Strategi Pengembangan Agribisnis Lada Putih di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Abstract
Salah satu komoditas unggulan subsektor perkebunan Indonesia yang telah
dikenal di seluruh dunia adalah lada (Piper nigrum L). Indonesia merupakan
negara penghasil dan pengekspor lada terbesar kedua di dunia setelah Vietnam.
Lada dijuluki sebagai king of spices dan memiliki peran penting pada
perekonomian negara sebagai penyumbang devisa. Indonesia sendiri memiliki dua
jenis lada yang dibudidayakan yaitu: jenis lada hitam (Lampung Black Pepper)
dan lada putih (Muntok White Pepper). Umumnya lada hitam dibudidayakan di
daerah Lampung dan lada putih di Kepulauan Bangka Belitung. Diantara dua jenis
lada tersebut, lada putih memiliki nilai ekonomis lebih tinggi bila dibandingkan
dengan lada hitam. Hal tersebut karena nilai jual lada putih yang lebih tinggi
dibandingkan dengan lada hitam. Muntok White Pepper merupakan suatu brand
image yang terkenal karena cita rasanya yang khas dengan rasa yang lebih pedas
dibandingkan jenis lainnya. Keunggulan lain dari lada putih yaitu nilai ekspor
yang hampir setiap tahun selalu meningkat bila dibandingkan dengan lada hitam.
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung merupakan daerah penghasil utama
lada putih sehingga merupakan daerah sentra pengembangan lada putih di
Indonesia sejak tahun 2015 menurut Kepmentan No.46/KPTS/PD.120/1/2015.
Meskipun telah menjadi sentra utama pengembangan lada putih di Indonesia,
kenyataannya agribisnis lada putih masih belum berkembang dengan baik.
Penurunan jumlah petani, produksi dan produktivitas serta pola budidaya
tradisional dengan skala usaha perkebunan rakyat masih menjadi masalah utama
disini padahal Bangka Belitung memiliki potensi sumber daya yang besar untuk
pengembangan lada putih. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk (1)
mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi upaya pengembangan
agribisnis lada putih, (2) mengindentifikasi aktor-aktor berperan dalam upaya
pengembangan agribisnis lada putih, (3) mengidentifikasi tujuan pengembangan
agribisnis lada putih, dan (4) merumuskan alternatif dan prioritas strategi
pengembangan agribisnis lada putih di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif bersifat deskriptif. Data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer
diperoleh dari hasil kuesioner dan wawancara secara mendalam dengan responden
terpilih pada bulan Mei hingga Juni 2017. Data sekunder diperoleh dari studi pustaka.
Adapun dalam menentukan prioritas strategi pengembangan lada putih dalam
penelitian ini menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dengan
melibatkan pendapat para pakar.
Hasil analisis AHP menunjukan faktor yang mempengaruhi pengembangan
agribisnis lada putih antara lain: harga lada (0,261), teknologi budidaya dan pasca
panen (0,200), hubungan antar stakeholder (0,158), kebijakan pemerintah (0,145),
kualitas bibit (0,144), dan ketersediaan lahan (0,092). Pihak atau aktor yang
berperan dalam pengembangan agribisnis lada putih menurut hasil analisi AHP
adalah Pemerintah daerah (0,268), Asosiasi petani dan Eksportir lada (0,190),
Litbang (0,189), Eksportir (0,180), dan Petani/kelompok tani (0,174). Sedangkan
tujuan pengembangan dari para aktor adalah yaitu: peningkatan pendapatan petani
(0,278), peningkatan produktivitas dan kualitas lada (0,245), peningkatan ekspor
(0,215), peningkatan luas areal perkebunan lada (0,130), dan peningkatan
pendapatan daerah (0,129)
Alternatif strategi yang dipilih dalam menjalankan upaya pengembangan
agribisnis lada putih adalah strategi peningkatan daya saing melalui peningkatan
produktivitas, kualitas, & diversifikasi produk (0,380), strategi peningkatan peran
kelembagaan di tingkat petani, pemasaran, & pemerintah (0,172), strategi
pengembangan industri pembibitan (0,166), strategi peningkatan infrastuktur &
penerapan teknologi tepat guna (0,165), dan strategi perluasan areal perkebunan
pada lahan yang sesuai (0,116). Dari alternatif-alternatif strategi tersebut, dengan
menggunakan metode AHP maka strategi prioritas yang dapat dijalankan yaitu
strategi peningkatan daya saing lada melalui peningkatan produktivitas, kualitas,
dan diversifikasi produk.
Collections
- MT - Business [1573]