| dc.description.abstract | Produksi ikan patin di Indonesia merupakan salah satu produsen terbesar di dunia, yang mana berkontribusi sekitar 16% dari produksi global. Akan tetapi, hampir 67% dari produksi menjadi limbah dan membuat polusi. Penanggulangan besarnya limbah dengan memprosesnya menjadi suatu produk, seperti pelumas dapat menjadi solusinya. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh suhu reaksi poliesterfikasi terhadap kualitas hasil biopelumas dan membandingkan kualitas hasil biopelumas dengan pelumas standar SNI 7069.9:2016. Metode poliesterfikasi terdiri dari beberapa tahapan yaitu ekstraksi, hidrolisis, polimerisasi, dan poliesterfikasi. Ekstraksi minyak dari limbah ikan menggunakan air aquades dengan perbandingan air dengan limbah 2:1 (v/v). Proses Hidrolisis menggunakan katalis HCl 5% dari volume minyak dan air dengan perbandingan air dan minyak 1:1 (v/v). Polimerisasi dilakukan dengan menambahkan 0,2% benzoil proksida dari berat minyak, dan produknya dipoliesterfikasi dengan etilen glikol. Perbandingan minyak dengan etilen glikol adalah 1:4 (mol/mol). Proses poliesterfikasi dilakukan pada temperatur 1350C. Yield dari biopelumas diperoleh 96,06% dengan densitas 0,903 g/cm3, viskositas pada suhu 400C adalah 39,76 cSt, viskositas pada suhu 1000C adalah 7,94 cSt, indeks viskositas 176. Titik nyala dari biopelumas masih cukup rendah (1270C) sedangkan titik tuang cukup tinggi (270C). Warna dari biopelumas cenderung merah gelap kekuning-kuningan. Sifat korosi yang ditimbulkan biopelumas cukup rendah yaitu 1A(sedikit ternoda). | id |
