Aktivitas Antihiperglikemik Beras Analog pada Tikus Model Diabetes.
View/ Open
Date
2019Author
Noviasari, Santi
Budijanto, Slamet
Kusnandar, Feri
Setiyono, Agus
Metadata
Show full item recordAbstract
Diabetes merupakan penyakit gangguan metabolisme yang disebabkan oleh
sekresi insulin yang rendah atau resistensi insulin, menyebabkan terjadinya
hiperglikemia atau peningkatan glukosa di dalam darah. Penyakit diabetes tipe 2
(DT2) adalah kasus yang paling sering terjadi, mencapai 90-95% kasus, yang
disebabkan oleh faktor gaya hidup dan makanan/diet yang menghasilkan obesitas.
Penelitian mengenai pangan fungsional dan senyawa bioaktifnya telah banyak
dilakukan untuk pengelolaan DT2.
Beras analog merupakan beras tiruan seperti butiran beras yang dibuat dari
tepung non beras (Budijanto dan Yuliyanti 2012), dapat dikonsumsi seperti beras
putih. Beras analog berpotensi menjadi alternatif makanan pokok dengan aktivitas
antidiabetes. Pada penelitian ini digunakan bahan baku sorgum, kedelai kuning
kedelai hitam, bekatul beras hitam, dan bekatul beras hitam fermentasi. Sejauh ini
belum ada laporan mengenai efek antihiperglikemik dari beras analog.
Tujuan penelitian ini adalah: (1) Mengevaluasi kandungan komponen
bioaktif, aktivitas antioksidan dan penghambatan α-amilase bekatul beras hitam
sebagai akibat proses fermentasi oleh R. oligosporus, (2) menentukan formulasi
beras analog dari kombinasi sorgum, kedelai kuning, kedelai hitam, bekatul beras
hitam, dan bekatul beras hitam fermentasi yang memberikan karakteristik
fungsional dan aktivitas antidiabetes secara in vitro (aktivitas antioksidan, inhibisi
enzim α-amilase dan α-glukosidase) yang tertinggi, (3) mengevaluasi aktivitas
antidiabetes beras analog secara in vivo melalui pengujian kadar glukosa darah,
nilai toleransi glukosa, kadar insulin, perubahan profil lipid, nilai BUN, kreatinin,
SGOT, dan SGPT, aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD), katalase,
glutation peroksidase (GPx), dan uji histopatologi jaringan pankreas pada tikus
yang diinduksi streptozotocin.
Bekatul yang difermentasi (BF) selama 96 jam memiliki kandungan total
fenolik, flavonoid, antosianin, α-tokoferol, dan γ-orizanol yang lebih tinggi
dibandingkan bekatul non-fermentasi (BNF). BF juga memiliki aktivitas
antioksidan dan inhibisi terhadap enzim α-amilase yang lebih tinggi. Berdasarkan
hasil yang diperoleh BF berpotensi untuk dikembangkan sebagai bahan baku
pembuatan beras analog antihiperglikemik, yang dikombinasikan bersama bahan
baku lainnya.
Formulasi dari kombinasi sorgum, kedelai kuning, kedelai hitam, BNF, dan
BF mampu menghasilkan beras analog yang memiliki bentuk menyerupai beras.
Penelitian ini menghasilkan empat produk beras analog, yaitu KU (sorgum,
kedelai kuning, dan BNF), HU (sorgum, kedelai hitam, dan BNF), KF (sorgum,
kedelai kuning, dan BF), dan HF (sorgum, kedelai hitam, dan BF). Beras analog
KF dan HF yang ditambahkan BF memiliki kandungan total fenol, flavonoid,
antosianin, serat pangan, pati resisten, γ-orizanol dan α-tokoferol yang lebih tinggi,
serta daya cerna pati yang lebih rendah dibandingkan dengan formula KU dan HU
dengan penambahan BNF. Berdasarkan karakteristik fungsional, beras analog
diduga memiliki aktivitas antidiabetes. Selanjutnya keempat beras analog tersebut
diuji aktivitas antioksidan, inhibisi enzim α-amilase dan α-glukosidase secara in
vitro untuk mengetahui potensinya sebagai pangan antidiabetes.
