| dc.description.abstract | Ketersediaan pakan ikan merupakan hal yang penting untuk menunjang
kegiatan budidaya perikanan. Hingga saat ini bahan baku pakan akuakultur yang
ada di Indonesia merupakan produk impor sehingga selain dipengaruhi oleh
ketersediaan di negara produsen, juga dipengaruhi oleh nilai kurs di dalam negeri.
Karbohidrat memegang peranan penting dalam nutrisi ikan dan merupakan
komponen pakan yang porsinya cukup tinggi. Salah satu bahan baku lokal yang
potensial dikembangkan sebagai sumber karbohidrat adalah ampas sagu yang
merupakan limbah dari pengolahan tepung sagu. Pemanfaatan ampas sagu sebagai
bahan pakan ikan terkendala oleh kandungan serat yang cukup tinggi. Untuk itu
maka diperlukan upaya penurunan serat kasar dan peningkatan nilai nutrisi ampas
sagu, yang salah satunya dapat dilakukan dengan teknologi fermentasi. Penelitian
ini bertujuan untuk mengevaluasi metode fermentasi ampas sagu dan pengaruhnya
terhadap kandungan serat kasar, kecernaan dan pemanfaatan ampas sagu sebagai
bahan baku pakan ikan nila Oreochromis niloticus.
Penelitian ini dilakukan dalam tiga tahap yaitu fermentasi ampas sagu, uji
kecernaan ampas sagu dan uji pertumbuhan. Fermentasi dilakukan dengan tiga
perlakuan bahan fermentor, yaitu ragi tape dan ragi roti yang ditambahkan dengan
dosis masing-masing sebanyak 10 g kg-1, 20 g kg-1, 50 g kg-1, 70 g kg-1, 100 g kg-1,
dan cairan rumen domba yang ditambahkan dengan dosis 100 mL kg-1, 200 mL
kg-1, 300 mL kg-1, 500 mL kg-1 dan 1000 mL kg-1. Lama waktu inkubasi adalah 0,
24, 72 dan 96 jam. Parameter uji pada tahap ini meliputi serat kasar dan fraksi
serat ampas sagu. Pada uji kecernaan, ikan nila (25 g) ditebar dengan kepadatan
tujuh ekor akurium-1. Pada uji ini terdapat tiga perlakuan pakan yaitu pakan acuan
(100% pakan acuan), ampas sagu tidak difermentasi, AS (30% ampas sagu + 70%
pakan acuan) dan ampas sagu fermentasi, ASF (30% ampas sagu fermentasi +
70% pakan acuan) dengan empat ulangan untuk masing-masing perlakuan. Ikan
diberi pakan hingga sekenyangnya dan pengumpulan feses dilakukan selama 20
hari dengan parameter uji meliputi kecernaan bahan kering, karbohidrat, protein,
energi dan kadar glukosa darah postprandial. Selanjutnya pada uji pertumbuhan
digunakan ikan nila dengan bobot rata-rata 3.73±0.08 g yang ditebar dengan
kepadatan 15 ekor akurium-1. Pada uji ini terdapat tiga perlakuan pakan dengan
sumber karbohidrat yang berbeda yaitu gaplek (G) sebagai pembanding, ampas
sagu (AS) dan ampas sagu fermentasi (ASF). Masing-masing perlakuan dilakukan
dengan empat ulangan dengan masa pemeliharan selama 60 hari. Pada tahap ini
parameter yang diukur meliputi kinerja pertumbuhan, kinerja pemanfaatan pakan
dan gambaran darah.
Hasil penelitian pada tahap satu menunjukkan perlakuan fermentasi
dengan ragi tape 50 g kg-1 lama inkubasi 72 jam dapat menurunkan serat kasar
ampas sagu tertinggi dibandingkan fermentor lain, sehingga dipilih sebagai
metoda fermentasi yang dilakukan pada penelitian tahap berikutnya. Metoda
fermentasi ini dapat menurunkan kadar serat kasar ampas sagu sebanyak 35.76%
dari 18.76% menjadi 12.05%, menurunkan fraksi serat neutral detergent fiber
(NDF) sebanyak 32.68% dan hemisellulosa sebanyak 60.39%. Menurunnya serat
kasar diduga karena adanya kesesuaian substrat ampas sagu dengan
mikroorganisme yang ada di ragi tape sehingga proses fermentasi berlangsung dan
mikroorganisme merombak serat kasar menjadi nutrien yang lebih sederhana.
Hasil uji kecernaan menunjukkan perlakuan fermentasi pada ampas sagu
dapat secara signifikan meningkatkan nilai kecernaan bahan ampas sagu sebesar
34% dan kecernaan karbohidrat sebesar 21%, namun tidak berpengaruh terhadap
kecernaan protein dan energi. Selain itu perlakuan ASF menunjukkan nilai kadar
glukosa darah setelah makan yang lebih tinggi (134±6.00 mg dL-1) dibandingkan
perlakuan AS. Peningkatan nilai kecernaan ampas sagu difermentasi pada
perlakuan ASF diduga karena adanya konversi serat kasar oleh proses fermentasi
menjadi gula sederhana sehingga memudahkan bahan tersebut untuk dicerna dan
diserap oleh ikan.
Pada uji pertumbuhan perlakuan ASF menunjukkan nilai pertumbuhan
spesifik (3.31±0.12%), retensi protein (47.34±5.23%/hari) dan retensi lemak
(85.58±5.44%) yang lebih tinggi dibandingkan perlakuan AS (P<0.05).
Sedangkan untuk parameter tingkat kelangsungan hidup, bobot akhir dan HSI
tidak terdapat perbedaan yang nyata antar kedua perlakuan. Secara umum,
perlakuan ASF menunjukkan kinerja pertumbuhan dan pemanfaatan pakan yang
relatif sama dengan pakan dengan gaplek, kecuali retensi protein yang lebih tinggi
pada perlakuan ASF. Sedangkan pada gambaran darah yaitu eritrosit, leukosit dan
aktivitas fagositik ketiga perlakuan menunjukkan kisaran nilai yang masih kisaran
normal.
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa fermentasi
ampas sagu dengan menggunakan ragi tape pada dosis 50 g kg-1 selama 72 jam
dapat menurunkan kadar serat kasar dan meningkatkan kecernaan bahan dan
karbohidrat ampas sagu, sehingga dapat digunakan sebagai sumber karbohidrat
alternatif pada pakan ikan nila. | id |