Dinamika Lingkungan Perairan Pantai Selatan Jawa pada Hasil Tangkapan Benih Sidat di Kabupaten Sukabumi
Date
2022-08Author
Rahmi, Iftitah
Kamal, Mohammad Mukhlis
Setiawan, Yudi
Metadata
Show full item recordAbstract
Ikan sidat (Anguilla spp.) merupakan salah satu ikan konsumsi dengan
permintaan tinggi di pasar internasional. Salah satu daerah yang memiliki potensi
sumberdaya ikan sidat di Indonesia yaitu wilayah Teluk Palabuhanratu, Pantai
Selatan Jawa. Perubahan terhadap musim tangkap serta kelimpahan yang semakin
menurun berakibat tidak tercukupinya permintaan benih untuk budidaya. Harga
sidat semakin tinggi karena biaya modal untuk menangkap yang dikeluarkan
nelayan serta biaya penampungan sementara oleh pengepul tidak sebanding dengan
jumlah hasil tangkapan. Ancaman lain berupa isu pemanasan global. Sifat perairan
yang dinamis serta dampak perubahan iklim dapat menyebabkan terjadinya
perubahan kondisi habitat benih sidat.
Informasi mengenai faktor lingkungan dan keterkaitannya dengan hasil
tangkapan benih sidat penting untuk diketahui. Faktor lingkungan perairan
ditunjukan oleh parameter suhu, curah hujan, klorofil-a serta batimetri perairan.
Kajian secara spasial dan temporal distribusi lingkungan perairan di Sukabumi
dapat memberikan informasi terkait preferensi lingkungan habitat benih sidat.
Khususnya jenis sidat Anguilla bicolor bicolor dan Anguilla marmorata yang
Sebagian besar ditangkap di muara sungai Kabupaten Sukabumi. Selain itu,
perilaku manusia dalam mengelola suatu sumber daya juga perlu dikaji sebagai
penguatan sistem keberlanjutan perikanan.
Berdasarkan permasalahan tersebut, maka penelitian ini memiliki tujuan
sebagai berikut (1) menghimpun informasi kegiatan penangkapan benih sidat di
muara-sungai Kabupaten Sukabumi, (2) memetakan kondisi lingkungan perairan
Pantai Selatan Jawa serta kaitannya terhadap hasil tangkapan benih sidat (3),
mengidentifikasi karakteristik sosial-ekonomi serta persepsi nelayan benih sidat.
Data penelitian ini dilakukan dengan pengumpulan data citra parameter oseanografi
(SPL, klorofil-a), curah hujan serta batimetri. Selanjutnya dilakukan observasi
kondisi lingkungan pada lokasi tangkapanan utama benih sidat di muara sungai
serta wawancara mendalam terhadap beberapa responden terpilih. Pengumpulan
data wawancara dilakukan secara purposive sampling dengan kriteria responden
merupakan nelayan tangkap benih sidat/pengepul penampungan sementara di
Muara Cimandiri dan Cikaso.
Penelitian ini dilakukan berdasarkan lokasi muara dan pengepul di
Cibareno, Cimandiri, Cikaso, dan Cibuni. Benih sidat mulai ditangkap di Muara
Cimandiri pada bulan Februari hingga Agustus dengan hasil tangkapan tertinggi
pada bulan Juni tahun 2018. Tahun berikutnya bergeser dengan dimulai dari bulan
Maret hingga akhir tahun 2019 serta puncaknya yang terjadi pada bulan Juni. Bulan
puncak tangkapan di Cikaso terjadi pada bulan Oktober hingga Desember tahun
2018. Sedangkan tahun 2019 lokasi muara yang mengalami puncak kelimpahan
hasil tangkapan tinggi setelah Cimandiri yaitu Cibareno, pada bulan Mei hingga
Juli.
Perairan Pantai Selatan Pulau Jawa memiliki kedalaman yang bervariasi
mulai 10 meter hingga mencapai 2000 meter. Bentuk topografi batimetri
membentuk teluk, tanjung, pantai curam, dan sebagian pantai landai. Tahun 2018
suhu perairan di sekitar Teluk Palabuhanratu lebih tinggi dibandingkan tahun
setelahnya yang ditunjukan dengan gradasi warna yang mengarah ke kuning hingga
jingga. Sedangkan tahun setelahnya wilayah perairan teluk tersebut menunjukan
gradasi warna kuning dan hijau. Sebaran klorofil-a memiliki nilai rataan konsentrasi
sebesar 0,1161-1,7211 mg/m3
. Nilai kandungan klorofil-a umumnya lebih tinggi
pada daerah disekitar peisir yang dipengaruhi oleh aktivitas domestik dari wilayah
darat. Hal tersebut ditunjukan pada peta sebaran yang menghasilkan warna lebih
merah dekat daerah Teluk Palabuhanratu dan sepanjang wilayah pesisir Cikaso
hingga Cibuni
Berdasarkan distribusi curah hujan bulanan, wilayah pesisir Sukabumi
memiliki tipe curah hujan dengan satu puncak musim hujan yang disebut
unimodial. Pola tersebut memiliki musim kering pada bulan Juni hingga September
serta bulan basah yang terjadi pada bulan November hingga Februari. Kelimpahan
tangkapan benih sidat berfluktuasi, ketika curah hujan berada pada musim peralihan
yaitu di akhir bulan basah dan akan masuk ke bulan kering, nilai SPL pada kisaran
26-28˚C. Nilai konsentrasi klorofil-a <1,00 mg/m3 menghasilkan kelimpahan benih
sidat yang tinggi dibandingkan hasil tangkapan pada bulan lainnya. SPL dan
klorofil-a memiliki hubungan yang berbanding terbalik. Dinamika perairan dan
massa air dipengaruhi oleh kejadian El Nino lemah dan IOD fase positif yang
membuat perairan Pantai Selatan Jawa menjadi lebih hangat dan mengalami jumlah
curah hujan bulanan yang menurun trennya.
Secara sadar nelayan setuju bahkan mengeluhkan jika hasil tangkapan benih
sidat memiliki tren yang semakin menurun dari sebelumnya. Keberadaan organisasi
dan keikutsertaan nelayan dalam organisasi diharapkan dapat memberi dampak
positif nelayan terhadap keberlanjutan sumber daya benih sidat. Bentuk partisipasi
nelayan terhadap pelaksanaan pengelolaan dan mendukung keberlanjutan benih
sidat dilakukan dengan terlibat dalam kelompok masyarakat/ pokmaswas
(kelompok masyarakat pengawas). Responden yang terlibat dalam komunitas
secara otomatis sadar dengan memilih melepaskan kembali benih ketika tidak
periode musim tangkapannya