Hasil uji in vitro menunjukkan bahwa beras analog dengan penambahan BF
memiliki aktivitas yang lebih tinggi. Aktivitas antioksidan dengan metode DPPH
tertinggi diperoleh pada beras analog HF. Aktivitas penghambatan yang tinggi
terhadap enzim α-amilase dan α-glukosidase juga diperoleh pada beras analog
dengan penambahan BF. Berdasarkan hasil uji tersebut, maka beras analog KF
dan HF dilanjutkan pada tahap berikutnya, efek antidiabetes beras analog secara in
vivo.
Tahap uji in vivo menggunakan tikus jantan Spraque dawley sebanyak 24
ekor yang berumur 10 minggu dengan berat ± 250-300 g. Tikus model diabetes
diperoleh setelah diinduksi dengan streptozotocin dosis 35 mg/Kg BB. Tikus
dibagi menjadi 4 kelompok tikus (n=6) yaitu kelompok tikus kontrol sehat (K-),
tikus kontrol diabetes dengan pakan standar (K+), tikus diabetes dengan pakan
standar dan beras analog KF 50% (PKF), dan tikus diabetes dengan pakan standar
dan beras analog HF 50% (PHF). Pemberian beras analog selama 28 hari pada
tikus diabetes menunjukkan terjadi penurunan kadar glukosa darah, meskipun
belum mencapai kadar normal. Hasil ini didukung dengan adanya peningkatan
nilai toleransi glukosa pada minggu ke-4 pengujian, yang ditunjukkan dengan
menurunnya nilai area under curve (AUC) glukosa dibandingkan dengan
pengujian pada minggu ke-0. Jumlah kadar insulin yang lebih tinggi diperoleh
pada kelompok PKF dan PHF dibandingkan dengan kelompok kontrol K+ pada
akhir masa perlakuan. Kadar insulin ini berdampak pada kemampuannya dalam
menurunkan kadar glukosa darah dan nilai AUC glukosa. Perlakuan beras analog
juga menunjukkan perbaikan profil lipid tikus diabetes. Kelompok PKF dan PHF
memiliki kadar kolesterol, trigliserida, dan LDL-k yang lebih rendah, serta nilai
HDL-K yang tinggi dibandingkan dengan kelompok K+. Selain itu juga
pemberian beras analog mampu mempertahankan fungsi ginjal dan hati tikus
diabetes. Hal ini ditunjukkan dengan rendahnya nilai BUN, kreatinin, SGOT, dan
SGPT, yang merupakan indikator tingkat kerusakan ginjal dan hati.
Pada akhir masa penelitian, aktivitas enzim antioksidan SOD, katalase, dan
GPx pada tikus diabetes yang diberikan beras analog lebih tinggi dibandingkan
dengan kelompok kontrol diabetes K+. Pengamatan secara histopatologi
menunjukkan bahwa pulau langerhans tikus kelompok PKF dan PHF lebih besar
dibandingkan dengan kelompok K+. Hal ini juga dibuktikan dengan pengukuran
diameter pulau langerhans kelompok perlakuan beras analog yang lebih besar.
Selain itu kelompok tikus PKF dan PHF juga memiliki tingkat imunoreaksi
insulin yang lebih tinggi daripada kontrol K+. Secara mikroskopi hasil pewarnaan
terlihat pembentukan warna coklat yang lebih besar dibandingkan kontrol K+.
Berdasarkan keseluruhan hasil penelitian menunjukkan bahwa beras analog
yang terbuat dari sorgum, kedelai kuning, kedelai hitam, dan bekatul fermentasi
memiliki aktivitas antidiabetes. Interaksi sinergis antara komponen-komponen
bioaktif yang terkandung pada beras analog mampu memberikan efek antihiperglikemik,
yang ditunjukkan pada penelitian ini berdasarkan metode uji in vitro dan
in vivo.