Show simple item record

dc.contributor.advisorWiyono, Suryo
dc.contributor.advisorSinaga, Meity Suradji
dc.contributor.advisorHidayati, Sri Hendrastuti
dc.contributor.authorHartati, Sri
dc.date.accessioned2023-05-09T01:15:02Z
dc.date.available2023-05-09T01:15:02Z
dc.date.issued2016
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/117355
dc.description.abstractAntraknosa merupakan penyakit utama yang membatasi produksi cabai dan menimbulkan kerugian cukup besar. Kehilangan hasil akibat penyakit ini dapat mencapai 50 sampai 100%. Varietas cabai yang ada pada umumnya bersifat rentan terhadap antraknosa. Pengendalian antraknosa pada cabai saat ini masih bertumpu pada fungisida sintetik. Namun, pengendalian dengan fungisida sintetik kurang efektif, dan menimbulkan berbagai masalah lingkungan serta residu pada produk pascapanen. Pengendalian hayati telah dikembangkan sebagai alternatif pengendalian antraknosa pada cabai. Salah satu mikroorganisme yang memiliki potensi tinggi sebagai agens biokontrol adalah khamir. Penggunaan khamir sebagai agens biokontrol memiliki banyak keunggulan dibandingkan mikroorganisme antagonis lain, antara lain mampu mengolonisasi buah dalam jangka waktu lama dan mampu menggunakan nutrisi dengan cepat. Namun, peran khamir sebagai agens biokontrol antraknosa pada cabai di Indonesia belum banyak diteliti. Oleh karena itu, dilakukan penelitian yang bertujuan untuk memperoleh isolat-isolat khamir yang memiliki potensi tinggi sebagai agens biokontrol untuk pengendalian antraknosa (Colletotrichum acutatum) pada cabai. Dari hasil penelitian ini, diperoleh isolat patogen penyebab antraknosa dan isolat-isolat khamir berpotensi antagonis. Isolat khamir epifit diperoleh melalui isolasi mengikuti metode Assis dan Mariano (1999). Isolat khamir endofit diisolasi menggunakan medium yang diperkaya. Seleksi antagonis khamir dilakukan dengan teknik pencelupan mengikuti metode Dan et al. (2003). Diketahui jenis-jenis khamir dari isolatisolat khamir berpotensi antagonis melalui identifikasi molekuler menggunakan primer umum ITS1 dan ITS4 (Mirhendi et al. 2007). Informasi karakter morfologi diperoleh melalui pengamatan makroskopis dan mikroskopis, sedangkan karakter biokimia khamir antagonis diketahui melalui pengamatan menggunakan BIOLOGTM, serta informasi mekanisme pengendalian terhadap antraknosa oleh khamir antagonis. Informasi tersebut digunakan untuk mengoptimalkan aplikasi dan pemanfaatan peran khamir tersebut sebagai agens biokontrol. Hasil isolasi penyebab antraknosa pada buah cabai asal daerah sentra produksi cabai Kabupaten Garut dan hasil identifikasi baik secara morfologi maupun molekuler menggunakan primer spesifik CaInt2 dan ITS4 diketahui bahwa penyebab antraknosa tersebut adalah Colletotrichum acutatum. Hasil eksplorasi khamir diperoleh 144 isolat yang terdiri atas 48 isolat khamir epifit dan 96 khamir endofit. Seluruh isolat khamir epifit yang didapatkan tidak berpotensi patogenik, sedangkan 9.38% isolat khamir endofit berpotensi patogenik...dstid
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB (Bogor Agricultural University)id
dc.titleKhamir sebagai Agens Biokontrol Antraknosa (Colletotrichum acutatum J.H. Simmonds) pada Cabai Pascapanenid
dc.typeDissertationid
dc.subject.keywordendofit, epifit, hiperparasitisme, kitinolitik, mekanismeid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record