Show simple item record

dc.contributor.advisorHastuti, Dwi
dc.contributor.advisorPuspitawati, Herien
dc.contributor.authorTasqiya, Rizky Sahla
dc.date.accessioned2019-07-31T01:27:29Z
dc.date.available2019-07-31T01:27:29Z
dc.date.issued2019
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/98581
dc.description.abstractPenelitian-penelitian terdahulu menemukan bahwa kecerdasan spiritual memiliki peran positif terhadap kehidupan manusia. Kecerdasan spiritual sangat penting untuk dikembangkan pada usia remaja, karena remaja merupakan periode penuh risiko yang dapat menentukan masa depan seseorang. Kemampuan kognitif pada remaja telah memungkinkan bagi peningkatan berpikir kritis yang merupakan salah satu modal penting dalam pengembangan kecerdasan spirtual. Sebagaimana perkembangan lainnya, kecerdasan spiritual dipengaruhi oleh lingkungan tempat individu tumbuh dan berkembang. Lingkungan terdekat remaja adalah keluarga dan sekolah. Di dalam keluarga, orang tua berperan penting memengaruhi kecerdasan spiritual melalui pengasuhan spiritual dan metode sosialisasi. Adapun sekolah memiliki peran melalui kualitas lingkungan sekolah. Tujuan umum penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh karakteristik remaja, karakteristik keluarga, pengasuhan spiritual ayah, pengasuhan spiritual ibu, metode sosialisasi ayah, metode sosialisasi ibu, dan kualitas lingkungan sekolah terhadap kecerdasan spiritual remaja dengan latar belakang sekolah berbeda. Adapun tujuan khusus penelitian ini adalah 1) Menganalisis perbedaan karakteristik keluarga, pengasuhan spiritual ayah, pengasuhan spiritual ibu, metode sosialisasi ayah, metode sosialisasi ibu, kualitas lingkungan sekolah, serta kecerdasan spiritual antara remaja di SMA Negeri dan remaja di MA Negeri. 2) Menganalisis perbedaan pengasuhan spiritual dan metode sosialisasi antara ayah dan ibu. 3) Menganalisis hubungan antara pengasuhan spiritual ayah, pengasuhan spiritual ibu, metode sosialisasi ayah, metode sosialisasi ibu, kualitas lingkungan sekolah, serta kecerdasan spiritual remaja. 4) Menganalisis pengaruh karakteristik remaja, karakteristik keluarga, karakteristik sekolah, peran ayah, peran ibu, dan kualitas lingkungan sekolah, terhadap kecerdasan spiritual remaja. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional study dengan metode survei. Contoh penelitian adalah 257 remaja beragama Islam yang memiliki orang tua kandung lengkap beragama Islam, dan tinggal bersama kedua orang tua kandungnya. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2018, di Petukangan Utara, Kota Jakarta Selatan. Penelitian dilakukan dengan menggunakan self administreted. Penarikan contoh menggunakan random sampling pada SMA Negeri dan MA Negeri yang dipilih dengan cluster sampling. Analisis yang digunakan dalam penelitian adalah statistika deskriptif dan statistika inferensia. Statistika inferensia dalam penelitian ini terdiri atas 1) Uji beda T-test, digunakan untuk melihat apakah terdapat perbedaan variabel menurut jenis sekolah dan untuk melihat apakah terdapat perbedaan antara ayah dan ibu dalam pengasuhan spiritual dan metode sosialisasi. 2) Uji korelasi digunakan untuk mengetahui hubungan antar variabel. 