Evaluasi Umur Layanan Waduk Kadumalik Kab. Majalengka - Jawa Barat

Abstract

Waduk Kadumalik merupakan proyek strategis nasional yang berada di dua Kabupaten, yakni Kabupaten Sumedang dan Kabupaten Majalengka dengan tujuan pembangunan untuk kebutuhan air irigasi, penyediaan air baku Kabupaten Majalengka dan pembangkit listrik tenaga air (PLTA). Permasalahan yang sering dihadapi waduk – waduk yang ada di Indonesia pada umumnya adalah tingginya laju sedimentasi sebagai akibat dari meningkatnya laju erosi permukaan, maupun erosi tebing di daerah hulu atau daerah pengaliran sungainya. Hal ini menimbulkan dampak negatif yaitu menurunkan efektivitas dan daya tampung waduk sehingga dapat mempengaruhi umur layanan waduk. Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan metode prediksi efisiensi tangkapan, Waduk Kadumalik diprediksikan hanya mencapai umur 10 tahun layanan. Tujuan penelitian ini yaitu untuk menghitung prediksi besarnya sedimentasi yang terkumpul pada Waduk Kadumalik dengan menggunakan pemodelan SWAT+ dan mengevaluasi umur layanan berdasarkan analisis volume tampungan mati (dead storage) dan hasil pemodelan output SWAT+. Berdasarkan perhitungan dengan metode kapasitas tampungan mati (dead storage) yang diukur menggunakan aplikasi Surfer, umur layanan Waduk Kadumalik yaitu 13,7 tahun dengan laju sedimentasi 789.617 ton/tahun. Dengan melakukan modifikasi tutupan lahan, umur layanan Waduk Kadumalik menjadi 14,59 tahun dengan nilai laju sedimentasi 740.817 ton/tahun. Hasil tersebut diambil dari skenario yang menghasilkan sedimentasi yang paling rendah yaitu di skenario kedua. Pada skenario kedua ini ada perubahan tutupan lahan dari tegalan (AGRL) menjadi hutan rimba (FRSE) sehingga tutupan lahan hutan rimba menjadi 30% dari tutupan lahan di Sub DAS Cilutung. Namun pada skenario ketiga tutupan lahan hutan rimba (FRSE) menjadi 40% dan simulasi SWAT+ menghasilkan sedimentasi yang lebih tinggi dari pada skenario kedua. Hal ini dikarenakan pada skenario ketiga tutupan lahan tegalan (AGRL) tersisa 10% sehingga hutan campuran (FOMI) yang kemudian diubah ke hutan rimba (FRSE).

Kadumalik Reservoir is a national strategic project located in two regencies, namely Sumedang Regency and Majalengka Regency, aiming to provide irrigation water and water supply for Majalengka Regency and hydroelectric power plant. The problem common for the reservoirs in Indonesia, in general, is the high sedimentation rate due to the increasing rate of land erosion and cliff erosion. This has a negative impact, namely reducing the effectiveness and capacity of the reservoir so that it can affect the lifetime of the reservoir. Based on the analysis results using the predictive method of catch efficiency, the Kadumalik Reservoir is predicted only reach ten years of service life. The purpose of this study is to calculate the prediction of the amount of sedimentation collected in the Kadumalik Reservoir using SWAT+ modeling and evaluating the service life based on the analysis of dead storage volume and SWAT+ output modeling results. Based on calculations using the dead storage capacity method measured using the Surfer application, the service life of the Kadumalik Reservoir is 13,7 years with a sedimentation rate of 789.617 tons/year. By modifying the land cover, the service life of the Kadumalik Reservoir becomes 14,59 years with a sedimentation rate of 740.817 tons/year. The results are taken from the scenario that produces the lowest sedimentation, namely the second scenario. On the second scenario there a change in land cover from dry land (AGRL) to the evergreen forest (FRSE) so that the forest land cover becomes 30% of land cover in the Cilutung sub-watershed. However in the third scenario, forest land cover (FRSE) becomes 40%, and the SWAT+ simulation results shows a higher sedimentation than in the second scenario. This is because in the third scenario, 10% of dry land cover (AGRL) remains while mixed forest (FOMI) is used and converted to the evergreen forest (FRSE).