Deskripsi Status Gizi Balita Di Propinsi Bali dan Nusa Tenggara Barat
View/ Open
Date
1990Author
Sukardi
Hasibuan, Krisna M
Sastrasuanda, Toto E
Metadata
Show full item recordAbstract
Salah satu masa1ah yang dihadapi Indonesia yang
menyangkut kual i. tas fisi k dan non-fisi k adal ah masalah
gizi. Masalah kurang gizi sangat kompleks karena berkaitan
dengan banyak faktor penyebab.
Anak umur dl bawah lima tahun (baJ.ita) merupakan
g010ngan yang rawan terhadap gizi.
Dalam upaya pemantauan status gizi ba1ita, telah
dilakukan Integrasi Gizi dalam Survey Sosial Ekol1omi
Nasional (Susenas) , dan Sistem Pemantauan Status Gizi
(PSG), terutama untuk masalah kurang energi protein.
Pemantauan status gizi dalam Susenas tahun 1987 telah
dapat memberikan gambaran masalah kurang energi protein di
setiap propinsi dl Indonesia. Propinsi Bali merupakan
propinsi yang paling rendah persentase status gizi kurang
dan gizi buruk untuk anak balita, sedangkan Propinsi Nus a
Tenggara Barat merupakan propinsi yang paling tinggi
persentase status gizi kurang dan gizi buruk untuk anak
ba1ita.
Pada pene1itian inl di1akukan analisls terhadap
perangkat data hasil Susenas tahun 1987, tentang status
gizi anak balita dl Propinsi Bali dan NuS a Tenggara Barat.
Dengan memanfaatkan data yang tersedta, penel i tian
ini mencoba untuk menghasilkan informasi-infc,rmasi yang
dibutuhkan dalam pY'oses pengambilan kebijakan,
perencanaan, pengel oJ. aan, dan evalLlasi program,' terutama
dalam menjabarkan program pembangunan gizi anak balita di
Propinsi Bali dan Nusa Tenggara Barat.
Beberapa peubah yang diamati adalah tingkat
pendapatan per kapita sebulan, tingkat pengeluaran per
kapita sebulan, konsumsi kalori per orang sehari, lamanya
pemberian air susu ibu kepada balita, pemberian imunisasi,
pendidikan ibu kandung, pendidikan kepala rumahtangga, dan
daerah tempat tinggal.
Untuk: meningkatkan status gizi balita di PY'opinsi
Nusa Tenggara 8arat, tnasih banyak peubah yang mempengaruhi
status gizi yang perlu mendapat perhatian untuk
ditingkatkan. Upaya peningkatan pendapatan masyarakat,
perluasan cakupan imunisasi kepada balita, say-ana dan
prasarana pendidikan di propinsi ini perlu mendapat
prioritas di bandingkan Propinsi 8ali, sehingga program
peningkatan status gizi balita dapat berhasil
seperti yang diharapkan.