Biodiversitas Serangga Akuatik pada Berbagai Habitat Perairan di Wilayah Bogor.
View/ Open
Date
2020Author
Wakhid
Rauf, Aunu
Krisanti, Majariana
Sumertajaya, I Made
Maryana, Nina
Metadata
Show full item recordAbstract
Indonesia merupakan salah satu negara megabiodiversitas dengan tingkat
keanekaragaman hayati yang tinggi. Di antara penyumbang megabiodiversitas
tersebut adalah kenekaragaman spesies yang terdapat di ekosistem perairan tawar, di
dalamnya termasuk serangga akuatik. Hingga saat ini belum banyak penelitian
tentang serangga akuatik dilakukan di Indonesia, terutama pada perairan lentik seperti
situ. Penelitian bertujuan untuk (1) menginventarisasi dan memetakan jenis-jenis
serangga akuatik yang terdapat pada habitat situ, sawah, dan sungai di wilayah Bogor,
(2) mempelajari pola keanekaragaman serangga akuatik pada habitat situ, sawah, dan
sungai di wilayah Bogor, dan (3) menentukan hubungan antara karakteristik
lingkungan dengan struktur komunitas serangga akuatik.
Penelitian dilaksanakan pada danau/situ, persawahan dan hulu sungai di wilayah
Bogor, berlangsung sejak bulan Oktober 2016 hingga Juli 2019. Pengambilan sampel
dilakukan secara sistematik. Pada setiap titik pengambilan sampel dilakukan pendugaan
kelimpahan dan kekayaan spesies serangga akuatik serta parameter fisik-kimia air.
Koleksi serangga akuatik dilakukan dengan menggunakan jaring dengan kerangka
berbentuk huruf D (D-net). Pengambilan sampel serangga akuatik di habitat situ
dilaksanakan pada delapan situ yaitu Situ Babakan, Situ Burung, Situ Gede, Situ Paranje,
Situ Tengah, Situ Tonjong, Talaga Saat dan Talaga Warna. Koleksi serangga akuatik di
setiap situ dilakukan dengan menentukan titik di setiap tepian situ dengan jarak antar titik
sepanjang 100 meter. Pengambilan sampel serangga akuatik di habitat persawahan
dilaksanakan pada tiga areal persawahan yaitu sawah Situgede, sawah Pandansari, dan
sawah Kawungluwuk. Koleksi serangga akuatik di persawahan dilakukan dengan
menentukan empat petak di setiap lokasi persawahan. Pengambilan sampel serangga
akuatik pada habitat sungai dilaksanakan pada tiga hulu sungai yaitu hulu Sungai
Cigamea, Ciliwung, dan Cisadane. Pengambilan sampel serangga akuatik di setiap sungai
dilakukan dengan menentukan 10 titik sampel dengan jarak antar titik sepanjang 100
meter. Karakteristik fisik-kimia air pada setiap habitat dilakukan pengukuran meliputi
suhu air, oksigen terlarut, kebutuhan oksigen biologis (BOD), pH, dan kekeruhan air.
Analisis data yang digunakan yaitu komposisi spesies, indeks keanekaragaman,
dominansi, penduga kekayaan spesies, dan teknik ordinasi, yang meliputi NMDS
(nonmetric dimentional scalling), ANOSIM (analysis of similarity), analisis gerombol,
PCA (principal component analysis), dan CCA (canonical correspondence analysis).
Serangga akuatik yang ditemukan pada delapan situ sebanyak 12 493 ekor yang
terdiri dari 90 spesies yang termasuk kedalam 32 famili dan delapan ordo.
Berdasarkan tiga penduga Jackknife 2, Chao 2 dan ICE total banyaknya spesies pada
kedelapan situ berturut-turut 121, 114, dan 102, atau dengan rata-rata 112.3 spesies.
Hal ini menunjukkan tingkat ketuntasan penarikan sampel pada habitat situ mencapai
sekitar 80%. Serangga akuatik yang paling banyak ditemukan yaitu Micronecta
ludibunda dan Chironomus sp.. Berdasarkan pengelompokan taksonomi, terdapat
empat ordo serangga akuatik yang mendominasi pada delapan situ yaitu Hemiptera,
Odonata, Diptera, dan Coleoptera. Berdasarkan pengelompokan functional feeding
group (FFG), serangga akuatik didominasi oleh piercers-herbivore dan predator. Situ
dengan kekayaan spesies tertinggi yaitu di Situ Burung sebanyak 55 spesies,
sedangkan yang terendah yaitu di Talaga Warna sebanyak 11 spesies. Indeks
keanekaragaman tertinggi di Situ Gede sebesar 3.11, sedangkan yang terendah di Situ
v
Babakan sebesar 1.52. Indeks Pielou di Situ Gede dan Talaga Warna lebih tinggi
dibandingkan dengan situ lainnya. Analisis ordinasi menggunakan NMDS
menunjukkan terdapat dua kumpulan serangga akuatik berdasarkan komposisi
spesies, yang memisahkan Situ Paranje, Talaga Saat dan Talaga Warna dengan lima
situ lainnya. Selanjutnya, ANOSIM menunjukkan bahwa komposisi spesies serangga
akuatik berbeda secara signifikan di antara situ (P <0.001). Hasil CCA menunjukkan
bahwa serangga akuatik seperti M. ludibunda, Orthetrum sabina, Chironomus sp.,
Ictinogomphus decoratus dan Procladius sp. dicirikan oleh tingginya suhu dan pH air.
