Efektivitas Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA) terhadap Produksi, Kandungan Nutrien, dan Karakteristik Silase Tanaman Jagung (Zea mays L.)
Date
2022Author
Gamasari, Emiralda Prastiwi
Prihantoro, Iwan
Ridla, Muhammad
Metadata
Show full item recordAbstract
Fungi mikoriza arbuskula (FMA) merupakan pupuk hayati yang terbentuk dari hubungan saling menguntungkan antara fungi dan akar tanaman. FMA memperluas bidang serap akar tanaman sehingga meningkatkan penyerapan air dan unsur hara. Tanaman inang menyuplai hasil fotosintat untuk energi dalam pertumbuhan dan perkembangan FMA. Beberapa penelitian menjelaskan bahwa asosiasi FMA dengan akar tanaman memberikan berbagai manfaat bagi tanaman inang antara lain peningkatan penyerapan air, unsur hara, ketersediaan mineral P, dan ketahanan tanaman dari patogen. Inokulasi FMA dapat mendukung keberlanjutan lahan pertanian serta diharapkan dapat meningkatkan produksi hijauan pakan. Hijauan pakan merupakan pakan yang penting dalam ransum ternak ruminansia. Kebutuhan hijauan pakan di Indonesia semakin meningkat akibat peningkatan populasi ternak ruminansia. Ketersediaan hijauan di Indonesia tergantung musim. Pada saat musim hujan, ketersediaan hijauan melimpah. Namun, ketersediaan hijauan menjadi terbatas pada saat musim kemarau. Permasalahan lain adalah karakteristik hijauan yang berkadar air tinggi sehingga tidak dapat disimpan dalam waktu lama. Silase merupakan metode ideal untuk menjaga ketersediaan hijauan pakan sekaligus dapat menjaga kualitas nutriennya sepanjang tahun. Silase whole crop tanaman jagung mampu meningkatkan performa ternak sekaligus dapat menghemat penggunaan konsentrat. Penelitian ini bertujuan mengevaluasi efektivitas level dosis FMA terhadap produksi, kandungan nurtrien, dan karakteristik silase tanaman jagung sebagai hijauan pakan.
Benih jagung yang digunakan adalah varietas Nasa 29. FMA diperoleh dari laboratorium agrostologi Fakultas Peternakan IPB. Penelitian dilakukan di area persawahan Desa Ngadiluwih, Kecamatan Ngadiluwih, Kabupaten Kediri, Jawa Timur. Inokulasi FMA dilakukan bersamaan dengan tanam benih dan pada lubang tanam yang sama. Jarak tanam yang digunakan 70 x 20. Pengukuran karakterisitk morfologi tanaman dilakukan setiap minggu (7 HST – 77 HST) pada empat individu tanaman per petak. Pemanenan dilakukan pada umur 82 HST berupa whole crop (batang, daun, buah). Pembuatan silase berlangsung selama 30 hari tanpa penambahan zat aditif. Parameter produksi tanaman yang diamati adalah tingkat infeksi dan jumlah spora FMA, tinggi tanaman, diameter batang, jumlah dan luas daun, kecepatan malai, biomassa dan nisbah bobot tanaman. Parameter nutrient yang diamati antara lain uji proksimat (bahan kering, kadar abu, protein kasar, lemak kasar, serat kasar), karbohidrat larut air, total digestible nutrient. Karakteristik kimia silase yang diamati yaitu nilai pH, kadar amonia silase, DM recovery, dan nilai fleigh serta karakteristik fisik (tekstur, aroma, warna, kontaminasi jamur). Perlakuan terdiri dari tiga level dosis FMA yaitu 0 g, 10 g, 20 g per lubang tanam dengan empat ulangan. Rancangan silase yang digunakan adalah rancangan acak lengkap. Data dianalisis menggunakan program SAS onDemand Academics.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa inokulasi FMA 10 g atau 20 g per lubang tanam efektif meningkatkan jumlah spora FMA pada lahan. Inokulasi FMA 10 g/lubang tanam lebih efektif dibandingkan 20 g/lubang tanam dalam pertumbuhan tinggi tanaman, jumlah daun, dan biomassa tanaman jagung. Inokulasi FMA 20 g/lubang tanam menghasilkan nutrien berupa karbohidrat larut air paling tinggi, sebaliknya tanpa inokulasi FMA menghasilkan karbohidrat larut air paling rendah pada whole crop tanaman jagung pasca panen dan produk silasenya. FMA tidak berdampak negatif pada kandungan nutrien dan karakteristik silase. Kandungan nutrien serta karakteristik silase pada perlakuan tanpa FMA dan dengan inokulasi FMA 10 g/lubang tanam atau 20 g/lubang tanam menunjukkan hasil yang sama baik.
Collections
- MT - Animal Science [1066]