Analisis Resistensi Tanaman Cabai Mutan Hasil Penyuntingan Gen PCNA Terhadap Penyakit Daun Kuning Keriting Cabai
View/ Open
Date
2021Author
Prasetya, Wandy Murti
Suharsono
Hadiarto, Toto
Metadata
Show full item recordAbstract
Cabai (Capsicum annuum L.) merupakan komoditas pertanian yang memiliki
nilai ekonomi yang sangat tinggi. Kebutuhan komoditas cabai terus meningkat
setiap tahunnya. Hambatan dalam produksi cabai adalah penyakit tanaman yang
disebabkan oleh virus, misalnya PYLCV (Pepper yellow leaf curl virus) atau biasa
disebut penyakit daun kuning keriting. Infeksi virus kuning menyebabkan
penurunan produksi cabai hingga 70-100%. Virus ini ditularkan oleh serangga
vektor kutu kebul (Bemisia tabaci). Virus ini termasuk dalam family Geminiviridae
atau biasa disebut Geminivirus. Pengendalian secara tradisional terkait penyakit ini
dirasa masih belum sepenuhnya efisien dikarenakan masih banyaknya tanaman
yang terinfeksi. Proliferating cell nuclear antigen (PCNA) diduga merupakan
protein yang ditargetkan oleh PYLCV. Inaktivasi dari gen penyandi protein tersebut
telah berhasil dilakukan dengan pengeditan gen PCNA menggunakan
CRISPR/Cas9. Hasil dari pengeditan tersebut didapatkan mutan yang resisten
terhadap PYLCV. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis resistensi
turunan kedua (M2) dari mutan hasil pengeditan gen PCNA terhadap PYLCV.
Benih mutan M2 yang digunakan merupakan turunan dari M1 dengan kode
galur L84.2, L84.23, C47.7 dan L120.19. Infeksi pada cabai uji dilakukan di Rumah
Kaca dengan menggunakan Bemisia tabaci sebagai vektor PYLCV. PYLCV
diperbanyak di Gossypium herbaceum. Evaluasi ketahanan terhadap 60 tanaman
menghasilkan 35 tanaman yang tahan terhadap PYCLV. Analisis PCR
menunjukkan bahwa tanaman tahan tersebut tidak mengandung PYCLV. Analisis
sekuensing satu arah dilakukan pada dua tanaman tahan dan dua tanaman rentan
menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan pada gen PCNA. Tanaman M2 ini
memiliki sekuen PCNA yang sama dengan tetua non-mutan yang berarti tidak ada
mutasi pada gen PCNA. Tanaman yang tahan tersebut diduga mempunyai genotipe
heterosigot di dalam lokus PCNA. Oleh karena itu, pengurutan DNA dua arah pada
semua tanaman yang tahan perlu dilakukan.