Evaluasi Keberlanjutan Pengelolaan Mangrove dengan Sistem Wanamina Di Pesisir Blanakan Subang Jawa Barat
Abstract
Mangrove menjadi ekosistem utama pendukung kehidupan yang penting di
wilayah pesisir. Kabupaten Subang merupakan salah satu wilayah di Jawa Barat
yang masih memiliki kawasan mangrove. Hasil analisis data LANDSAT-TM
Multitemporal menunjukkan pada periode 1988–1992 terjadi pengurangan luasan
mangrove (dari 2.087,7 ha menjadi 958,2 ha) yang disebabkan oleh kegiatan
konversi lahan termasuk perluasan area pertambakan, sedangkan penambahan luas
(menjadi 3.074,3 ha) pada periode 1992–1995 menunjukkan keberhasilan program
perhutanan sosial yang dilakukan melalui tambak tumpang
sari/wanamina/silvofishery.
Pemanfaatan mangrove untuk wanamina di Kabupaten Subang saat ini
mengalami perkembangan yang pesat sehingga diperlukan penilaian keberlanjutan
terhadap sumber daya dan usaha yang dilakukan dalam wanamina. Salah satu alat
yang digunakan untuk mengevaluasi keberlanjutan pengelolaan mangrove dengan
sistem wanamina ini adalah Rapid Appraisal for Fisheries (RAPFISH) yang
merupakan metode penilaian keberlanjutan perikanan berbasis pendekatan
multidimensional scaling.
Tujuan penelitian adalah (1) menghitung tingkat kelayakan usaha dengan
sistem wanamina, dan (2) menentukan status keberlanjutan pengelolaan mangrove
dengan sistem wanamina di pesisir Blanakan Subang. Penelitian ini dilaksanakan
di pesisir Desa Langensari, Kecamatan Blanakan, Kabupaten Subang, Provinsi
Jawa Barat selama tiga bulan, yaitu pada bulan Oktober - Desember 2014.
Kegiatan wanamina yang dilakukan di pesisir Langensari memiliki tingkat
kelayakan yang cukup efektif dan efisien. Dari hasil analisis ekonomi terhadap
empat parameter yang dipertimbangkan seluruhnya menunjukkan kontribusi yang
positif terhadap keberlangsungan wanamina, yaitu (1) adanya interaksi biofisik, (2)
terdapat sejumlah besar spesies yang memanfaatkan mangrove, (3) terdapatnya
hasil budidaya ikan/udang dan hasil non budidaya mangrove yang cukup besar, dan
(4) input yang rendah dari kegiatan wanamina.
Hasil ordinasi RAPFISH terhadap seluruh dimensi keberlanjutan, baik itu
dimensi ekologi, dimensi ekonomi, dimensi sosial maupun multidimensi,
seluruhnya menunjukkan status “cukup berkelanjutan” dengan nilai indeks berada
pada selang nilai 51–75. Kondisi tersebut dapat mencerminkan bahwa pengelolaan
mangrove dengan sistem wanamina di pesisir Blanakan, Kabupaten Subang berada
dalam keadaan cukup optimal. Berdasarkan analisis Leverage dalam metode
RAPFISH terdapat empat indikator yang dominan memberikan kontribusi terhadap
nilai indeks keberlanjutan, yaitu (1) kualitas air, (2) kerapatan mangrove, (3) pasar
hasil tambak, dan (4) jenis pekerjaan.
Collections
- MT - Fisheries [2947]