Analisis faktor yang berhubungan dengan berat bayi lahir dan pengaruhnya terhadap status gizi anak Usia 6 - 11 bulan di Sumatera
Abstract
Beberapa tantangan yang dihadapi dalam upaya meningkatkan derajat
kesehatan dan penyelenggaraan pembangunan kesehatan yaitu rendahnya kualitas
kesehatan penduduk karena tingginya angka kematian bayi (AKB), angka
kematian anak balita (AKABA) dan angka kematian ibu melahirkan (AKI) serta
tingginya prevalensi balita yang mengalami gizi kurang. Berdasarkan hasil Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007, prevalensi BBLR di Indonesia yaitu 11,5%.
Di wilayah Sumatera BBLR tertinggi di Provinsi Sumatera Selatan (19,5%) dan
Bangka Belitung (13,5%) (Depkes RI 2008). Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis faktor yang berhubungan dengan berat bayi lahir dan pengaruhnya
terhadap status gizi anak ketika usia 6 – 11 bulan di Sumatera. Hasil penelitian
diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi semua pihak dalam
merumuskan kebijakan untuk intervensi dan pencegahan BBLR serta masalah
gizi pada anak.
Penelitian ini menggunakan data sekunder hasil Riskesdas 2007 dengan
metode survei. Lokasi penelitian yaitu wilayah Sumatera yang terdiri dari 10
provinsi (DI Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Jambi, Sumatera
Selatan, Bengkulu, Lampung, Bangka Belitung dan Kepulauan Riau). Jumlah
rumah tangga sampel yang mempunyai anak usia 6 – 11 bulan yaitu 1.749 rumah
rangga. Pengolahan data menggunakan software Microsoft Office Excell 2007,
SPSS versi 16.0 2007 dan SAS. Penentuan nilai Z score berdasarkan berat badan,
tinggi badan dan umur anak menggunakan software Anthro WHO versi 3.0.1
2009. Untuk menarik kesimpulan akhir penelitian dan menentukan faktor faktor
yang mempengaruhi berat bayi lahir dan status gizi anak berdasarkan indikator
BB/U, BB/TB dan TB/U dilakukan analisis Regresi Linier Berganda dan dalam
proses estimasi parameter menggunakan metode Stepwise.
Hasil penelitian menunjukan prevalensi bayi dengan berat lahir (BBLR)
< 2.500 gram yaitu 4,7% dan rata-rata berat bayi lahir 3.153 gram. Prevalensi bayi
lahir dengan BBLR paling tinggi di Provinsi Bangka Belitung yaitu 13,2%
sedangkan prevalensi BBLR terendah di Provinsi Sumatera Utara yaitu 2,4%.
Prevalensi gizi buruk tertinggi di Provinsi Daerah Istimewa Aceh yaitu
7,5% dan terendah di Provinsi Kepulauan Riau yaitu 1,3%. Prevalensi sangat
kurus tertinggi di Provinsi Sumatera Utara yaitu 22% dan terendah di Bangka
Belitung yaitu 8,5%. Prevalensi sangat pendek tertinggi di Provinsi DI Aceh
(24,8%) dan terendah di Provinsi Sumatera Barat (12,5%). Secara keseluruhan di
wilayah Sumatera masalah gizi pada anak usia 6 – 11 bulan ; gizi buruk 4,8%,
sangat kurus 16% dan sangat pendek 18,8%. Sumatera menghadapi masalah gizi
akut-kronis, dimana prevalensi balita wasting 24,7% (> 5%), balita stunting
mencapai 28,9% (> 20%) dan balita underweight sebesar 13,7% (> 10%).....dst
Collections
- MT - Human Ecology [2199]