Interaksi Suami Istri, Partisipasi Sosial, Kesejahteraan Subjektif, dan Kualitas Perkawinan Pada Pekerja Sosial di DKI Jakarta.
Abstract
Pekerja Sosial adalah seseorang yang bekerja baik di lembaga pemerintah
maupun swasta yang memiliki kompetensi dan profesi pekerjaan sosial, dan
kepedulian dalam pekerjaan sosial yang diperoleh melalui pendidikan, pelatihan,
dan/atau pengalaman praktek pekerjaan sosial untuk melaksanakan tugas-tugas
pelayanan dan penanganan masalah sosial. Berpartisipasi dalam kegiatan sosial
kemasyarakatan adalah salah satu aspek yang dapat dihubungkan dengan
keberhasilan sebuah perkawinan. Selain itu membangun interaksi suami istri yang
baik di dalam sebuah keluarga juga memegang peranan kunci dalam keberhasilan
perkawinan dan terbangunnya sistem keluarga. Faktor lainnya adalah kesejahteraan
subjektif yang lebih menunjukkan kepuasan atau rasa syukur pribadi atau keluarga
terhadap kehidupan keluarga. Berkaitan dengan kualitas perkawinan, sebagian
besar perkawinan akan mengalami penurunan kualitas secara bertahap setelah tahun
pertama perkawinan, yaitu 0-5, 10 dan 15 tahun dan jarang terjadi pada pasangan
dengan usia perkawinan yang lebih lama dari 24 tahun.
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh
interaksi suami istri, partisipasi sosial, kesejahteraan subjektif terhadap kualitas
perkawinan pekerja sosial. Sedangkan tujuan khusus dari penelitian ini adalah 1)
Membedakan karakteristik pekerja sosial dan pasangan, interaksi suami istri,
partisipasi sosial, kesejahteraan subjektif dan kualitas perkawinan pekerja sosial
dengan lama perkawinan ≤10 tahun dan >10 tahun. 2) Menganalisis hubungan
antara karakteristik pekerja sosial dan pasangan, interaksi suami istri, partisipasi
sosial, kesejahteraan subjektif, dan kualitas perkawinan. 3) Menganalisis faktorfaktor yang mempengaruhi langsung dan tidak langsung terhadap kesejahteraan
subjektif dan perkawinan pekerja sosial.
Penelitian survei ini mengambil lokasi di DKI Jakarta dan dipilih secara
purposive Kota Administrasi Jakarta Timur dengan pertimbangan memiliki jumlah
kelompok pekerja sosial paling banyak. Populasi penelitian ini adalah Pekerja
Sosial TP PKK pada tingkat kelurahan yang berperan dalam pengawasan dan
pelaksanaan kegiatan di lapangan. Total sampling pada penelitian ini adalah 100
orang yang dipilih secara disproporsional random sampling. Data yang
dikumpulkan diolah melalui proses editing, coding, scoring, entry, cleaning dan
analisis data. Pengolahan dan analisis data menggunakan program Microsoft Excel,
Package for Social Science (SPSS) dan SEM Smart PLS. Uji yang dilakukan antara
lain Uji T t-test dan Uji Pengaruh Structural Equation Modeling (SEM).
Data demografis menunjukkan bahwa profesi yang banyak digeluti (92%)
pekerja sosial adalah menjadi ibu rumah tangga. Rata-rata usia pekerja sosial pada
kelompok lama menikah ≤10 tahun adalah 30.68 tahun sementara itu pada
kelompok lama menikah >10 tahun rata-rata usia pekerja sosial adalah 47.94 tahun.
Rata-rata pendapatan keluarga per bulan kelompok lama menikah ≤10 tahun adalah
Rp8.772.000 dan kelompok lama menikah >10 tahun Rp 6.048.000. Tidak terdapat
perbedaan signifikan antara lama pendidikan pekerja sosial dan pasangan serta
pendapatan kedua kelompok pekerja sosial berdasarkan lama menikah.
