Show simple item record

dc.contributor.advisorRimbawan, Rimbawan
dc.contributor.advisorAnwar, Faisal
dc.contributor.advisorWinarto, Adi
dc.contributor.authorNurhayati, Aprinia Dian
dc.date.accessioned2019-09-30T04:28:52Z
dc.date.available2019-09-30T04:28:52Z
dc.date.issued2019
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/98672
dc.description.abstractPemilihan makanan berdasarkan nilai indeks glikemik yang tepat dapat membantu seseorang mencapai tujuan diet sesuai kondisi masing-masing. Nilai indeks glikemik (IG) umumnya diketahui melalui pengujian metode in vivo yang membandingkan respon kenaikan kadar glukosa darah seseorang (respon glikemik) setelah mengonsumsi makanan uji yang mengandung sejumlah karbohidrat tersedia (available carbohydrate) dibandingkan dengan respon glikemik terhadap karbohidrat acuan (larutan glukosa murni atau roti putih). Pengujian IG secara in vivo memiliki beberapa keterbatasan yang menyebabkan beberapa penelitian menyarankan penggunaan metode in vitro yang lebih sederhana, cepat dan relatif murah untuk memperkirakan respon glikemik in vivo. Metode Englyst et al. (2003) dan Argyri et al. (2016) menjadi metode terpilih untuk diuji validitasnya dalam penelitian ini. Englyst et al. (2003) dipilih karena memiliki kesesuaian yang tinggi dengan respon glikemik in vivo (r2=0.54, P<0.001) serta telah banyak dirujuk oleh penelitian lainnya. Metode Argyri et al. (2016) dipilih karena memiliki beberapa perbedaan prosedur uji dengan metode Englyst et al. (2003), namun ternyata juga memiliki kesesuaian yang baik dengan respon glikemik in vivo (r2=0.736, p=0.003). Hal ini menunjukkan pentingnya dilakukan uji validasi untuk mengetahui metode yang benar-benar mampu menggolongkan pangan sesuai kategorinya pada hasil pengujian IG in vivo (indeks glikemik rendah, sedang, dan tinggi). Sampel makanan yang digunakan pada pengujian IG merupakan pangan sumber karbohidrat dengan lebih dari 80% energi pangan berasal dari karbohidrat. Nasi sebagai sumber karbohidrat dan makanan pokok bagi lebih dari setengah penduduk dunia dianggap memiliki IG tinggi yang berkontribusi dalam peningkatan kasus diabetes mellitus, khususnya di Indonesia. Hal ini menjadikan nasi sebagai sampel yang menarik untuk digunakan dalam penelitian indeks glikemik. Tujuan dari penelitian ini adalah menguji validitas metode in vitro Englyst et al. (2003) dan Argyri et al. (2016) terhadap metode in vivo dengan menggunakan nasi dari beras yang memiliki kategori indeks glikemik berbeda (rendah, sedang dan tinggi). Penelitian eksperimental dengan rancangan acak lengkap (RAL) ini mengambil sampel secara acak menggunakan simple random sampling. Beras didapatkan dari Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi) Subang, Jawa Barat. Sebanyak enam varietas beras dimasak menggunakan rice cooker. Nasi diuji kadar proksimat (protein, lemak, air, abu, karbohidrat) sesuai SNI 01-2891-1992, serat pangan total sesuai AOAC 991.43, amilosa sesuai IRRI (1971), amilopektin dan pati. Sebanyak 20 orang yang dipilih menggunakan purposive sampling berdasarkan kriteria inklusi dibagi dalam dua kelompok sebanding untuk diukur kadar gula darahnya selama 2 jam setelah mengonsumsi nasi dan larutan glukosa murni. Analisis estimasi indeks glikemik metode in vitro dilakukan sebanyak tiga kali pengulangan pada masing-masing sampel untuk mengetahui presisi metode in vitro. Pengolahan data secara deskriptif untuk menjelaskan hasil indeks glikemik yang didapat dari ketiga metode. Uji korelasi antara metode in vitro Englyst et al. (2003) dan Argyri et al. (2016) dengan hasil metode in vivo dilakukan dengan korelasi univariat. Pengujian validasi metode dilakukan menggunakan analisis RMSE (root mean square error). Analisis data dan pengolahannya menggunakan program Microsoft excel 2016, software statistical program for social science (SPSS) versi 24 dan R-statistical program. Responden mengonsumsi sampel nasi setara 50 g available carbohydrate atau berkisar antara 170.13 gram hingga 204.16 gram. Hasil pengujian in vivo menunjukkan nasi hitam Cirebon, Cisokan dan Inpara 5 tergolong berindeks glikemik sedang, sedangkan nasi Inpari 24, Sintanur dan ketan Grendel berindeks glikemik tinggi. Indeks glikemik dari enam jenis nasi apabila diurutkan dari terendah hingga tertinggi yaitu nasi hitam Cirebon (63.60+4.82), Cisokan (64.05+6.74), Inpara 5 (67.59+3.63), Inpari 24 (76.46+7.06), Sintanur (81.65+5.54) dan ketan Grendel (88.93+4.00). Metode Englyst et al. (2003) menguji sampel nasi setara 500 mg available carbohydrate atau berkisar antara 1.7012 g sampai 2.1303 g, sedangkan metode Argyri et al. (2016) menguji 250 mg available carbohydrate atau berkisar antara 0.8506 g sampai 1.0651 g. Kedua metode menggunakan enzim pepsin, pankreatin, amiloglukosidase dan asam HCl dalam proses meniru pencernaan manusia. Perbedaan kedua metode terdapat pada penggunaan enzim invertase oleh metode Englyst et al. (2003) dan penggunaan α-amilase, garam empedu, serta membran dialisis pada metode Argyri et al. (2016). Perbedaan jenis dan jumlah enzim yang digunakan berpengaruh terhadap hasil pembacaan kadar glukosa sampel yang diuji. Kadar glukosa nasi yang diukur dengan metode Englyst et al. (2003) menit ke-20 dan metode Argyri et al. (2016) menit ke-120 apabila dibuat pemeringkatan terendah hingga tertinggi menunjukkan urutan peringkat yang sesuai dengan urutan nilai indeks glikemik in vivo yaitu dimulai dari nasi hitam Cirebon, Cisokan, Inpara 5, Inpari 24, Sintanur dan ketan Grendel. Oleh karena itu, kedua metode dapat digunakan untuk memperkirakan pengkategorian indeks glikemik in vivo meski memiliki titik waktu pengambilan glukosa yang berbeda. Secara keseluruhan, metode Argyri et al. (2016) menunjukkan hasil yang lebih mendekati nilai indeks glikemik in vivo dan prosedur pengukuran yang dilakukan lebih mirip dengan proses pencernaan pada tubuh manusia, sehingga metode Argyri et al. (2016) menjadi metode yang lebih direkomendasikan dalam memperkirakan pengkategorian indeks glikemik in vivo pada sampel berupa nasi (r2=0.461, p<0.01).id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.subject.ddcNutritionid
dc.subject.ddcDieteticsid
dc.subject.ddc2018id
dc.subject.ddcBogor-Jawa Baratid
dc.titlePotensi Penggunaan Metode In Vitro dalam Memperkirakan Pemeringkatan Indeks Glikemik In Vivoid
dc.typeThesisid
dc.subject.keywordindeks glikemikid
dc.subject.keywordin vitroid
dc.subject.keywordnasiid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record