dc.description.abstract | Penerapan beternak sapi dengan memanfaatkan lahan terbuka bisa
memberikan beberapa keuntungan seperti meminimalkan beberapa pengeluaran
seperti biaya operasional kandang, biaya pakan ternak, dan biaya tenaga kerja.
Berdasarkan beberapa kelebihan tersebut, maka sistem peternakan sapi pada lahan
terbuka perlu dioptimalkan manajemennya. Cara yang efektif dalam memecahkan
permasalahan tersebut adalah dengan menerapkan sistem pertanian presisi
menentukan jumlah sapi pada area pastura dengan pemanfaatan data citra. Metode
yang digunakan terbagi ke dalam beberapa tahapan mulai dari tahap proses
pengambilan data, hal yang dilakukan adalah menghitung populasi dalam kondisi
aktual secara manual, pengambilan data primer dengan menggunakan drone,
pengambilan data sekunder dengan mengunduh dari situs internet. Setelah itu,
dilanjutkan ke tahap pra pengolahan citra yang terdiri dari proses photo stitching,
pemotongan, dan penskalaan citra. Kemudian memasuki tahap pengolahan citra
yang terdiri dari proses segmentasi citra, thresholding citra, noise removal, operasi
morfologi, transformasi watershed, pendeteksian dan perhitungan objek sapi.
Setelah itu, diakhiri oleh tahapan pengolahan data dengan memperhitungkan
akurasi hasil segmentasi dengan kondisi aktualnya. Hasil penelitian ini menunjukan
adanya pengaruh antara faktor ketinggian penerbangan drone dengan tingkat
akurasi. Semakin tinggi penerbangan maka akurasinya semakin rendah karena
ukuran dan jumlah piksel yang ditangkap semakin sedikit. Sedangkan untuk
perlakuan antara pengaruh warna rambut sapi dengan akurasi menunjukan bahwa
semakin banyak corak sapi maka akan semakin menurunkan akurasinya. Hal-hal
lain yang menyebabkan penurunan akurasi adalah noise yang dihasilkan oleh objek
jalan, bangunan, dan pohon-pohon; warna rambut sapi yang hampir sama dengan
latar belakangnya; sapi yang berdempetan; dan ragamnya corak warna rambut sapi. | id |