Di persawahan di wilayah Bogor dijumpai total 45 spesies serangga akuatik
yang tergolong ke dalam 20 famili dan tujuh ordo. Kekayaan spesies serangga akuatik
yang paling tinggi terdapat pada persawahan di Pandansari (400 m dpl), sedangkan
yang terendah terdapat pada persawahan di Kawungluwuk (830 m dpl). Kelimpahan
serangga ordo Coleoptera dan Hemiptera lebih tinggi di persawahan Pandansari dan
Situgede dibandingkan di persawahan Kawungluwuk. Berdasarkan pengelompokan
FFG, collectors-gatherers (famili Hydrophilidae dan Chironomidae) memiliki
persentase tertinggi sebesar 40-45% di ketiga areal persawahan. Selanjutnya,
serangga akuatik dengan FFG piercers-herbivore (Micronectidae) ditemukan
melimpah di sawah Situgede (27%) dan sawah Pandansari (34%). Empat spesies
serangga akuatik yang umum ditemukan di persawahan adalah Chironomus sp.,
Helochares sp., Micronecta siva, dan Orthetrum sabina, yang kelimpahannya
berkorelasi negatif dengan ketinggian tempat.
Serangga akuatik yang ditemukan pada tiga hulu sungai sebanyak 109 spesies
yang terdiri dari 52 famili dan 10 ordo. Sungai Cisadane memiliki kekayaan dan
keanekaragaman tertinggi dengan 83 spesies dan nilai keanekaragaman sebesar 3.00.
Serangga Hydropsyche sp. dan Cheumatopsyche sp. paling banyak dijumpai di
Sungai Cigamea dan Sungai Ciliwung, sedangkan Stelnemis sp. dan Luciola sp.1
banyak ditemukan di Sungai Cisadane. Kelimpahan serangga akuatik Diptera dan
Trichoptera tertinggi ditemukan pada bulan Juni. Berdasarkan cara hidupnya (habit),
clinger mendominasi sekitar 60-70% di ketiga sungai. Sungai Cigamea dan Sungai
Ciliwung didominasi oleh FFG collector-filterers, sedangkan di Sungai Cisadane
FFG didominasi oleh predator sebanyak 44% dan collector-gatherers sebanyak 41%.
Hasil NMDS menunjukkan terdapat tiga kumpulan serangga akuatik berdasarkan
komposisi spesies. Selanjutnya, ANOSIM menunjukkan bahwa komposisi spesies
serangga akuatik berbeda secara signifikan antar sungai (P value <0.0001). Hasil
CCA menunjukkan bahwa serangga akuatik seperti Leptohyphes sp.1, Laccophilus
sp., Heteroplectron sp., Stelnemis sp., Grouvellinus sp., dan Luciola sp.1 dicirikan
oleh besarnya ketinggian tempat, tingginya kecepatan arus dan suhu air yang rendah.
Selanjutnya, serangga akuatik seperti Hydropsyche sp., Cheumatopsyche sp.,
Chironomus sp., Simulium sp., Nemoura sp., dan Procladius sp. dicirikan oleh
tingginya suhu air dan lebar sungai. Berdasarkan analisis sidik lintas, suhu air
merupakan faktor lingkungan yang paling memengaruhi serangga akuatik baik dari
jumlah taksa dan indeks keanekaragaman. Berdasarkan Indeks EPT dan indeks FBI
ketiga hulu sungai masih memiliki kualitas air yang tergolong baik.
Penelitian ini merupakan studi yang pertama dilakukan secara komprehensif
tentang serangga air di Indonesia. Hasil penelitian diharapkan dapat menyediakan
basis data keanekaragaman serangga akuatik di Indonesia. Selain itu, hasil penelitian
ini dapat digunakan sebagai referensi untuk mengembangkan indeks biotik danau dan
sungai, serta untuk pengelolaan kesehatan ekosistem perairan.
Collections
- DT - Agriculture [727]