Sistem Traceability pada Rantai Pasok Sayuran Hidroponik

Abstract

Hidroponik adalah teknologi budidaya tanaman tanpa tanah, dengan menggunakan larutan nutrisi di dalam air. Perkembangan pertanian hidroponik di dunia dan Indonesia terus meningkat. Hal ini dapat dibuktikan dengan peningkatan jumlah produksi sayuran hidroponik. Terdapat isu keamanan sayuran hidroponik berupa penyakit dan kasus keracunan yang biasa timbul akibat adanya kontaminasi. Salah satunya terkait isu keamanan rantai pasok sayuran hidroponik di tengah pandemi virus korona atau COVID-19. Peraturan hukum dan perundang-undangan terkait traceability sayuran hidroponik mendorong perusahaan untuk beradaptasi menjalankan regulasi yang telah dibuat. Konsumen memiliki hak untuk mendapatkan transparansi informasi terkait sayuran hidroponik sesuai dengan kualitas yang dijanjikan. Sistem traceability adalah salah satu alat agar menjamin informasi dan transparansi rantai pasok suatu produk. Teknologi dan sistem informasi yang terus berkembang merupakan suatu faktor yang mendukung pengembangan sistem traceability. Tetapi masih ada perusahaan yang belum menyadari pentingnya teknologi informasi untuk perkembangan bisnis hidroponik sehingga masih banyak yang pencatatannya masih bersifat manual. Salah satu pemanfaatan sistem traceability yaitu dengan memanfaatkan IoT (Internet of Things) dan QR Code untuk dapat menyimpan dan membaca data produk secara real-time dengan baik. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk merancang sistem traceability menggunakan pendekatan rapid structured prototyping, yaitu penggabungan variatif antara metode System Development Life Cycle (SDLC) dan Prototyping. Penerapan pendekatan ini melalui tahap identifikasi, investigasi, analisis, desain sistem, pembuatan prototipe, pengujian dan evaluasi. Penelitian ini dilaksanakan selama bulan Maret sampai September 2020 untuk menganalisis kebutuhan sistem informasi dalam pengumpulan, penyimpanan, dan pertukaran data digital. Evaluasi dengan User Experience Questionnaire (UEQ) yaitu Kuisioner yang terdiri dari 26 pertanyaan dengan enam parameter respon kepada 50 responden. Hasil dari penelitian ini menunjukan keterlibatakan pelaku dalam rantai pasok sayuran hidroponik yaitu petani, pengumpul, pengolah, eksportir dan retail dalam prototipe sistem traceability agar setiap aktor dan konsumen akhir dapat melakukan penelusuran produk. Pemanfaatan blockchain untuk validasi terhadap peningkatan ketertelusuran dan transparansi transaksi. Perancangan model bisnis menggunakan model bisnis canvas yaitu untuk memeriksa model bisnis yang sudah ada pada perusahaan dan membuat model bisnis canvas baru yang dikehendaki atau direkomendasikan untuk masa depan perusahaan yang paling sesuai dengan lingkungan maupun kondisi pada perusahaan.

Hydroponics is a technology for cultivating plants without soil, using nutrient solutions in water. The development of hydroponic agriculture in the world and Indonesia continues to increase. This can be proven by increasing the amount of hydroponic vegetable production. There are safety issues for hydroponic vegetables in the form of diseases and cases of poisoning that commonly arise due to contamination. One of them is related to the security issue of the hydroponic vegetable supply chain in the midst of the COVID-19 or corona virus pandemic. Laws and legislation related to traceability of hydroponic vegetables encourage companies to adapt to run the regulations that have been made. Consumers have the right to get information transparency regarding hydroponic vegetables in accordance with the promised quality. The traceability system is one of the tools to ensure information and supply chain transparency of a product. Technology and information systems that continue to develop is a factor that supports the development of traceability systems. But there are still companies that have not yet realized the importance of information technology for the development of the hydroponics business so there are still many whose records are still manual. One of the utilization of traceability system is by utilizing IoT (Internet of Things) and QR Code to be able to store and read product data in real-time properly. The purpose of this study is to design a traceability system using a rapid structured prototyping approach, which is a combination of variations between the System Development Life Cycle (SDLC) and Prototyping methods. The application of this approach goes through the stages of identification, investigation, analysis, system design, prototyping, testing and evaluation. This research was conducted from March to September 2020 to analyze the needs for information systems in the collection, storage and exchange of digital data. Evaluation using the User Experience Questionnaire (UEQ), namely a questionnaire consisting of 26 questions with six response parameters to 50 respondents. The results of this study indicate the involvement of actors in the supply chain of hydroponic vegetables, namely farmers, collectors, processors, exporters and retailers in the traceability system prototype so that each actor and final consumer can trace the product. Utilization of blockchain for validation to improve traceability and transparency of transactions. The design of a business model uses the business model canvas, which is to examine the existing business model of the company and create a new canvas business model that is desired or recommended for the future of the company that best suits the environment and conditions of the company.