Show simple item record

dc.contributor.advisorSulistiono
dc.contributor.advisorPratiwi, Niken
dc.contributor.authorHandayani, Endy
dc.date.accessioned2023-06-06T05:47:14Z
dc.date.available2023-06-06T05:47:14Z
dc.date.issued2015
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/118470
dc.description.abstractMangrove menjadi ekosistem utama pendukung kehidupan yang penting di wilayah pesisir. Kabupaten Subang merupakan salah satu wilayah di Jawa Barat yang masih memiliki kawasan mangrove. Hasil analisis data LANDSAT-TM Multitemporal menunjukkan pada periode 1988–1992 terjadi pengurangan luasan mangrove (dari 2.087,7 ha menjadi 958,2 ha) yang disebabkan oleh kegiatan konversi lahan termasuk perluasan area pertambakan, sedangkan penambahan luas (menjadi 3.074,3 ha) pada periode 1992–1995 menunjukkan keberhasilan program perhutanan sosial yang dilakukan melalui tambak tumpang sari/wanamina/silvofishery. Pemanfaatan mangrove untuk wanamina di Kabupaten Subang saat ini mengalami perkembangan yang pesat sehingga diperlukan penilaian keberlanjutan terhadap sumber daya dan usaha yang dilakukan dalam wanamina. Salah satu alat yang digunakan untuk mengevaluasi keberlanjutan pengelolaan mangrove dengan sistem wanamina ini adalah Rapid Appraisal for Fisheries (RAPFISH) yang merupakan metode penilaian keberlanjutan perikanan berbasis pendekatan multidimensional scaling. Tujuan penelitian adalah (1) menghitung tingkat kelayakan usaha dengan sistem wanamina, dan (2) menentukan status keberlanjutan pengelolaan mangrove dengan sistem wanamina di pesisir Blanakan Subang. Penelitian ini dilaksanakan di pesisir Desa Langensari, Kecamatan Blanakan, Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat selama tiga bulan, yaitu pada bulan Oktober - Desember 2014. Kegiatan wanamina yang dilakukan di pesisir Langensari memiliki tingkat kelayakan yang cukup efektif dan efisien. Dari hasil analisis ekonomi terhadap empat parameter yang dipertimbangkan seluruhnya menunjukkan kontribusi yang positif terhadap keberlangsungan wanamina, yaitu (1) adanya interaksi biofisik, (2) terdapat sejumlah besar spesies yang memanfaatkan mangrove, (3) terdapatnya hasil budidaya ikan/udang dan hasil non budidaya mangrove yang cukup besar, dan (4) input yang rendah dari kegiatan wanamina. Hasil ordinasi RAPFISH terhadap seluruh dimensi keberlanjutan, baik itu dimensi ekologi, dimensi ekonomi, dimensi sosial maupun multidimensi, seluruhnya menunjukkan status “cukup berkelanjutan” dengan nilai indeks berada pada selang nilai 51–75. Kondisi tersebut dapat mencerminkan bahwa pengelolaan mangrove dengan sistem wanamina di pesisir Blanakan, Kabupaten Subang berada dalam keadaan cukup optimal. Berdasarkan analisis Leverage dalam metode RAPFISH terdapat empat indikator yang dominan memberikan kontribusi terhadap nilai indeks keberlanjutan, yaitu (1) kualitas air, (2) kerapatan mangrove, (3) pasar hasil tambak, dan (4) jenis pekerjaan.id
dc.language.isoidid
dc.publisherBogor Argicultural University (IPB)id
dc.subject.ddcCoastal and marine resources managementid
dc.subject.ddcCoastal regionsid
dc.subject.ddc2014id
dc.titleEvaluasi Keberlanjutan Pengelolaan Mangrove dengan Sistem Wanamina Di Pesisir Blanakan Subang Jawa Baratid
dc.typeThesisid
dc.subject.keywordcoastal Blanakanid
dc.subject.keywordRAPFISHid
dc.subject.keywordsilvofisheryid
dc.subject.keywordsustainability indexid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record