Evaluasi Kinerja dan Status Keberlanjutan Kawasan Agropolitan Perpat Kabupaten Belitung
Abstract
Pembangunan nasional yang dilakukan dalam beberapa dasawarsa terakhir
menghasilkan efek negatif dalam upaya pembangunan itu sendiri, pembangunan
yang hanya terarah pada kawasan perkotaan, telah memberikan berbagai akses
(urban bias). Hal ini dilatarbelakangi oleh konsep kota sebagai pusat
pertumbuhan tidak memberikan efek penetesan kebawah, tetapi melakukan
pengurasan sumberdaya (backwash) dari wilayah sekitarnya yang menyebabkan
disparitas wilayah.
Oleh karena itu dalam rangka menyeimbangkan pemerataan dan
percepatan pembangunan pertanian dan perdesaan setara dengan perkotaan, maka
pemerintah mencanangkan program pengembangan kawasan agropolitan sebagai
salah satu siasat pilihah strategis. Pengembangan kawasan agropolitan memiliki
keunggulan: (1) mendorong desentralisasi pembangunan dan wewenang, (2)
jembatan penghubung antara wilayah perkotaan dan perdesaan, dan (3)
menekankan kepada pengembangan ekonomi berbasis sumberdaya lokal pelibatan
sebanyak mungkin masyarakat.
Tujuan penelitian adalah (a) menganalisis potensi kawasan dalam
mendukung pengembangan agropolitan, (b) mengevaluasi tingkat kinerja
perkembangan kawasan agropolitan Perpat, (c) menganalisis status keberlanjutan
dan skenario pengembangan kawasan agropolitan.
Penelitian dilakukan pada kawasan agropolitan Perpat Belitung, selama
bulan November 2009 sampai dengan bulan Maret 2010. Metode penelitian
adalah studi literatur, survey lapangan, wawancara/ quesioner. Analisis-analisis
yang digunakan antara lain (1) analisis Location Quetient (LQ), (2) Analisis
unggulan dan andalan, (3) metode pendekatan Multi Dimensional Scaling (MDS)
Rap-Agrop, (4) analisis Laverege, (5) analisis Monte Carlo dan (6) analisis
Prospektif
Hasil kajian menunjukkan bahwa basis komoditas dominan tersebar pada
5 kecamatan kawasan agropolitan untuk komoditas tanaman pangan, perkebunan,
peternakan dan perikanan. Untuk basis penggerak perekonomian masyarakat
ditemukan 4 komoditas unggulan yaitu : padi (komoditas tanaman pangan), lada
(komoditas perkebunan), sapi potong (komoditas peternakan) dan ikan laut
(komoditas perikanan). Tingkat kinerja perkembangan menunjukkan kawasan
agropolitan Perpat Belitung termasuk dalam kategori PRA II Kawasan
Agropolitan dengan nilai indeks gabungan 36,88% dan Indeks gabungan status
keberlanjutan kawasan sebesar 48,23% menunjukkan status keberlanjutan
kawasan agropolitan Perpat termasuk dalam kriteria kawasan kurang
berkelanjutan. Terdapat 3 dimensi yang menyebabkan status kurang berkelanjutan
dan belum optimal dalam menunjang program agropolitan yaitu dimensi
infrastruktur dan teknologi, hukum & kelembagaan serta ekologi......dst