Karakterisasi Fosfor Tanah Sawah di Jawa Barat Hubungannya dengan Ketersediaan Fosfor dan Produktivitas Tanah
View/ Open
Date
2019Author
Susanto, Bambang
Sutandi, Atang
Sabiham, Supiandi
Anwar, Syaiful
Hartono, Arief
Metadata
Show full item recordAbstract
Permasalahan utama tanah sawah di Jawa Barat saat ini adalah produktivitasnya yang semakin turun akibat akumulasi fosfor dalam tanah. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa akumulasi fosfor tanah sawah di Jawa Barat sudah sangat tinggi dan ini menyebabkan fosfor yang dapat dimanfaatkan tanaman menjadi sedikit sehingga produktivitas tanah menurun. Akumulasi fosfor pada tanah sawah sangat terkait dengan dinamika, proses akumulasi, dan transformasi P di dalam tanah.
Penelitian ini bertujuan: 1) melakukan karakterisasi fisik tanah sawah meliputi: elevasi, curah hujan, bahan induk, tipe mineral klei, sifat kimia, status fosfor dan produktivitas; 2) melakukan fraksionasi P, menentukan faktor-faktor yang mempengaruhinya, dan mencari model hubungan fraksi P dengan sifat kimia tanah; dan 3) mengevaluasi pelepasan P pada tanah sawah berstatus P sedang dan P tinggi menggunakan bahan organik dan teknik penggenangan.
Metode penelitian yang digunakan meliputi survei lapang, analisis di laboratorium dan percobaan rumah kaca. Survei lapang dilakukan untuk pengambilan contoh tanah sekaligus melakukan karakterisasi lahan di 60 lokasi di Jawa Barat. Pengambilan contoh tanah lapisan atas sedalam 0-20 cm tiap lokasi dilakukan secara komposit mengikuti garis transek dari utara ke selatan wilayah Jawa Barat. Analisis tanah dilakukan untuk penetapan sifat kimia, fraksionasi P, mineralogi klei, dan serapan P. Percobaan rumah kaca dilakukan dalam dua tahap bertempat di Instalasi Rumah Kaca Balai Penelitian Tanah Bogor. Tahap pertama merupakan penelitian pendahuluan untuk mengetahui produktivitas tanah sawah dari 60 lokasi di Jawa Barat menggunakan tanaman indikator padi varietas Mekongga. Penelitian tahap pertama merupakan penelitian ekplorasi. Tahap kedua merupakan percobaan pelepasan P tanah sawah berstatus P sedang dan P tinggi menggunakan perlakuan pemberian bahan organik (bahan humat pabrikan dosis 15 l ha-1 dan kompos jerami dosis 2 t ha-1) yang dikombinasikan dengan perlakuan tinggi genangan (macak-macak, intermiten dengan tinggi genangan 2 cm tiap 3 hari, dan penggenangan terus menerus setinggi 4 cm). Percobaan tahap kedua menggunakan tanaman padi varietas Mekongga sebagai tanaman indikator. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok Faktorial tiga faktor (status P, bahan organik, tinggi genangan) dengan taraf masing-masing 2 (P sedang, P tinggi), 3 (tanpa bahan organik, bahan humat pabrikan 15 l ha-1, kompos jerami 2 t ha-1) dan 3 (macak-macak, intermiten tinggi 2 cm, genangan tinggi 4 cm terus menerus). Analisis statistik yang digunakan meliputi: analisis spasial , analisis korelasi, analisis klaster, uji t, analisis ragam (ANOVA), analisis komponen utama (Principle Component Analysis), dan analsisi regresi berganda stepwise.
