Hubungan Dietary Acid Load dan CKD Diet Score dengan Fungsi Ginjal pada Penderita Gagal Ginjal Kronis
Abstract
Gagal ginjal kronis (GGK) merupakan kerusajakan ginjal selama 3 bulan
atau lebih yang ditandai dengan penurunan glomerular filtration rate (GFR) dan
peningkatkan albumin di urin. Studi Global Burden Disease (GBD) melaporkan
bahwa prevalensi global GGK berdasarkan perubahan age-standardized rate
antara tahun 1990–2017 tetap stabil yaitu sebesar 1,2%. Berdasarkan Riskesdas
(2018), prevalensi GGK pada usia ≥ 15 tahun di Indonesia mengalami
peningkatan dari 2 permil menjadi 3,8 permil. Beban penyakit dari GGK
diperkirakan akan meningkat dari tahun-tahun sebelumnya. Pada tahun 2040,
penyakit GGK diperkirakan menjadi penyebab kematian ke-5 secara global. Diet
adalah salah satu hal yang berperan dalam manajemen dan penanganan penyakit
GGK. Penilaian kualitas diet pada penderita GGK penting untuk mengurangi
risiko kekurangan gizi dan menurunkan percepatan perkembangan ataupun
keparahan penyakit. Penilaian kualitas diet dilakukan dengan menilai dietary acid
load (DAL) dan chronic kidney disease (CKD) diet score. Peningkatan dietary
acid load dapat berkontribusi terhadap penurunan fungsi ginjal dan perkembangan
penyakit yang lebih cepat. Chronic kidney disease (CKD) diet score yang baik
berhubungan dengan fungsi ginjal yang lebih baik. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui hubungan dietary acid load (DAL) dan CKD diet score dengan fungsi
ginjal pada penderita GGK.
Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional study yang melibatkan
subjek penderita gagal ginjal kronis dengan hemodialisis. Penelitian dilakukan di
RSUD Kota Bogor, Jawa Barat pada bulan Agustus–September 2022. Kriteria
inklusi penelitian yaitu penderita laki-laki dan perempuan yang didiagnosis dokter
menderita gagal ginjal kronis dengan hemodialisis, bersedia mengikuti penelitian
dengan menandatangani informed consent, penderita dan/atau keluarga dapat
berkomunikasi dengan baik. Kriteria eksklusi adalah subjek mengundurkan diri,
subjek meninggal pada saat penelitian, dan data eGFR, ureum, dan kreatinin
subjek tidak lengkap. Jumlah subjek penelitian ini adalah 50 orang. Protokol
penelitian ini telah disetujui oleh Komisi Etik RSUD Kota Bogor, Jawa Barat
dengan nomor 018/KEPK-RSUD/EC/VII/2022. Data karakteristik subjek dan
kebiasaan makan dikumpulkan melalui wawancara langsung kepada penderita
dan/atau keluarga. Instrumen yang digunakan dalam mengumpulkan kebiasaan
makan adalah semi quantitative food frequency questionnaire (SQ-FFQ) dengan
alat bantu buku foto makanan. Hasil dari SQ-FFQ akan digunakan untuk
mengestimasi dietary acid load dan menilai CKD diet score subjek. Data fungsi
ginjal (eGFR, ureum dan kreatinin) dikumpulkan melalui catatan rekam medis.
Pengolahan dan analisis data menggunakan uji deskriptif, uji korelasi Spearman
dan uji regresi linier berganda.
Sebagian besar subjek penelitian ini adalah perempuan, berada berada pada
kelompok usia 54–65 tahun dan memiliki riwayat hipertensi. Kontribusi protein
hewani subjek lebih tinggi dibandingkan protein nabati. Sumber protein hewani
yang sering dikonsumsi subjek adalah telur ayam dan daging ayam, sedangkan
sumber protein nabati adalah tahu dan tempe. Rerata asupan natrium subjek sesuai
dengan rekomendasi asupan natrium pada penderita GGK. Pangan dari kelompok
bumbu dan olahan, seperti garam dan bumbu penyedap memberikan kontribusi
terbesar pada asupan natrium subjek. Rerata kalium subjek sesuai dengan
rekomendasi asupan kalium pada penderita GGK. Bayam dan kentang adalah
sumber kalium yang sering dikonsumsi oleh subjek. Rerata asupan serat subjek
masih berada dibawah rekomendasi serat secara umum. Sumber serat makanan
yang sering dikonsumsi subjek adalah pepaya dan wortel. Rerata asupan gula dan
kolesterol subjek juga sudah sesuai dengan anjuran untuk penderita GGK. Gula
pasir adalah sumber gula tambahan yang hampir dikonsumsi oleh seluruh subjek
dan sering dikonsumsi per hari. Bahan makanan sumber kolesterol yang paling
sering dikonsumsi oleh subjek adalah kuning telur dan hati ayam. Karakteristik
subjek yang berhubungan dengan kreatinin adalah usia (p=0,017) dan kebiasaan
merokok (p=0,003). Karakteristik subjek yang berhubungan dengan ureum adalah
kebiasaan merokok (p=0,003). Semakin lama subjek menjalani hemodialisis maka
semakin tinggi dietary acid load subjek (p=0,011) dan semakin rendah CKD diet
score subjek (p=0,026). Peningkatan dietary acid load berhubungan dengan
penurunan eGFR (p=0,028). Peningkatan dietary acid load berhubungan dengan
peningkatan ureum dan kreatinin ( p=0,021, p=0,027). Tidak terdapat hubungan
yang signifikan antara CKD diet score dengan fungsi ginjal pada penderita GGK
(p=0,846, p=0,223, p=0,832).
Rekomendasi diet untuk penderita GGK dengan hemodialisis perlu
memperhatikan dietary acid load yang berasal dari bahan makanan. Selain itu,
perlu diberikan edukasi gizi mengenai dietary acid load kepada penderita GGK
dengan hemodialisis. Perlunya penelitian dalam desain penelitian uji klinis
terkontrol atau cohort untuk mengkonfirmasi pengaturan DAL pada pasien GGK
dengan hemodialisis terutama terkait sumber alkali alami seperti buah dan sayuran
dan melihat bagaimana mekanisme pengaruh DAL terhadap fungsi ginjal.
Penelitian selanjutnya juga disarankan untuk melakukan pemeriksaan biomarker
fungsi ginjal secara terstandar dari segi waktu. Selain itu, peneliti selanjutnya
dapat mengembangkan persamaan estimasi dietary acid load versi Indonesia
dengan menggunakan database asupan makanan dan minuman orang Indonesia.
Collections
- MT - Human Ecology [2198]