Show simple item record

dc.contributor.advisorSadono, Dwi
dc.contributor.advisorHapsari, Dwi Retno
dc.contributor.authorAhmad, Jazilil Mustopa
dc.date.accessioned2019-12-30T03:54:06Z
dc.date.available2019-12-30T03:54:06Z
dc.date.issued2019
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/100686
dc.description.abstractIndonesia mempunyai sejarah panjang terkait konflik agraria yang menyertakan petani di dalamnya. Salah satunya seperti yang terjadi di Kecamatan Caringin Sukabumi di mana petani berhadapan dengan perusahaan dalam konflik agraria. Petani menganggap ada dominasi ketidakadilan di mana tanah yang mereka garap keluar surat hak guna-nya atas nama perusahaan. Ketidakadilan semakin dirasakan petani ketika perusahaan tidak menggunakan hak guna atas tanah sesuai peruntukannya, namun mengusir eksistensi petani di atas lahannya. Kondisi ini memunculkan gerakan sosial perlawanan dari petani yang dalam prosesnya banyak dipengaruhi oleh peran intelektual organik yang terdiri dari Organisasi non Pemerintah dan mahasiswa yang dibantu oleh tokoh tani lokal. Pengaruh tersebut berupa penyadaran, framing isu dan mobilisasi sumber daya. Penelitian ini bertujuan menganalisis strategi para aktor dalam proses membangun gerakan sosial dengan penyadaran melalui komunikasi dialogis, framing isu melalui komunikasi advokasi dan mobilisasi sumber daya melalui komunikasi persuasi. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan paradigma kritis guna memahami kondisi dominasi sosial yang terjadi dan menggunakan desain penelitian studi kasus instrinsik yaitu menekankan pada pemahaman yang mendalam terhadap kasus konflik agraria yang terjadi pada suatu lokasi tertentu. Penelitian dilaksanakan di Kecamatan Caringin, Sukabumi Jawa Barat. Penentuan informan dan subjek penelitian dilakukan dengan metode purposive sampling dilanjutkan dengan metode snow ball. Informan terdiri dari aktor gerakan sosial meliputi mahasiswa, LSM dan tokoh tani lokal, dan subjek penelitian adalah petani terdampak konflik. Hasil penelitian menunjukkan strategi komunikasi dialogis membawa perubahan kesadaran petani. Kesadaran petani sebelumnya dibagi dalam tiga tingkatan yaitu kesadaran magis, naif dan kritis. Strategi komunikasi yang dilakukan para aktor berbeda untuk setiap tingkatan kesadaran. Ditemukan kesadaran naif kritis dalam perjalanan gerakan sosial ini. Strategi komunikasi advokasi yang dilakukan aktor gerakan adalah dengan advokasi non-ligitasi melalui audiensi, pengerahan massa dan membangun opini publik melalui isu-isu. Advokasi non-ligitasi ini membutuhkan ruang diskusi sebagai saluran informasi kepada petani supaya petani memahami isu dan mempersepsikan opininya sendiri berdasarkan realitas yang dialami. Strategi komunikasi persuasi memperlihatkan tingkat partisipasi petani dalam gerakan sosial semakin meningkat. Aktor dalam strategi ini melakukan pendekatan yang egaliter dengan berbaur bersama petani, tidak menggurui dalam komunikasi dan tidak memaksa mereka untuk terlibat dalam gerakan.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.subject.ddcCommunication developmentid
dc.subject.ddcSocial movementid
dc.subject.ddc2018id
dc.subject.ddcSukabumi-Jawa Baratid
dc.titleKomunikasi Gerakan Sosial Petani Caringin Sukabumi dalam Konflik Agrariaid
dc.typeThesisid
dc.subject.keywordGerakan Sosialid
dc.subject.keywordKomunikasi Advokasiid
dc.subject.keywordKomunikasi Penyadaranid
dc.subject.keywordKomunikasi persuasiid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record