Analisa Pembentukan Portofolio Optimal Berbasis Risk Dan Return Pada Sukuk Korporasi Di Indonesia
Abstract
Konsep keuangan berbasis syariah saat ini sedang tumbuh dengan cepat dengan berbagai instrumen yang mendukung. Salah satu instrumen keuangan syariah yang turut berkontribusi pada pertumbuhan aset keuangan syariah di Indonesia adalah sukuk atau obligasi syariah. Masing-masing struktur atau akad sukuk memiliki profil risk dan return yang berbeda-beda. Perbedaan profil risk dan return ini berdampak pada munculnya keunggulan dan kekurangan pada masing-masing instrumen.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa portofolio optimal pada sukuk korporasi di Indonesia dengan menggunakan pendekatan risk return analisis Markowitz dan model CML (Capital Market Line) dalam rangka menumbuhkan minat investor untuk berinvestasi pada instrumen sukuk korporasi. Penelitian ini dilakukan menggunakan data sepanjang tahun 2014 – 2018 dan dibedakan ke dalam tiga periode pengukuran, yaitu (1) 2014-2016 (2) 2016-2018 dan (3) 2014-2018 yang masing-masing periode mewakili kondisi ekonomi Indonesia dan global. Data dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang diperoleh dari Bloomberg dan Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA) yaitu data rate of return sukuk korporasi di sepanjang tahun 2014 – 2018.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa selama periode krisis, sukuk dengan akad ijarah lebih unggul baik secara risk maupun return dibandingkan dengan sukuk mudharabah, sehingga komposisi portofolio yang optimal adalah dengan memaksimalkan komposisi sukuk ijarah. Namun pada periode pascakrisis (perbaikan kondisi ekonomi) dan pengukuran jangka panjang, komposisi portofolio yang ada lebih bervariasi tergantung dari tujuan masing-masing investor, baik untuk memaksimalkan return ataupun untuk meminimalkan risiko. Kombinasi portofolio optimal (mengacu pada benchmark rate) antara sukuk mudharabah dan sukuk ijarah adalah sebagai berikut: (1) 0% mudharabah : 100% ijarah untuk periode 2014 – 2016 dengan tingkat imbal hasil sebesar 3.9 dan risiko sebesar 0.49, (2) 81% mudharabah: 19% ijarah untuk periode 2016 – 2018 dengan tingkat imbal hasil sebesar 2.71 dan risiko sebesar 0.65, dan (3) 85% mudharabah: 15% ijarah untuk periode 2014 – 2018 dengan tingkat imbal hasil 2.77 dan risiko 0.79. Dengan kombinasi ini investor dapat membentuk efficient frontier yang memberikan perbandingan tingkat imbal hasil dan risiko yang sama.
Collections
- MT - Business [333]