Show simple item record

dc.contributor.advisorPurnamadewi, Yeti Lis
dc.contributor.advisorNajib, Mukhamad
dc.contributor.authorMartadona, Ilham
dc.date.accessioned2023-06-04T00:15:10Z
dc.date.available2023-06-04T00:15:10Z
dc.date.issued2015
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/118305
dc.description.abstractPeranan sektor pertanian selain meningkatkan persediaan pangan juga dapat meningkatkan pendapatan wilayah dan masyarakat melalui kegiatan ekspor. Kota Padang saat ini masih memiliki lahan pertanian yang cukup luas untuk dikembangkan menjadi pertanian perkotaan (modern). Kota Padang memiliki sumberdaya alam dan lahan yang potensial untuk pengembangan komoditi pertanian, khususnya pertanian tanaman pangan dimana dari luas wilayahnya sebesar 33,414.34 hektar, sebesar 23,158 hektar atau 69.30 persen diantaranya adalah lahan pertanian. Sementara di pihak lain, kontribusi sektor pertanian terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Padang dalam lima tahun terakhir (2008-2012) cenderung menurun, dari 5.12 persen di tahun 2008 menjadi 4.98 persen di tahun 2012. Oleh karena itu pemerintah Kota Padang merencanakan pengembangan kawasan agropolitan yang dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) 2004-2020 sebagai suatu strategi pembangunan daerah agar sistem agribisnis dapat berkembang sehingga sektor pertanian dapat mendorong pertumbuhan ekonomi wilayah, meningkatkan pendapatan masyarakat, nilai tambah dan daya saing produk serta dapat membangun interdepensi antara pembangunan perdesaan dan perkotaan secara serasi. Terdapat beberapa jenis komoditi tanaman pangan (padi, jagung, ubi kayu, ubi jalar dan kacang tanah) yang berkembang di Kota Padang dan tersebar di beberapa wilayah sentra produksi. Dalam lima tahun terakhir (2008-2012) perkembangan komoditi pangan tersebut baik dari sisi produksi dan produktivitas berfluktuasi, sementara luas lahan cenderung menurun. Di sisi lain, terdapat penurunan Rumah Tangga Petani (RTP) sebanyak 20,068 rumah tangga dari 39,670 rumah tangga pada tahun 2003 menjadi 19,602 rumah tangga pada tahun 2013. Disamping itu terjadi penurunan luas sawah irigasi teknis dan setengah teknis. Kondisi ini dikhawatirkan akan mempengaruhi ketahanan pangan serta sekaligus implementasi kawasan agropolitan yang memerlukan beberapa persyaratan. Berdasarkan latar belakang dan permasalahan tersebut maka tujuan dari penelitian ini adalah (1) Menganalisis komoditi unggulan tanaman pangan dalam rangka pengembangan kawasan agropolitan di Kota Padang, (2) Mengidentifikasi wilayah pengembangan agropolitan melalui ketersediaan sarana dan prasarana di wilayah sentra produksi komoditi unggulan, dan (3) Merumuskan strategi-strategi pengembangan kawasan agropolitan di Kota Padang. Penelitian ini dilakukan di Kota Padang sebagai daerah yang memiliki program pengembangan kawasan agropolitan. Data yang digunakan berupa data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara terhadap enam informan kunci; sementara data sekunder diperoleh dari instansi atau dinas-dinas yang terkait dalam penelitian ini. Metode analisis yang digunakan terdiri dari analisis Location Quotient (LQ), skalogram, diamond porter, Strength; Weakness; Opportunity; Threath (SWOT), dan Analytic Hierarchy Process (AHP). Berdasarkan analisis LQ menunjukkan bahwa tanaman pangan yang menjadi komoditi unggulan di Kota Padang adalah padi untuk kemudian dijadikan komoditi utama dalam pengembangan kawasan agropolitan. Sementara hasil analisis skalogram menunjukkan bahwa Kecamatan Kuranji memiliki potensi yang terbesar untuk dikembangkan sebagai wilayah pusat pertumbuhan (growth pole) dalam pengembangan kawasan agropolitan karena memiliki sarana dan prasarana relatif lengkap. Hasil analisis SWOT dan AHP, agar Kecamatan Kuranji dapat berfungsi secara efektif sebagai pusat pertumbuhan kawasan agropolitan maka strategi pengembangannya adalah sebagai berikut yang diurut berdasarkan prioritasnya (1) membangun sarana dan prasarana pertanian (Sub Terminal Agribisnis (STA), jalan usaha tani, irigasi) dan penguatan kelembagaan permodalan untuk pengembangan padi sebagai komoditi unggulan, (2) Memanfaatkan keunggulan kawasan sebagai sentra komoditi padi dan sumberdaya (lahan dan petani) untuk mengembangkan industri pengolahan padi dalam pengembangan agropolitan untuk mengisi peluang pasar domestik dan luar, (3) Meningkatkan peran pemerintah dalam melindungi lahan pertanian (lahan padi sawah) untuk peningkatan kegiatan agribisnis padi serta penguatan kelembagaan Gabungan Kelompok Tani (GAPOKTAN), dan (4) Mengadakan pelatihan/penyuluhan kepada petani tentang teknologi pertanian yang tepat guna. Hasil analisis AHP juga menunjukkan bahwa dalam membangun sarana dan prasarana pertanian yang perlu diprioritaskan adalah membangun STA, jalan usaha tani dan irigasi. Kebijakan yang dapat direkomendasikan dalam penelitian ini untuk Pemerintah Kota Padang adalah (1) untuk mendukung implementasi Kecamatan Kuranji sebagai pusat pertumbuhan kawasan agropolitan dan padi sebagai pilihan komoditi unggulannya maka pemerintah harus menjalankan strategi pengembangannya secara konsisten dengan memanfaatkan program bantuan pemerintah pusat yang terkait seperti DAK, menegakan dan menderegulasi (jika perlu) peraturan perundangan-udangan terkait perlindungan lahan pertanian, melibatkan pihak swasta dan stake holders terkait lainnya sedemikian sehingga peningkatan produksi melalui ekstensifikasi dan intensifikasi serta pengembangan agribisnis padi di kawasan agropolitan dapat terlaksana dengan baik serta (2) Pemerintah perlu melakukan kajian atau penelitian terdahulu terhadap permasalahanpermasalahan yang akan dihadapi dalam rangka pelaksanaan kawasan agropolitan.id
dc.language.isoidid
dc.publisherBogor Agricultural University (IPB)id
dc.titleStrategi Pengembangan Kawasan Agropolitan Berbasis Tanaman Pangan Di Kota Padangid
dc.typeThesisid
dc.subject.keywordagropolitanid
dc.subject.keywordleading commodityid
dc.subject.keywordregional development strategyid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record