Strategi Pengembangan Kawasan Agropolitan Berbasis Tanaman Pangan Di Kota Padang
View/ Open
Date
2015Author
Martadona, Ilham
Purnamadewi, Yeti Lis
Najib, Mukhamad
Metadata
Show full item recordAbstract
Peranan sektor pertanian selain meningkatkan persediaan pangan juga
dapat meningkatkan pendapatan wilayah dan masyarakat melalui kegiatan
ekspor. Kota Padang saat ini masih memiliki lahan pertanian yang cukup
luas untuk dikembangkan menjadi pertanian perkotaan (modern). Kota
Padang memiliki sumberdaya alam dan lahan yang potensial untuk
pengembangan komoditi pertanian, khususnya pertanian tanaman pangan
dimana dari luas wilayahnya sebesar 33,414.34 hektar, sebesar 23,158
hektar atau 69.30 persen diantaranya adalah lahan pertanian. Sementara di
pihak lain, kontribusi sektor pertanian terhadap Produk Domestik Regional
Bruto (PDRB) Kota Padang dalam lima tahun terakhir (2008-2012)
cenderung menurun, dari 5.12 persen di tahun 2008 menjadi 4.98 persen di
tahun 2012. Oleh karena itu pemerintah Kota Padang merencanakan
pengembangan kawasan agropolitan yang dituangkan dalam Rencana
Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) 2004-2020 sebagai suatu strategi
pembangunan daerah agar sistem agribisnis dapat berkembang sehingga
sektor pertanian dapat mendorong pertumbuhan ekonomi wilayah,
meningkatkan pendapatan masyarakat, nilai tambah dan daya saing produk
serta dapat membangun interdepensi antara pembangunan perdesaan dan
perkotaan secara serasi.
Terdapat beberapa jenis komoditi tanaman pangan (padi, jagung, ubi
kayu, ubi jalar dan kacang tanah) yang berkembang di Kota Padang dan
tersebar di beberapa wilayah sentra produksi. Dalam lima tahun terakhir
(2008-2012) perkembangan komoditi pangan tersebut baik dari sisi produksi
dan produktivitas berfluktuasi, sementara luas lahan cenderung menurun.
Di sisi lain, terdapat penurunan Rumah Tangga Petani (RTP) sebanyak
20,068 rumah tangga dari 39,670 rumah tangga pada tahun 2003 menjadi
19,602 rumah tangga pada tahun 2013. Disamping itu terjadi penurunan
luas sawah irigasi teknis dan setengah teknis. Kondisi ini dikhawatirkan
akan mempengaruhi ketahanan pangan serta sekaligus implementasi
kawasan agropolitan yang memerlukan beberapa persyaratan.
Berdasarkan latar belakang dan permasalahan tersebut maka tujuan
dari penelitian ini adalah (1) Menganalisis komoditi unggulan tanaman
pangan dalam rangka pengembangan kawasan agropolitan di Kota Padang,
(2) Mengidentifikasi wilayah pengembangan agropolitan melalui
ketersediaan sarana dan prasarana di wilayah sentra produksi komoditi
unggulan, dan (3) Merumuskan strategi-strategi pengembangan kawasan
agropolitan di Kota Padang. Penelitian ini dilakukan di Kota Padang sebagai
daerah yang memiliki program pengembangan kawasan agropolitan. Data
yang digunakan berupa data primer dan data sekunder. Data primer
diperoleh melalui wawancara terhadap enam informan kunci; sementara
data sekunder diperoleh dari instansi atau dinas-dinas yang terkait dalam
penelitian ini. Metode analisis yang digunakan terdiri dari analisis Location
Quotient (LQ), skalogram, diamond porter, Strength; Weakness;
Opportunity; Threath (SWOT), dan Analytic Hierarchy Process (AHP).
Berdasarkan analisis LQ menunjukkan bahwa tanaman pangan yang
menjadi komoditi unggulan di Kota Padang adalah padi untuk kemudian
dijadikan komoditi utama dalam pengembangan kawasan agropolitan.
Sementara hasil analisis skalogram menunjukkan bahwa Kecamatan Kuranji
memiliki potensi yang terbesar untuk dikembangkan sebagai wilayah pusat
pertumbuhan (growth pole) dalam pengembangan kawasan agropolitan
karena memiliki sarana dan prasarana relatif lengkap. Hasil analisis SWOT
dan AHP, agar Kecamatan Kuranji dapat berfungsi secara efektif sebagai
pusat pertumbuhan kawasan agropolitan maka strategi pengembangannya
adalah sebagai berikut yang diurut berdasarkan prioritasnya (1) membangun
sarana dan prasarana pertanian (Sub Terminal Agribisnis (STA), jalan usaha
tani, irigasi) dan penguatan kelembagaan permodalan untuk pengembangan
padi sebagai komoditi unggulan, (2) Memanfaatkan keunggulan kawasan
sebagai sentra komoditi padi dan sumberdaya (lahan dan petani) untuk
mengembangkan industri pengolahan padi dalam pengembangan
agropolitan untuk mengisi peluang pasar domestik dan luar, (3)
Meningkatkan peran pemerintah dalam melindungi lahan pertanian (lahan
padi sawah) untuk peningkatan kegiatan agribisnis padi serta penguatan
kelembagaan Gabungan Kelompok Tani (GAPOKTAN), dan (4)
Mengadakan pelatihan/penyuluhan kepada petani tentang teknologi
pertanian yang tepat guna. Hasil analisis AHP juga menunjukkan bahwa
dalam membangun sarana dan prasarana pertanian yang perlu diprioritaskan
adalah membangun STA, jalan usaha tani dan irigasi.
Kebijakan yang dapat direkomendasikan dalam penelitian ini untuk
Pemerintah Kota Padang adalah (1) untuk mendukung implementasi
Kecamatan Kuranji sebagai pusat pertumbuhan kawasan agropolitan dan
padi sebagai pilihan komoditi unggulannya maka pemerintah harus
menjalankan strategi pengembangannya secara konsisten dengan
memanfaatkan program bantuan pemerintah pusat yang terkait seperti DAK,
menegakan dan menderegulasi (jika perlu) peraturan perundangan-udangan
terkait perlindungan lahan pertanian, melibatkan pihak swasta dan stake
holders terkait lainnya sedemikian sehingga peningkatan produksi melalui
ekstensifikasi dan intensifikasi serta pengembangan agribisnis padi di
kawasan agropolitan dapat terlaksana dengan baik serta (2) Pemerintah
perlu melakukan kajian atau penelitian terdahulu terhadap permasalahanpermasalahan
yang akan dihadapi dalam rangka pelaksanaan kawasan
agropolitan.
Collections
- MT - Human Ecology [2198]