Show simple item record

dc.contributor.advisorPuspitawati, Herien
dc.contributor.authorAspary, Octaviniant
dc.date.accessioned2021-03-04T23:54:48Z
dc.date.available2021-03-04T23:54:48Z
dc.date.issued2021-01-26
dc.identifier.citation2021id
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/106177
dc.description-id
dc.description.abstractPekerja Sosial adalah seseorang yang bekerja baik di lembaga pemerintah maupun swasta yang memiliki kompetensi dan profesi pekerjaan sosial, dan kepedulian dalam pekerjaan sosial yang diperoleh melalui pendidikan, pelatihan, dan/atau pengalaman praktek pekerjaan sosial untuk melaksanakan tugas-tugas pelayanan dan penanganan masalah sosial. Berpartisipasi dalam kegiatan sosial kemasyarakatan adalah salah satu aspek yang dapat dihubungkan dengan keberhasilan sebuah perkawinan. Selain itu membangun interaksi suami istri yang baik di dalam sebuah keluarga juga memegang peranan kunci dalam keberhasilan perkawinan dan terbangunnya sistem keluarga. Faktor lainnya adalah kesejahteraan subjektif yang lebih menunjukkan kepuasan atau rasa syukur pribadi atau keluarga terhadap kehidupan keluarga. Berkaitan dengan kualitas perkawinan, sebagian besar perkawinan akan mengalami penurunan kualitas secara bertahap setelah tahun pertama perkawinan, yaitu 0-5, 10 dan 15 tahun dan jarang terjadi pada pasangan dengan usia perkawinan yang lebih lama dari 24 tahun. Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh interaksi suami istri, partisipasi sosial, kesejahteraan subjektif terhadap kualitas perkawinan pekerja sosial. Sedangkan tujuan khusus dari penelitian ini adalah 1) Membedakan karakteristik pekerja sosial dan pasangan, interaksi suami istri, partisipasi sosial, kesejahteraan subjektif dan kualitas perkawinan pekerja sosial dengan lama perkawinan ≤10 tahun dan >10 tahun. 2) Menganalisis hubungan antara karakteristik pekerja sosial dan pasangan, interaksi suami istri, partisipasi sosial, kesejahteraan subjektif, dan kualitas perkawinan. 3) Menganalisis faktorfaktor yang mempengaruhi langsung dan tidak langsung terhadap kesejahteraan subjektif dan perkawinan pekerja sosial. Penelitian survei ini mengambil lokasi di DKI Jakarta dan dipilih secara purposive Kota Administrasi Jakarta Timur dengan pertimbangan memiliki jumlah kelompok pekerja sosial paling banyak. Populasi penelitian ini adalah Pekerja Sosial TP PKK pada tingkat kelurahan yang berperan dalam pengawasan dan pelaksanaan kegiatan di lapangan. Total sampling pada penelitian ini adalah 100 orang yang dipilih secara disproporsional random sampling. Data yang dikumpulkan diolah melalui proses editing, coding, scoring, entry, cleaning dan analisis data. Pengolahan dan analisis data menggunakan program Microsoft Excel, Package for Social Science (SPSS) dan SEM Smart PLS. Uji yang dilakukan antara lain Uji T t-test dan Uji Pengaruh Structural Equation Modeling (SEM). Data demografis menunjukkan bahwa profesi yang banyak digeluti (92%) pekerja sosial adalah menjadi ibu rumah tangga. Rata-rata usia pekerja sosial pada kelompok lama menikah ≤10 tahun adalah 30.68 tahun sementara itu pada kelompok lama menikah >10 tahun rata-rata usia pekerja sosial adalah 47.94 tahun. Rata-rata pendapatan keluarga per bulan kelompok lama menikah ≤10 tahun adalah Rp8.772.000 dan kelompok lama menikah >10 tahun Rp 6.048.000. Tidak terdapat perbedaan signifikan antara lama pendidikan pekerja sosial dan pasangan serta pendapatan kedua kelompok pekerja sosial berdasarkan lama menikah. Variabel interaksi suami istri menunjukkan terdapat tiga dimensi yang skornya perlu ditingkatkan yaitu directing, note domineering dan note submissive. Pada variabel partisipasi sosial, dimensi need assessment dan