Show simple item record

dc.contributor.authorEkowati, Dian
dc.date.accessioned2010-05-05T08:57:55Z
dc.date.available2010-05-05T08:57:55Z
dc.date.issued2005
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/12248
dc.description.abstractTujuan penelitian ini adalah untuk meneliti potensi pengembangan ekowisata dalam upaya pemberdayaan masyarakat di Pekon (Pekon adalah istilah lokal dalam Bahasa Lampung untuk menyebut “desa”) Pahmungan, Lampung Barat. Penelitian dilakukan di Pekon Pahmungan, Kecamatan Pesisir Tengah Krui, Kabupaten Lampung Barat, Propinsi Lampung. Sebuah desa yang menjadi tempat tujuan penelitian tentang agroforest dari berbagai kalangan, yaitu kalangan akademis, pemerintah dan Lembaga Swadaya Masyarakat. Keberhasilan pengelolaan repong damar sebagai sebuah sistem agroforest ini sudah diakui di tingkat nasional dan internasional. Metode penelitian yang diterapkan adalah metode penelitian kualitatif dengan strategi penelitian studi kasus. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam. Ekowisata bukanlah suatu jawaban pasti untuk melakukan pemberdayaan masyarakat di Pekon Pahmungan. Ekowisata adalah alternatif yang dapat dipilih dan dikembangkan mengingat potensi sumber daya yang tersedia. Dasar pemikiran utama dari pemberdayaan masyarakat dalam pengembangan ekowisata ini adalah pelestarian repong damar dengan tetap memberikan manfaat secara sosial ekonomi kepada masyarakat. Repong adalah istilah lokal dalam Bahasa Lampung untuk kebun. Alasan penduduk lebih memilih untuk menggunakan istilah repong adalah karena repong ditanami dengan berbagai jenis tanaman, tidak seperti istilah kebun yang merujuk pada satu jenis tanaman saja. Saat masyarakat mendapatkan manfaat dari repong damar dengan pengembangan ekowisata maka mereka akan semakin termotivasi untuk melakukan konservasi repong damar mereka. Pengembangan ekowisata adalah untuk kepentingan ekologi dengan tetap membantu kepentingan sosial ekonomi masyarakat. Dengan berbagai definisi ekowisata yang telah disampaikan, jenis ekowisata yang sesuai dengan kondisi lokalitas Pekon Pahmungan adalah ekowisata dalam batas yang masih sanggup diterima sistem di Pekon Pahmungan, dengan penekanan pada kegiatan di repong damar. Sesuai tiga prinsip dasar wisata yaitu ada yang dilihat, dilakukan dan dibawa. Hal yang dapat dilihat pengunjung adalah sungai dan gua yang masih alami dan terutama flora fauna di dalam repong. Jenis kegiatan dalam ekowisata repong damar Pekon Pahmungan yang dapat dilakukan adalah belajar tentang pengelolaan agroforest, petualangan di repong untuk melihat sungai, gua, flora dan fauna di dalamnya, belajar memanjat pohon damar, mengambil getah damar dan memilih damar. Selama ini atraksi panjat damar sudah menjadi atraksi yang ditampilkan setiap ada acara-acara nasional. Hal yang dapat dibawa adalah suvenir-suvenir khas seperti getah damar, bebalang dan kentongan khas Lampung, bahkan mungkin kain tapis. Didukung dengan berbagai faktor pendukung, komunitas tetap belum mampu melaksanakan pengembangan dan pengelolaan ekowisata ini sendirian. Mereka membutuhkan dukungan dari pihak luar untuk mendampingi mereka dalam mengembangkan dan mengelola ekowisata di desa mereka. Keberadaan pihak luar di sini bukan sebagai pemimpin proyek dan berdiri di depan komunitas, namun untuk berdiri di samping komunitas, melalui proses belajar bersama dengan masyarakat. Hal ini berimplikasi pada kebutuhan akan partisipasi aktif komunitas dalam semua aspek, mulai dari perencanaan, pengembangan, pemasaran dan pengorganisiran sumberdaya dan fasilitas. Komunitas di sini berperan sejak dari pembuatan konsep sampai ke hal teknis. Pemberdayaan masyarakat dalam pengembangan ekowisata membutuhkan komitmen dari berbagai pihak demi tercapainya tujuan. Para pihak yang terlibat di sini berasal dari kalangan LSM lokal dan nasional, pemerintah, akademisi dan institusi internasional. Masing-masing pihak yang terlibat dalam ekowisata memiliki peran yang berbeda satu dengan yang lain sesuai dengan kapasitas yang mereka miliki. Peran-peran tersebut saling menguatkan satu sama lain. Proses ini adalah proses yang berkelanjutan dan tidak dapat terjadi secara instan. Para pihak yang terlibat harus memiliki komitmen yang kuat untuk terlibat, dan tidak hanya setengah-setengah. Khusus untuk kalangan pemerintah, kritik yang selama ini sering disampaikan oleh komunitas adalah selalu bergantinya program dan kebijaksanaan setiap kali pergantian pejabat. Hal ini terutama dirasakan komunitas pada pejabat pemerintah di daerah tingkat I mereka.id
dc.publisherIPB (Bogor Agricultural University)
dc.titlePemberdayaan Masyarakat Dalam Pengembangan Ekowisataid
dc.title.alternative(Kasus Pekon Pahmungan, Kecamatan Pesisir Tengah Krui, Kabupaten Lampung Barat, Propinsi Lampung)id
dc.typeThesisid


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record