Pengaruh Kebijakan Pembatasan terhadap Permintaan Gandum di Indonesia

Abstract

Indonesia merupakan salah satu negara pengimpor gandum terbesar di dunia. Indonesia belum dapat memproduksi gandum secara mandiri sehingga untuk memenuhi tingginya permintaan pasar diperlukan kebijakan impor. Tujuan dari penelitian ini yaitu menganalisis pengaruh hambatan kebijakan impor gandum terhadap volume permintaan gandum di Indonesia dari Australia, Kanada, Ukraina, Amerika Serikat dan Rusia. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis data panel dengan spesifikasi model pengaruh tetap dan model gravitasi. Komoditas yang diteliti adalah gandum dengan kode HS 1001. Hasil estimasi menunjukkan bahwa variabel yang berpengaruh signifikan yaitu harga gandum internasional, GDP negara pengekspor, nilai tukar riil, jarak ekonomi dan dummy hambatan impor tarif dan non tarif. Sedangkan, variabel yang tidak berpengaruh secara signifikan adalah GDP negara importir dan populasi. Alternatif kebijakan yang didapatkan yaitu implementasi kebijakan kuota impor akan lebih baik daripada tarif impor, tarif impor berisiko meningkatkan harga gandum di pasar. Selain itu, pemerintah perlu melakukan penelitian dan pengembangan produksi gandum nasional bersama lembaga terkait agar gandum dapat diproduksi secara efisien.

Indonesia is one of the largest wheat importers countries in the world. Indonesia has not been able to produce wheat independently and must import to meet the high demand. This study aimed to analyze the barriers effect of wheat import policy on wheat demand volume in Indonesia with exporting countries such as Australia, Canada, Ukraine, the United States, and Russia. The method used in this research is panel data analysis with fixed effect model specifications and gravity models. The commodity studied was wheat with HS code 1001. The estimation results showed that the significant effect variables were international wheat prices, GDP of exporting countries, real exchange rates, economic distance, and tariff and non-tariff import barriers. Besides, the importing country's GDP and the population were variables with insignificant effect. The alternative policy obtained was the import quota policy implementation would be better than the import tariff. Import tariff has the risk of increasing the price of wheat in the market. Therefore, the government needs to carry out national wheat production research and development with related institutions for efficient wheat production.