management berada pada kategori sedang dan dimensi leadership serta resource mobilization berada pada kategori rendah. Pada variabel kesejahteraan subjektif, data penelitian menunjukkan bahwa 52 persen pekerja sosial masih memiliki kesejahteraan subjektif terkategori sedang. Hasil uji beda tidak menunjukkan perbedaan signifikan antara variabel interaksi suami istri, partisipasi sosial, kesejahteraan subjektif, dan kualitas perkawinan pekerja sosial dengan lama menikah di bawah sama dengan 10 tahun dan di atas 10 tahun. Hasil uji korelasi menunjukkan bahwa semakin tinggi pendidikan pekerja sosial dan pasangannya, maka pendapatan juga semakin tinggi. Semakin tinggi interaksi sosial, semakin tinggi, pula kesejahteraan subjektif dan kualitas perkawinan, dan selanjutnya semakin tinggi kesejahteraan subjektif maka kualiitas perkawinan juga akan semakin tinggi. Pada uji pengaruh, terdapat 2 (dua) latent variabel yang berpengaruh positif langsung signifikan terhadap kualitas perkawinan yaitu berasal dari variabel laten interaksi suami istri dan variabel laten kesejahteraan subjektif. Terdapat 1 (satu) latent variabel yang berpengaruh positif tidak langsung signifikan terhadap kualitas perkawinan yaitu berasal dari variabel laten interaksi suami istri. Variabel laten interaksi suami istri merupakan variabel antara (mediating variable) strategis yang memediasi antara variabel laten karakteristik keluarga dan kualitas perkawinan. Namun, variabel laten interaksi suami istri tidak dilewati serial jalur dari variabel laten entry point ke variabel laten kualitas perkawinan. Mediating variabel lain yang secara praktis berpengaruh terhadap variabel laten kualitas perkawinan adalah kesejahteraan subjektif. Variabel laten kesejahteraan subyektif dilewati serial jalur dari variabel laten entry point ke variabel laten kualitas perkawinan. Kesimpulan dari penelitian ini pertama, tidak terdapat perbedaan signifikan antara karakteristik pekerja sosial dan pasangan, variabel interaksi suami istri, partisipasi sosial, kesejahteraan subjektif, dan kualitas perkawinan pekerja sosial dengan lama menikah di bawah sama dengan 10 tahun dan di atas 10 tahun. Kedua, terdapat hubungan antara interaksi suami istri, partisipasi sosial, kesejahteraan subjektif dan kualitas perkawinan. Ketiga, terdapat pengaruh langsung positif signifikan antara karakteristik pekerja sosial dan partisipasi sosial, interaksi suami istri dan kesejahteraan subjektif, interaksi suami istri dan kualitas perkawinan, serta kesejahteraan subjektif dan kualitas perkawinan. Keempat, terdapat satu pengaruh tidak langsung positif signifikan antara interaksi suami istri dan kualitas perkawinan. Saran untuk penelitian ini, pekerja sosial perlu lebih terbuka dalam menyampaikan saran pada pasangan, bersikap terbuka dan lemah lembut, kemudian tetap bisa berkiprah di luar rumah dengan tetap meningkatkan interaksi suami istri dan kesejahteraan subjektifnya. PKK perlu melibatkan pasangan pekerja sosial agar kondisi internal dan hubungan perkawinan pekerja sosial menjadi semakin kuat. Peneliti lain diharapkan dapat melakukan riset dengan subjek yang berbeda seperti pekerja sosial di bidang lain untuk melihat perbedaan yang lebih sgnifikan.id
dc.description.sponsorship-id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.titleInteraksi Suami Istri, Partisipasi Sosial, Kesejahteraan Subjektif, dan Kualitas Perkawinan Pada Pekerja Sosial di DKI Jakarta.id
dc.typeThesisid
dc.subject.keywordhusband wife interactionid
dc.subject.keywordmarital qualityid
dc.subject.keywordsocial participationid
dc.subject.keywordsocial workersid
dc.subject.keywordsubjective welfareid


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record