Show simple item record

dc.contributor.advisorRauf, Aunu
dc.contributor.advisorKrisanti, Majariana
dc.contributor.advisorSumertajaya, I Made
dc.contributor.advisorMaryana, Nina
dc.contributor.authorWakhid
dc.date.accessioned2020-12-06T03:24:00Z
dc.date.available2020-12-06T03:24:00Z
dc.date.issued2020
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/104178
dc.description.abstractIndonesia merupakan salah satu negara megabiodiversitas dengan tingkat keanekaragaman hayati yang tinggi. Di antara penyumbang megabiodiversitas tersebut adalah kenekaragaman spesies yang terdapat di ekosistem perairan tawar, di dalamnya termasuk serangga akuatik. Hingga saat ini belum banyak penelitian tentang serangga akuatik dilakukan di Indonesia, terutama pada perairan lentik seperti situ. Penelitian bertujuan untuk (1) menginventarisasi dan memetakan jenis-jenis serangga akuatik yang terdapat pada habitat situ, sawah, dan sungai di wilayah Bogor, (2) mempelajari pola keanekaragaman serangga akuatik pada habitat situ, sawah, dan sungai di wilayah Bogor, dan (3) menentukan hubungan antara karakteristik lingkungan dengan struktur komunitas serangga akuatik. Penelitian dilaksanakan pada danau/situ, persawahan dan hulu sungai di wilayah Bogor, berlangsung sejak bulan Oktober 2016 hingga Juli 2019. Pengambilan sampel dilakukan secara sistematik. Pada setiap titik pengambilan sampel dilakukan pendugaan kelimpahan dan kekayaan spesies serangga akuatik serta parameter fisik-kimia air. Koleksi serangga akuatik dilakukan dengan menggunakan jaring dengan kerangka berbentuk huruf D (D-net). Pengambilan sampel serangga akuatik di habitat situ dilaksanakan pada delapan situ yaitu Situ Babakan, Situ Burung, Situ Gede, Situ Paranje, Situ Tengah, Situ Tonjong, Talaga Saat dan Talaga Warna. Koleksi serangga akuatik di setiap situ dilakukan dengan menentukan titik di setiap tepian situ dengan jarak antar titik sepanjang 100 meter. Pengambilan sampel serangga akuatik di habitat persawahan dilaksanakan pada tiga areal persawahan yaitu sawah Situgede, sawah Pandansari, dan sawah Kawungluwuk. Koleksi serangga akuatik di persawahan dilakukan dengan menentukan empat petak di setiap lokasi persawahan. Pengambilan sampel serangga akuatik pada habitat sungai dilaksanakan pada tiga hulu sungai yaitu hulu Sungai Cigamea, Ciliwung, dan Cisadane. Pengambilan sampel serangga akuatik di setiap sungai dilakukan dengan menentukan 10 titik sampel dengan jarak antar titik sepanjang 100 meter. Karakteristik fisik-kimia air pada setiap habitat dilakukan pengukuran meliputi suhu air, oksigen terlarut, kebutuhan oksigen biologis (BOD), pH, dan kekeruhan air. Analisis data yang digunakan yaitu komposisi spesies, indeks keanekaragaman, dominansi, penduga kekayaan spesies, dan teknik ordinasi, yang meliputi NMDS (nonmetric dimentional scalling), ANOSIM (analysis of similarity), analisis gerombol, PCA (principal component analysis), dan CCA (canonical correspondence analysis). Serangga akuatik yang ditemukan pada delapan situ sebanyak 12 493 ekor yang terdiri dari 90 spesies yang termasuk kedalam 32 famili dan delapan ordo. Berdasarkan tiga penduga Jackknife 2, Chao 2 dan ICE total banyaknya spesies pada kedelapan situ berturut-turut 121, 114, dan 102, atau dengan rata-rata 112.3 spesies. Hal ini menunjukkan tingkat ketuntasan penarikan sampel pada habitat situ mencapai sekitar 80%. Serangga akuatik yang paling banyak ditemukan yaitu Micronecta ludibunda dan Chironomus sp.. Berdasarkan pengelompokan taksonomi, terdapat empat ordo serangga akuatik yang mendominasi pada delapan situ yaitu Hemiptera, Odonata, Diptera, dan Coleoptera. Berdasarkan pengelompokan functional feeding group (FFG), serangga akuatik didominasi oleh piercers-herbivore dan predator. Situ dengan kekayaan spesies tertinggi yaitu di Situ Burung sebanyak 55 spesies, sedangkan yang terendah yaitu di Talaga Warna sebanyak 11 spesies. Indeks keanekaragaman tertinggi di Situ Gede sebesar 3.11, sedangkan yang terendah di Situ v Babakan sebesar 1.52. Indeks Pielou di Situ Gede dan Talaga Warna lebih tinggi dibandingkan dengan situ lainnya. Analisis ordinasi menggunakan NMDS menunjukkan terdapat dua kumpulan serangga akuatik berdasarkan komposisi spesies, yang memisahkan Situ Paranje, Talaga Saat dan Talaga Warna dengan lima situ lainnya. Selanjutnya, ANOSIM menunjukkan bahwa komposisi spesies serangga akuatik berbeda secara signifikan di antara situ (P <0.001). Hasil CCA menunjukkan bahwa serangga akuatik seperti M. ludibunda, Orthetrum sabina, Chironomus sp., Ictinogomphus decoratus dan Procladius sp. dicirikan oleh tingginya suhu dan pH air. Di persawahan di wilayah Bogor dijumpai total 45 spesies serangga akuatik yang tergolong ke dalam 20 famili dan tujuh ordo. Kekayaan spesies serangga akuatik yang paling tinggi terdapat pada persawahan di Pandansari (400 m dpl), sedangkan yang terendah terdapat pada persawahan di Kawungluwuk (830 m dpl). Kelimpahan serangga ordo Coleoptera dan Hemiptera lebih tinggi di persawahan Pandansari dan Situgede dibandingkan di persawahan Kawungluwuk. Berdasarkan pengelompokan FFG, collectors-gatherers (famili Hydrophilidae dan Chironomidae) memiliki persentase tertinggi sebesar 40-45% di ketiga areal persawahan. Selanjutnya, serangga akuatik dengan FFG piercers-herbivore (Micronectidae) ditemukan melimpah di sawah Situgede (27%) dan sawah Pandansari (34%). Empat spesies serangga akuatik yang umum ditemukan di persawahan adalah Chironomus sp., Helochares sp., Micronecta siva, dan Orthetrum sabina, yang kelimpahannya berkorelasi negatif dengan ketinggian tempat. Serangga akuatik yang ditemukan pada tiga hulu sungai sebanyak 109 spesies yang terdiri dari 52 famili dan 10 ordo. Sungai Cisadane memiliki kekayaan dan keanekaragaman tertinggi dengan 83 spesies dan nilai keanekaragaman sebesar 3.00. Serangga Hydropsyche sp. dan Cheumatopsyche sp. paling banyak dijumpai di Sungai Cigamea dan Sungai Ciliwung, sedangkan Stelnemis sp. dan Luciola sp.1 banyak ditemukan di Sungai Cisadane. Kelimpahan serangga akuatik Diptera dan Trichoptera tertinggi ditemukan pada bulan Juni. Berdasarkan cara hidupnya (habit), clinger mendominasi sekitar 60-70% di ketiga sungai. Sungai Cigamea dan Sungai Ciliwung didominasi oleh FFG collector-filterers, sedangkan di Sungai Cisadane FFG didominasi oleh predator sebanyak 44% dan collector-gatherers sebanyak 41%. Hasil NMDS menunjukkan terdapat tiga kumpulan serangga akuatik berdasarkan komposisi spesies. Selanjutnya, ANOSIM menunjukkan bahwa komposisi spesies serangga akuatik berbeda secara signifikan antar sungai (P value <0.0001). Hasil CCA menunjukkan bahwa serangga akuatik seperti Leptohyphes sp.1, Laccophilus sp., Heteroplectron sp., Stelnemis sp., Grouvellinus sp., dan Luciola sp.1 dicirikan oleh besarnya ketinggian tempat, tingginya kecepatan arus dan suhu air yang rendah. Selanjutnya, serangga akuatik seperti Hydropsyche sp., Cheumatopsyche sp., Chironomus sp., Simulium sp., Nemoura sp., dan Procladius sp. dicirikan oleh tingginya suhu air dan lebar sungai. Berdasarkan analisis sidik lintas, suhu air merupakan faktor lingkungan yang paling memengaruhi serangga akuatik baik dari jumlah taksa dan indeks keanekaragaman. Berdasarkan Indeks EPT dan indeks FBI ketiga hulu sungai masih memiliki kualitas air yang tergolong baik. Penelitian ini merupakan studi yang pertama dilakukan secara komprehensif tentang serangga air di Indonesia. Hasil penelitian diharapkan dapat menyediakan basis data keanekaragaman serangga akuatik di Indonesia. Selain itu, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi untuk mengembangkan indeks biotik danau dan sungai, serta untuk pengelolaan kesehatan ekosistem perairan.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.subject.ddcEntomologyid
dc.titleBiodiversitas Serangga Akuatik pada Berbagai Habitat Perairan di Wilayah Bogor.id
dc.typeDissertationid
dc.subject.keywordbiodiversitasid
dc.subject.keywordsawahid
dc.subject.keywordserangga akuatikid
dc.subject.keywordsituid
dc.subject.keywordsungaiid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record