Show simple item record

dc.contributor.advisorSudarman, Asep
dc.contributor.advisorAstuti, Wulansih Dwi
dc.contributor.authorRamdani, Haris
dc.date.accessioned2022-02-03T04:04:19Z
dc.date.available2022-02-03T04:04:19Z
dc.date.issued2022
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/110963
dc.description.abstractIndonesia sebagai negara agraris dicirikan oleh tersebarnya tanaman padi di berbagai daerah. Jenis tanaman padi yang ditanam diantaranya yaitu Inpari (inbrida padi sawah irigasi) dan Inpago (inbrida padi gogo). Berlimpahnya tanaman padi disertai dengan limbah jerami padi yang dihasilkan. Jerami padi yang rendah akan nilai manfaat bagi subsektor peternakan dapat dimanfaatkan sebagai pakan dengan penggunaan yang terbatas karena kandungan nutrien yang rendah. Salah satu cara untuk menjaga kualitas jerami padi dan meningkatkan jumlah pemakaiannya adalah dengan menerapkan teknologi pengolahan yaitu dengan membuat silase. Silase adalah produk dari teknologi pengawetan pakan melalui fermentasi dan dapat ditambahkan dengan aditif guna meningkatkan nilai nutrisi yang bertujuan untuk menjaga kualitas pakan untuk dapat digunakan pada waktu yang akan datang. Tujuan dari penelitian ini untuk menganalisis dan mengevaluasi kualitas silase berbagai varietas jerami padi dan persentase penggunaan terbaik sebagai sumber hijauan dalam pakan ternak terhadap kinetika produksi gas total, gas metana, volatile fatty acid (VFA) parsial, ammonia, kecernaan bahan kering dan organik secara in vitro. Penelitian ini terdiri dari dua tahap dengan menggunakan tiga varietas jerami padi yaitu Inpari 30, Inpari NutriZinc dan Rindang (Inpago) yang didapatkan dari Balai Besar Padi Sukamandi, Subang. Pada tahap 1 merupakan pembuatan sulase diterapkan 4 perlakuan, yaitu jerami padi dengan ditambahkan Lactobacillus plantarum 1A-2 1x106 CFU/mL sebagai kontrol, kontrol + dedak padi 5% (T1), kontrol + glukosa 2% (T2) dan kontrol + molases 5% (T3) yang kemudian dilakukan uji in vitro fermentasi rumen. Pada tahap 2 uji in vitro, silase jerami padi terbaik yang diperoleh pada tahap 1 ditambahkan dengan konsentrat komersil sapi potong menggunakan rasio 60 : 40 dengan 5 perlakuan yaitu konsentrat + hijauan (rumput gajah 100%) (T1), konsentrat + hijauan (rumput gajah 75% : silase jerami padi 25%) (T2), konsentrat + hijauan (rumput gajah 50% : silase jerami padi 50%) (T3), konsentrat + hijauan (rumput gajah 25% : silase jerami padi 75%) (T4) dan konsentrat + hijauan (silase jerami padi 100%) (T5). Rancangan yang digunakan pada tahap 1 yaitu Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan empat perlakuan penambahan aditif dengan tiga kelompok berdasarkan varietas yang berbeda. Pada tahap 2 menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan lima perlakuan dan lima ulangan. Parameter yang diamati adalah, kinetika produksi gas total, gas metana, VFA parsial, ammonia, kecernaan bahan kering dan organik. Hasil pada tahap 1 menunjukkan bahwa kandungan nutrisi varietas inpari 30 memiliki kualitas yang lebih baik (P < 0,05) dibandingkan dengan varietas lain dilihat dari besarnya kandungan protein kasar sebesar 10,24%. Hasil penambahan aditif menunjukkan penggunaan dedak padi menghasilkan nilai protein kasar tertinggi (P < 0,05). Pada pengamatan in vitro untuk parameter kinetika produksi gas, metana, VFA, kecernaan bahan kering dan bahan organik menunjukkan hasil bahwa varietas rindang secara signifikan (P < 0,05) lebih tinggi dibanding dengan varietas lain dan penggunaan molasses 5% sebagai aditif menunjukkan hasil tertinggi (P < 0,05) diantara perlakuan penambahan aditif lainnya. Sehingga pada tahap 1 dapat disimpulkan bahwa meskipun inpari 30 dan aditif dedak padi memiliki kandungan nutrien lebih baik berdasarkan nilai protein kasar tetapi pada parameter kecernaan dan in vitro lainnya varietas rindang dan aditif molases menunjukkan nilai yang lebih baik. Pada penelitian tahap 2 menunjukkan bahwa penggunaan persentase sumber hijauan berbeda secara signifikan (P < 0,05) berpengaruh terhadap parameter total gas dengan urutan T1, T2, T3, T4 dan T5. Sejalan dengan total gas yang dihasilkan pada parameter kecernaan baik bahan kering maupun organik secara signifikan (P < 0,05) T1 memiliki nilai tertinggi sebesar 54,84% dan 61,12%. Perlakuan lain yang mendekati hasil T1 yaitu T2 dengan huruf yang sama pada parameter kecernaan bahan kering. Hasil persentase tiga senyawa utama VFA tidak menunjukkan hasil yang signifikan (P > 0,05). Sebaliknya pada BCVFA T3 secara signifikan (P < 0,05) menunjukkan hasil tertinggi pada parameter persentase iso-butirat dan iso-valerat sedangkan T2 pada parameter valerat. Sehingga persentase silase jerami padi terbaik untuk mendekati penggunaan rumput gajah 100 berdasarkan parameter tersebut adalah 25%-50% silase jerami padi. Kesimpulan yang dapat diambil yaitu penambahan aditif pada tahap 1 dapat meningkatkan kualitas silase jerami padi dengan nsilase jerami padi rindang dengan aditif molases 5% menghasilkan silase dengan kualitas yang paling baik. Pada tahap 2, penggunaan persentase silase jerami padi sebesar 25%-50% menunjukkan nilai terbaik yang mendekati penggunaan 100% rumput gajah.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.titleEvaluasi Kualitas Silase Jerami Tiga Varietas Padi dengan Berbagai Aditifid
dc.title.alternativeEvaluation of Straw Silage Quality from Three Rice Plant Varieties with Various Additivesid
dc.typeThesisid
dc.subject.keywordSilase Jerami Padiid
dc.subject.keywordSilaseid
dc.subject.keywordJerami Padiid
dc.subject.keywordTiga Varietas Padiid
dc.subject.keywordIn Vitroid
dc.subject.keywordAditifid
dc.subject.keywordMolasesid
dc.subject.keywordDedak Padiid
dc.subject.keywordGlukosaid


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record