Show simple item record

dc.contributor.advisorAbidin, A. Surkati
dc.contributor.advisorH. S. Partoatmodjo
dc.contributor.advisorF. G. Suratmo
dc.contributor.authorSulistijorini
dc.date.accessioned2023-07-26T13:30:04Z
dc.date.available2023-07-26T13:30:04Z
dc.date.issued1994
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/122675
dc.description.abstractDalam industri gula, ada tiga jenis limbah yang dihasilkan, yaitu : Bagase (ampas), blotong, dan melase (tetes). Ampas dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar dan campuran pakan ternak. Tetes dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan alkohol, spiritus, dan penyedap rasa. Blotong dapat dimanfaatkan sebagai pupuk. Di daerah Cirebon, Jawa Barat, banyak terdapat pabrik gula yang belum memanfaatkan blotong secara optimal. Maka sebagai salah satu cara pemanfaatan blotong tersebut adalah menggunakannya sebagai bahan organik untuk meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman cabai merah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana dampak pemanfaatan berbagai jenis blotong sebagai bahan organik yang dikombinasikan dengan pemberian pupuk urea, terhadap usaha peningkatan pertumbuhan dan produksi tanaman cabai merah. Penelitian dilakukan di Rumah kaca Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogar. Analisis tanah, blotong, dan jaringan tanaman dilakukan di Laboratorium Ekofisiologi, Balai Penelitian Tanaman Pangan (Balittan) Bogar. Penelitian berlangsung dari bulan September 1992 hingga bulan April 1993. Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Faktorial Acak Lengkap dengan dua faktor yang masing-masing terdiri dari sembilan taraf dan tiga taraf, serta tiga ulangan. Faktor blotong terdiri dari Kontrol (B-0), blotong sulfitasi lapuk dosis 15 ton/ha atau setara dengan 75 g/polibag (BSL 15), blotong sulfitasi segar dosis 15 ton/ha (BSS 15), blotong karbonatasi lapuk dosis 15 ton/ha (BKL 15), blotong karbonatasi segar dosis 15 ton/ha (BKS 15), blotong sulfitasi lapuk dosis 30 ton/ha atau setara dengan 150 g/polibag (BSL 30), blotong sulfitasi segar dosis 30 ton/ha (BSS 30), blotong karbonatasi lapuk dosis 30 ton/ha (BKL 30), dan blotong karbonatasi segar dosis 30 ton/ha (BKS 30). Faktor dosis urea meliputi : Tanpa pemupukan urea (N-0), urea dos is 100 kg/ha (N-100), dan urea dosis 200 kg/ha (N-200) . Unit percobaan sebanyak 81 polibag, dengan dua tanaman setiap polibag. Pengamatan dilakukan terhadap semua tanarnan. Peubah yang diamati adalah tinggi tanarnan, jumlah daun, jumlah bunga rnekar, jurnlah buah, jumlah dan ukuran buah, panjang dan jumlah cabang akar, bobot basah dan kering akar, serta bobot basah dan kering brangkasan. ...id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB (Bogor Agricultural University)id
dc.subject.ddcCapsicum annuumid
dc.subject.ddcGrowthid
dc.subject.ddcProductionid
dc.titlePemanfaatan limbah blotong sebagai bahan organik untuk meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman cabai merah (Capsicum annuum L.)id
dc.typeThesisid
dc.subject.keywordBlotong wasteid
dc.subject.keywordOrganic fertilizerid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record