Show simple item record

dc.contributor.advisorWahyuni, Ekawati Sri
dc.contributor.advisorSatria, Arif
dc.contributor.authorAsri, Muh
dc.date.accessioned2019-09-30T04:36:18Z
dc.date.available2019-09-30T04:36:18Z
dc.date.issued2019
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/98709
dc.description.abstractPerikanan destruktif adalah ancaman nyata keberlanjutan sumberdaya kelautan dan perikanan di Indonesia. Di tengah upaya yang dilakukan pemerintah selaku pengelola kawasan taman nasional Taka Bonerate untuk menghentikan praktik tersebut, masih saja ada nelayan di pulau tertentu yang melakukan. Untuk itu penelitian ini dipandang perlu dilakukan untuk menelusuri dan menganalisis fenomena kemiskinan nelayan dan keterkaitannya dengan praktik perikanan destruktif yang terjadi dikalangan nelayan kawasan taman nasioanal Taka Bonerate. Hasil penelitian menunjukan bahwa perikanan destruktif pada umumnya tidak dilakukan sendiri tapi secara berkelompok, yaitu 3-4 orang yang dipimpin oleh seorang juragan. Faktor pendukung maraknya praktik perikanan destruktif adalah karena besaran pendapatan yang diperoleh nelayan setiap bulan tidak berbanding lurus dengan pengeluaran, terlebih jika musim paceklik tiba maka nelayan berada dalam ancaman kemiskinan. Kondisi tersebut mendorong nelayan untuk bisa bertahan (survive) dengan cara beralih menggunakan alat tangkap lain yang lebih produktif dengan penghasilan yang lebih besar yaitu menggunakan bahan peledak (bom) atau sianida (bius). Faktor lain yang mendukung maraknya perikanan destruktif di kawasan taman nasional Taka Bonerate adalah lengahnya pengawasan dan penindakan yang tidak serius oleh aparat terkait dalam memberikan efek jera terhadap pelaku sehingga kasus ini terus saja berlangsung. Juga didukung oleh ketersedian bahan baku bahan peledak dan bahan kimia oleh nelayan untuk digunakan dalam kegiatan penangkapan. Ketersedian pasar hasil tangkapan juga memicu dan melanggengkan kegiatan perikanan destruktif karena menjadi penopang ekonomi bagi pelaku dengan membeli hasil tangkapan mereka. Faktor lainnya lagi adalah karena terjadinya konflik sumberdaya alam yang melibatkan berbagai pihak seperti pengelola kawasan, nelayan luar kawasan, nelayan ramah lingkungan dan nelayan destruktif. Konflik ini terjadi karena adanya perebutan dan klaim kepemilikan wilayah tangkapan tertentu oleh nelayan sehingga nelayan yang lain merasa dirugikan dan menimbulkan kecemburuan. Tidak adanya upaya penyelesaian terhadap konflik tersebut sehingga nelayan yang merasa dirugikan mengambil langkah tertentu untuk mengambil bagian dalam mendapatkan hasil tangkapan yang lebih banyak. Salah satu langkah yang dilakukan adalah menjadi nelayan destruktif, baik dengan menggunakan bahan peledak maupun dengan menggunakan sianida dalam kegiatan penangkapan.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.subject.ddcRural sociologyid
dc.subject.ddcdestructive fishingid
dc.subject.ddc2019id
dc.subject.ddcSulawesi Selatanid
dc.titleAnalisis sosial praktik Perikanan Destruktif (Studi Kasus di Pulaupulau Kecil Kawasan Taman Nasional Taka Bonerate Kabupaten Kepulauan Selayar).id
dc.typeThesisid
dc.subject.keywordKemiskinan nelayanid
dc.subject.keywordperikanan destruktifid
dc.subject.keywordpulau-pulau kecilid
dc.subject.keywordbom ikanid
dc.subject.keywordbius ikanid
dc.subject.keywordtaman nasional Taka Bonerateid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record