Show simple item record

dc.contributor.advisorRifin, Amzul
dc.contributor.advisorSuprehaitn, Suprehaitn
dc.contributor.authorDa Rizano, Desvand Theola
dc.date.accessioned2021-05-26T10:32:16Z
dc.date.available2021-05-26T10:32:16Z
dc.date.issued2021
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/106851
dc.description.abstractPertumbuhan ekonomi yang diiringi dengan pertumbuhan penduduk dan perubahan standar hidup masyarakat telah menyebabkan dampak terhadap lingkungan diantaranya jumlah timbunan sampah termasuk food waste. Indonesia merupakan negara di Asia Tenggara yang menghasilkan jumlah sampah kota tertinggi yaitu 64 juta ton per tahun. Sebesar 66,39% dari total seluruh sampah yang dihasilkan di Indonesia dibuang dan diangkut ke tempat pemrosesan akhir (TPA) yang sebagian besar pengelolaannya masih menggunakan sistem open dumping. Selain Itu Indonesia merupakan negara penghasil food waste terbesar kedua di dunia dan menghasilkan 300 kg food waste per orang per tahun. Food waste merupakan makanan layak pangan yang mengalami pembuangan baik sebelum atau sesudah kadaluarsa. Sektor terbesar penghasil food waste adalah rumah tangga (47%), restoran (37%) dan sektor instutional (11%). Pada dasarnya food waste tersebut dapat diolah kembali menjadi pupuk dan makanan ternak. Berdasarkan hal tersebut, saat ini sedang berkembang bisnis yang memanfaatkan dan peduli pada food waste yang terus meningkat tersebut. Salah satu bisnis yang sedang berkembang tersebut yaitu bisnis yang menggunakan lalat tentara hitam (black soldier fly-BSF). Bisnis berbasis serangga BSF ini berkembang karena larva (maggot) BSF dapat berperan dalam proses pengolahan food waste menjadi bahan pupuk organik. Bisnis berbasis serangga BSF tersebut juga semakin berkembang karena baik serangga BSF maupun maggot memiliki potensi nilai ekonomis yang tinggi yaitu sumber protein tinggi sebagai alternatif pakan (feed) ternak dan ikan serta tepung ikan. Selain itu BSF juga berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai obat, campuran dalam susu formula, minyak maggot dan kosmetik. Meskipun demikian, pengembangan bisnis berbasis serangga BSF masih menghadapi permasalahan terutama dalam produksi maggot. Permasalahan tersebut di antaranya adalah penyediaan sampah organik sebagai sumber pakan, cuaca yang tidak menentu menyebabkan proses reproduksi lalat BSF tidak optimal dan keterbatasan teknologi dalam pengolahan produk maggot sehingga berpengaruh terhadap kontinuitas produksi maggot. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini bertujuan menganalisis kelayakan bisnis dari alternatif strategi terbaik dalam meningkatkan produksi lalat BSF. Penelitian ini dilakukan di PT Biomagg Indonesia yang memiliki tiga alternatif skenario dalam meningkatkan produksi untuk memenuhi permintaan yaitu (1) membeli sampah organik yang telah homogen kepada pihak yang dapat memasok secara kontinu dan memenuhi kuantitas, (2) membuat lokasi budidaya lalat BSF dekat dengan sumber sampah organik untuk mengurangi biaya transportasi dan (3) memakai teknologi produksi untuk dalam mengatasi permasalahan suhu. Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 2019-Februari 2020. Jenis data yang digunakan yaitu data primer terkait aspek finansial dan non-finansial. Pengumpulan data dilakukan dengan metode kuantitatif melalui wawancara dengan Bapak Aminudi sebagai CEO PT Biomagg Indonesia dan Prof. Dewi Astuti sebagai pakar untuk lalat BSF. Analisis kelayakan bisnis dalam penelitian ini mencakup aspek kelayakan finansial (NPV, IRR, profitability index dan payback period) dan aspek non-finansial (aspek hukum, teknis dan operasi, manajemen, sosial ekonomi dan lingkungan). Hasil analisis menunjukkan bahwa ketiga skenario adalah layak dari aspek kelayakan finansial dan non-finansial. Hasil analisis switching value apabila terjadi penurunan penjualan menunjukkan skenario tiga memiliki nilai terbaik diikuti oleh skenario 2 dan skenario 1. Hal ini menunjukkan skenario 3 dengan menggunakan exhaust fan dan pemanas dalam menanggulangi suhu di kandang memiliki NPV, IRR, profitability index, dan payback period bernilai positif apabila terjadi penurunan penjualan. Jika melihat kembali tujuan dari penelititan yaitu untuk mencari kelayakan bisnis peningkatan produksi terbaik dari ketiga skenario maka skenario 3 adalah pilihan terbaik. Skenario 3 membuat produksi meningkat 30-40%. Skenario 3 memiliki nilai kelayakan finansial dan switching value terbaik.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.titleKelayakan Bisnis Peningkatan Produksi Lalat Black Soldier Fly pada PT Biomagg Indonesiaid
dc.typeThesisid
dc.subject.keywordAnalisis Kelayakan Bisnisid
dc.subject.keywordBlack Soldier Flyid
dc.subject.keywordFood Wasteid
dc.subject.keywordMaggotid


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record