Hasil analisis klaster menunjukkan bahwa karakteristik tanah sawah di Jawa Barat dapat dikelompokkan menjadi tiga berdasarkan elevasinya, yaitu: 1) tanah sawah yang berada pada elevasi 0-300 m dpl (SDR), 2) tanah sawah yang berada pada elevasi 300-700 m dpl (SDM), dan 3) tanah sawah yang berada pada elevasi >
700 m dpl (SDT). Beberapa sifat kimia tanah sawah pada tiga kelompok elevasi tersebut berbeda nyata, antara lain: C-organik, N-total, P HCl 25%, KTK, Fed, Ald, Feo, Alo, Alo+1/2Feo, sedangkan beberapa sifat kimia tanah yang lain tidak berbeda nyata, antara lain: kadar klei, pH, dan KB. Tanah sawah kelompok SDR didominasi bahan induk aluvium, kelompok SDM campuran bahan sedimen dan bahan volkan, dan kelompok SDT didominasi bahan volkan dan sedikit aluvium dan sedimen. Tipe mineral klei untuk ketiga kelompok tanah sawah hampir sama, didominasi smektit yang bercampur dengan illit dan vermikulit maupun smektit, illit dan kaolinit. Produktivitas tanah sawah di Jawa Barat dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu: (i) produktivitas rendah (4,2 t ha-1), (ii) produktivitas sedang (4,8 t ha-1) dan (iii) produktivitas tinggi (5,9 t ha-1). karakteristik tersebut berpengaruh terhadap fraksi P di dalam tanah.
Hasil fraksionasi P menunjukkan bahwa akumulasi P pada tanah sawah di Jawa Barat didominasi fraksi residual-P, NaOH-Po dan NaOH-Pi. Fraksi residual-P banyak dijumpai di kelompok SDM sebesar 952 ppm P dan berbeda nyata dengan yang dijumpai di kelompok SDR sebesar 319 ppm P dan kelompok SDT sebesar 294 ppm P. Demikian juga fraksi NaOH-Po dan NaOH-Pi paling banyak dijumpai pada kelompok SDM (379 dan 108 ppm P), diiukti kelompok SDT (363 dan 99 ppm P) dan terakhir kelompok SDR (195 dan 49 ppm P). Jika dilihat sebarannya per kelompok bahan induk, ketiga fraksi ini paling banyak ditemukan pada kelompok tanah sawah berbahan induk volkanik, kemudian sedimen dan terakhir aluvium. Ada tiga faktor utama yang berpengaruh terhadap distribusi fraksi P di tanah sawah, yaitu: 1) Fe dan Al oksida, 2) C-organik dan kadar klei tanah, dan 3) basa-basa dapat ditukar, terutama Cadd. Model persamaan regresi yang baik untuk mengestimasi fraksi P berdasarkan sifat-sifat kimia tanah sawah adalah model estimasi fraksi NaOH-Pi dan NaOH-Po dengan nilai R2 masing-masing sebesar 0,350 dan 0,435 dengan nilai p = 0,039 dan 0,014 untuk tanah sawah berbahan aluvium, R2 0,767 dan 0,468 dengan nilai p = 0,000 dan 0,007 untuk tanah sawah berbahan sedimen, dan R2 0,757 dan 0,711 dengan nilai p = 0,000 dan 0,000 untuk tanah sawah berbahan volkanik.
Hasil percobaan pelepasan residual-P menunjukkan bahwa perlakuan tinggi genangan (macak-macak, intermiten, genangan 4cm) dan pemberian bahan organik (bahan humat pabrikan dan kompos jerami) pada tanah sawah berstatus P sedang dan P tinggi menyebabkan terjadinya perubahan fraksi P tersedia (Resin-Pi), P labil (NaHCO3-Pi,-Po), P agak labil (NaOH-Pi,-Po, dan HCl-Pi) dan P tidak labil (Residual-P) meskipun tidak nyata. Ada korelasi yang sangat nyata antara serapan P dengan fraksi HCl-Pi (r = 0,597; p = 0,000) dan fraksi Residual-P (r = 0,684; p = 0,000) yang mengindikasikan bahwa dengan perlakuan pemberian bahan organik dan tinggi genangan pada tanah sawah berstatus P sedang dan P tinggi sudah mampu merubah sumber P agak labil (HCl-Pi) dan P tidak labil (Residual-Pi) menjadi sumber P yang lebih labil bagi tanaman Padi; adanya nilai korelasi yang negatif antara fraksi residual-P dengan NaOH-Pi dan NaHCO3-Pi (r = -0,108 dan r = -0,094), mengindikasikan adanya kecenderungan terjadi penurunan fraksi Residual-P jika fraksi NaHCO3-Pi dan NaOH-Pi meningkat, korelasi antara fraksi HCl-Pi dengan NaOH-Pi yang nyata dengan nilai r = -0,405 dan p = 0,002, artinya penurunan fraksi HCl-Pi secara nyata meningkatkan fraksi NaOH-Pi.
Collections
- DT - Agriculture [750]