Show simple item record

dc.contributor.advisorKrisantini
dc.contributor.advisorWiendi, Ni Made Armini
dc.contributor.authorAmelia, Nadia Putri
dc.date.accessioned2019-10-02T02:49:43Z
dc.date.available2019-10-02T02:49:43Z
dc.date.issued2019
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/98820
dc.description.abstractBunga kelelawar hitam (Tacca chantrieri) merupakan tumbuhan lokal wilayah tropis dan sub tropis Asia Tenggara yang memiliki rangkaian bunga yang unik, brakteanya berbentuk seperti kelelawar hitam dengan ukuran hingga ±30 cm dan memiliki kumis yang dapat tumbuh hingga ±71 cm. Penelitian tentang budidaya dan perbanyakan T. chantrieri belum banyak dilakukan, termasuk di Indonesia, karena belum banyak dikenal oleh masyarakat. Tahun 2014 - 2017 penelitian awal tentang T. chantrieri sudah dilakukan di Laboratorium Kultur Jaringan II, Departemen Agronomi dan Hortikultura IPB, mengenai perkecambahan, morfologi, proliferasi dan embriogenesis T. chantrieri. Penelitian ini bertujuan mempelajari metode produksi bibit secara cepat melalui teknik embriogenesis sel somatik dengan sumber eksplan basal plate, tangkai daun, dan daun dalam kultur jaringan pada T. chantrieri aksesi Australia. Penelitian ini terdiri atas 3 percobaan terpisah, dengan menggunakan jenis eksplan yang berbeda pada perlakuan media yang sama. Sumber eksplan adalah planlet in vitro T.chantrieri yang telah dikulturkan pada media MS13K selama 12 MSK (Minggu Setelah Kultur). Tiga jenis eksplan diujikan, basal plate (Percobaan I), tangkai daun (Percobaan II), dan daun (Percobaan III). Penelitian dilakukan dengan menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) faktorial, terdiri dari 2 faktor, yaitu faktor pertama adalah auksin yang terdiri atas 3 taraf IAA (0.0; 0.5; 1.0 mg L-1) dan 2 taraf IBA (0.5; 1.0 mg L-1). Faktor kedua adalah BA (0,0; 1.0; 2.0; 3.0 mg L-1). Percobaan dengan eksplan basal plate, perlakuan IBA 1.0 mg L-1 + BA 2.0 mg L-1 menghasilkan eksplan dengan embrio somatik per eksplan tertinggi (3.8) dalam 12 minggu. Perlakuan IAA 0.5 dan 1.0 mg L-1 berpengaruh nyata terhadap pembentukan tunas, namun tidak berbeda nyata dengan perlakuan yang lain. Perlakuan BA 2.0 mg L-1 menghasilkan eksplan dengan tunas tertinggi yaitu 2.3 tunas per eksplan. Sementara perlakuan tanpa sitokinin BA berpengaruh sangat nyata terhadap pembentukan daun (2.4) per eksplan dan planlet (1.0) per eksplan dalam 12 minggu. Eksplan tangkai daun, perlakuan BA 2.0 mg L-1 berbeda nyata dalam menginduksi kalus dibandingkan dengan konsentrasi BA lain dalam 12 minggu. Perlakuan IAA 1.0 mg L-1 + BA 3.0 mg L-1 menghasilkan eksplan dengan tunas tertinggi (0.9) per eksplan dibandingkan perlakuan lain. Sementara perlakuan tanpa sitokinin BA berpengaruh sangat nyata terhadap pembentukan daun (0.3) per eksplan dan planlet (0.1) per eksplan dalam 12 minggu. Eksplan daun tidak memberikan respon yang nyata terhadap seluruh kombinasi perlakuan.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.subject.ddcAgronomyid
dc.subject.ddcTacca chantrieriid
dc.subject.ddc2018id
dc.subject.ddcBogor-Jawa Baratid
dc.titleProduksi Bibit Klonal Tacca chantrieri Aksesi Australia melalui Embriogenesis Sel Somatikid
dc.typeUndergraduate Thesisid
dc.subject.keywordbunga kelelawar hitamid
dc.subject.keywordembriogenesisid
dc.subject.keywordsel somatikid
dc.subject.keywordTacca chantrieriid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record