dc.description.abstract | Tanaman Tacca chantrieri Andre dengan nama lokal bunga kelelawar
adalah tanaman hias herba tahunan (perenial). Selain sebagai tanaman hias, T.
chantrieri juga telah dimanfaatkan sebagai tanaman obat karena T. chantrieri
mengandung taccalonolide, chantriolide dan evelynin pada rhizome yang bersifat
cytotoxic terhadap sel kanker. Perbanyakan T. chantrieri dengan menggunakan
tunas anakan atau rhizome kurang efektif dilakukan karena produksi tunas anakan
yang relatif rendah serta pemanfaatan organ vegetatif sebagai bahan pembuatan
obat. Perbanyakan generatif dengan menggunakan biji memerlukan waktu hingga
9 bulan dan daya berkecambah benih T. chantrieri relatif rendah. Penelitian ini
bertujuan untuk mempelajari pengaruh konsentrasi IAA (Indole Acetic Acid) dan
BA (Benzyl Adenine) dalam menginduksi proliferasi tunas Tacca chantrieri Andre
aksesi Kalimantan secara in vitro dengan sistem Paper Bridge Technique.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April hingga September 2018 di
Laboratorium Kultur Jaringan 2 Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas
Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bahan tanaman yang digunakan dalam
penelitian ini adalah tunas aseptik Tacca chantrieri yang ditanam pada media
solid MS13K (MS (Murashige dan Skoog, 1962) + 0.1 mg L-1 IAA + 2.0 2ip +
2.0 CaP + 30 g L-1 gula + 7 g L-1 agar) dengan pH media 6, selama 3 bulan.
Percobaan ini disusun menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak
(RKLT) faktorial dengan 2 faktor yaitu: faktor I adalah konsentrasi IAA dengan 3
taraf meliputi 0.1 mg L-1, 0.5 mg L-1 dan 1.0 mg L-1, faktor II adalah konsentrasi
BA (Benzyl Adenin) dengan 3 taraf yaitu 1.0 mg L-1, 2.0 mg L-1 dan 3.0 mg L-1.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa interaksi perlakuan antara IAA (Indole
Acetic Acid) dengan BA (Benzyl Adenine) tidak berpengaruh nyata terhadap
seluruh peubah pengamatan. Penambahan 1.0 mg L-1 IAA menginduksi tinggi
tanaman tertinggi yaitu mencapai 3.67 cm. Penambahan 1.0 mg L-1 BA
mempercepat waktu terbentuk embrio somatik (6.8 MST), jumlah embrio somatik
pada 6 MST (1.5 embrio), waktu terbentuk tunas baru (8.8 MST), jumlah tunas
baru pada 8 MST (1.6 tunas), jumlah daun pada 12 MST (4.1 daun), jumlah akar
(3.7 akar), panjang akar (1.65 cm), jumlah tunas membentuk akar (80.6%) dan
waktu terbentuk akar (5.8 MST). Media padat menginduksi pembentukan jumlah
daun lebih baik dibandingkan dengan media cair pada 8 – 12 MST. Penambahan
air kelapa menginduksi pembentukan akar. Bobot basah dan bobot kering tunas
pada media kontrol tidak berbeda nyata dengan media perlakuan, demikian juga
Interaksi antara IAA dengan BA tidak nyata mempengaruhi bobot basah dan
bobot kering. | id |