Efesiensi Reproduksi Sapi Potong Program Inseminasi Buatan di Provinsi Sulawesi Selatan
Abstract
Penerapan teknologi inseminasi buatan (IB) terus ditingkatkan terutama di
Provinsi Sulawesi Selatan sebagai salah satu daerah sentra populasi sapi pedaging
di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan faktor-faktor yang
memengaruhi efisiensi reproduksi ternak pada program inseminasi buatan di
Provinsi Sulawesi Selatan. Data kinerja reproduksi merupakan data sekunder dari
iSIKHNAS. Data ditabulasi berdasarkan lokasi (kabupaten), inseminator, bangsa
sapi, dan peubah reproduksi yaitu nilai S/C dan persentase (%) kebuntingan. Data
dianalisis secara deskriptif, analisis ragam dan korelasi. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa sapi bali, peranakan limosin dan peranakan semental masingmasing memiliki skor S/C yaitu 2.24; 2.44; 2.61. Lokasi (kabupaten) yang memiliki
efisiensi reproduksi baik, ditunjukkan dengan skor S/C yang lebih baik (P<0.05)
adalah Kota Palopo, Kabupaten Barru, Kabupaten Sidenreng Rappang, Kabupaten
Jeneponto, Kabupaten Luwu Utara, Kabupaten Sinjai, Kabupaten Bantaeng, dan
Kabupaten Tana Toraja. % Persentase inseminator berpengaruh nyata (P<0.05)
terhadap efisiensi reproduksi, meskipun di kabupaten Tana Toraja memiliki jumlah
inseminator kurang baik namun memiliki efisiensi reproduksi yang terbaik.
Sebaliknya di Kabupaten Pinrang jumlah inseminator tinggi akan tetapi memiliki
efisiensi reproduksi yang rendah (P<0.05). Efisiensi reproduksi secara umum dapat
dijelaskan bahwa sangat dipengaruhi oleh lokasi kabupaten dan jumlah
inseminator, sedangkan bangsa sapi tidak memengaruhi skor S/C dan %
kebuntingan. The application of artificial insemination (AI) technology continues to improve, especially in South Sulawesi, one of Indonesia's beef cattle population centers. This study aims to determine the factors influencing AI implementation in South Sulawesi. Reproduction performance secondary data was obtained from iSIKHNAS. Data were tabulated by district, inseminator, cattle breed, and reproductive variables (S/C value and pregnancy percentage). Data were analyzed using descriptive, variance, and correlation analyses. Bali, Limousin, and Simmental cattle had S/C of 2.24, 2.44, and 2.61, respectively. Different district locations have better S/C (P<0.05), such as Palopo, Barru, Sidenreng Rappang, Jeneponto, North Luwu, Sinjai, Bantaeng, and Tana Toraja. The performance of inseminators had a significant effect (P<0.05). Although with a low number of inseminators, Tana Toraja had the best reproductive efficiency, compared to Soppeng, which has many inseminators but low livestock reproductive efficiency (P<0.05). In conclusion, reproductive efficiency performance is influenced by location (district topography) and inseminator performance, whereas the breed of cattle does not affect S/C values and pregnancy percentage. The results of the correlation analysis showed that S/C has a positive correlation with inseminator performance of 44.3%.
Collections
- MT - Animal Science [1152]