Variabel interaksi suami istri menunjukkan terdapat tiga dimensi yang
skornya perlu ditingkatkan yaitu directing, note domineering dan note submissive.
Pada variabel partisipasi sosial, dimensi need assessment dan management berada
pada kategori sedang dan dimensi leadership serta resource mobilization berada
pada kategori rendah. Pada variabel kesejahteraan subjektif, data penelitian
menunjukkan bahwa 52 persen pekerja sosial masih memiliki kesejahteraan
subjektif terkategori sedang. Hasil uji beda tidak menunjukkan perbedaan
signifikan antara variabel interaksi suami istri, partisipasi sosial, kesejahteraan
subjektif, dan kualitas perkawinan pekerja sosial dengan lama menikah di bawah
sama dengan 10 tahun dan di atas 10 tahun.
Hasil uji korelasi menunjukkan bahwa semakin tinggi pendidikan pekerja
sosial dan pasangannya, maka pendapatan juga semakin tinggi. Semakin tinggi
interaksi sosial, semakin tinggi, pula kesejahteraan subjektif dan kualitas
perkawinan, dan selanjutnya semakin tinggi kesejahteraan subjektif maka kualiitas
perkawinan juga akan semakin tinggi.
Pada uji pengaruh, terdapat 2 (dua) latent variabel yang berpengaruh positif
langsung signifikan terhadap kualitas perkawinan yaitu berasal dari variabel laten
interaksi suami istri dan variabel laten kesejahteraan subjektif. Terdapat 1 (satu)
latent variabel yang berpengaruh positif tidak langsung signifikan terhadap kualitas
perkawinan yaitu berasal dari variabel laten interaksi suami istri. Variabel laten
interaksi suami istri merupakan variabel antara (mediating variable) strategis yang
memediasi antara variabel laten karakteristik keluarga dan kualitas perkawinan.
Namun, variabel laten interaksi suami istri tidak dilewati serial jalur dari variabel
laten entry point ke variabel laten kualitas perkawinan. Mediating variabel lain yang
secara praktis berpengaruh terhadap variabel laten kualitas perkawinan adalah
kesejahteraan subjektif. Variabel laten kesejahteraan subyektif dilewati serial jalur
dari variabel laten entry point ke variabel laten kualitas perkawinan.
Kesimpulan dari penelitian ini pertama, tidak terdapat perbedaan signifikan
antara karakteristik pekerja sosial dan pasangan, variabel interaksi suami istri,
partisipasi sosial, kesejahteraan subjektif, dan kualitas perkawinan pekerja sosial
dengan lama menikah di bawah sama dengan 10 tahun dan di atas 10 tahun. Kedua,
terdapat hubungan antara interaksi suami istri, partisipasi sosial, kesejahteraan
subjektif dan kualitas perkawinan. Ketiga, terdapat pengaruh langsung positif
signifikan antara karakteristik pekerja sosial dan partisipasi sosial, interaksi suami
istri dan kesejahteraan subjektif, interaksi suami istri dan kualitas perkawinan, serta
kesejahteraan subjektif dan kualitas perkawinan. Keempat, terdapat satu pengaruh
tidak langsung positif signifikan antara interaksi suami istri dan kualitas
perkawinan.
Saran untuk penelitian ini, pekerja sosial perlu lebih terbuka dalam
menyampaikan saran pada pasangan, bersikap terbuka dan lemah lembut, kemudian
tetap bisa berkiprah di luar rumah dengan tetap meningkatkan interaksi suami istri
dan kesejahteraan subjektifnya. PKK perlu melibatkan pasangan pekerja sosial agar
kondisi internal dan hubungan perkawinan pekerja sosial menjadi semakin kuat.
Peneliti lain diharapkan dapat melakukan riset dengan subjek yang berbeda seperti
pekerja sosial di bidang lain untuk melihat perbedaan yang lebih sgnifikan.
Collections
- MT - Human Ecology [2236]