, KRC is feasible to develop healing forest tourism because it meets the non-financial feasibility aspects analyzed. Based on the results of the financial analysis, scenario II (with healing forest) has a higher feasibility value than scenario I (without healing forest) with NPV Rp33,064,376,263; IRR 66.65 percent; Net B/C 9.10; and Payback Period 3 years 5 months. Based on the results of the switching value analysis with a variable decrease in the number of visitors and an increase in employee salaries, healing forest tourism (scenario II) has a greater switching value, so its business resilience is better.