3) SEM digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi kecerdasan spiritual remaja. Pengasuhan spiritual ayah dan pengasuhan spiritual ibu diukur menggunakan modifikasi kuesioner Pola Asuh Spiritual (Puspitasari 2016). Metode sosialisasi ayah dan metode sosialisasi ibu diukur menggunakan kuesioner yang dikembangkan berdasarkan Berns (1985). Kualitas lingkungan sekolah diukur menggunakan modifikasi kuesioner Kualitas Lingkungan Sekolah (Novita 2016). Kecerdasan spiritual diukur menggunakan kuesioner yang dikembangkan berdasarkan Zohar dan Marshall (2007), King (2008), Khavari (2001), dan kuesioner Kecerdasan Spiritual (Puspitasari 2016). Penelitian ini melibatkan partisipan sebanyak 257 remaja yang terdiri atas 139 (94 laki-laki dan 45 perempuan) pelajar SMA dan 118 (94 laki-laki dan 24 perempuan) pelajar MA. Pada remaja SMA, rataan lama pendidikan ayah 12.97 tahun dengan rentang 6-18 tahun dan rataan lama pendidikan ibu 12.44 tahun dengan rentang 6-18 tahun. Pada remaja MA, rataan lama pendidikan ayah 12.97 tahun dengan rentang 6-18 tahun dan rataan lama pendidikan ibu 12.44 tahun dengan rentang 0-18 tahun. Pendapatan keluarga per kapita SMA berada pada rentang Rp 75 000-Rp 7 500 000, dengan rata-rata Rp 1 530 000, adapun pendapatan keluarga per kapita MA berada pada rentang Rp100 000-Rp10 000 000 dengan rata-rata Rp 1 390 000. Secara keseluruhan, ayah paling banyak bekerja sebagai wiraswasta (42.4%) dan ibu paling banyak bekerja penuh mengurus rumah tangga (70.4%). Perbedaan antara remaja SMA dan MA ditemukan signifikan pada dimensi pengajaran dan pembelajaran serta dimensi struktur lingkungan. Pada dimensi pengajaran dan pembelajaran kualitas lingkungan sekolah, MA lebih baik daripada SMA. Pada dimensi sruktur lingkungan kualitas lingkungan sekolah, SMA lebih baik daripada MA. Pada pelajar SMA, rataan pengasuhan ayah terkategori sedang (76.45), rataan pengasuhan ibu terkategori tinggi (80.60), metode sosialisasi ayah terkategori sedang (73.62), metode sosialisasi ibu terkategori sedang (79.45), kualitas lingkungan sekolah terkategori sedang (73.17), dan kecerdasan spiritual remaja terkategori sedang (66.58). Pada pelajar MA, rataan pengasuhan ayah terkategori sedang (77.37), rataan pengasuhan ibu terkategori tinggi (83.29), metode sosialisasi ayah terkategori sedang (74.88), metode sosialisasi ibu terkategori tinggi (80.08), kualitas lingkungan sekolah terkategori sedang (74.19), dan kecerdasan spiritual remaja terkategori sedang (67.46). Hasil analisis menunjukkan terdapat perbedaan antara ayah dan ibu dalam pengasuhan spiritual dan metode sosialisasi. Pengasuhan spiritual dan metode sosialisasi ibu lebih baik dibandingkan ayah. Rataan pengasuhan spiritual ibu (81.83) lebih tinggi dibandingkan rataan pengasuhan spiritual ayah (76.87). Rataan metode sosialisasi ibu (79.74) juga lebih tinggi dibandingkan rataan metode sosialisasi ayah (74.20). Kecerdasan spiritual remaja dipengaruhi secara signifkan dan langsung oleh peran ibu dan kualitas lingkungan sekolah. Di sisi lain, kecerdasan spiritual dipengaruhi secara signifikan dan tidak langsung oleh karakteristik keluarga, karakteristik sekolah, dan peran ayah. Karakteristik keluarga memengaruhi kecerdasan spiritual remaja melalui peran ayah dan peran ibu. Karakteristik sekolah memengaruhi kecerdasan spiritual remaja melalui kualitas lingkungan sekolah. Peran ayah memengaruhi kecerdasan spiritual remaja melalui peran ibu.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.subject.ddcFamilyid
dc.subject.ddcParentingid
dc.subject.ddc2018id
dc.subject.ddcDKI - Jakartaid
dc.titlePeran Orang Tua dalam Pengasuhan Spiritual dan Metode Sosialisasi, Kualitas Lingkungan Sekolah, dan Kecerdasan Spiritual Remajaid
dc.typeThesisid
dc.subject.keywordremajaid
dc.subject.keywordspiritualid
dc.subject.keywordpengasuhanid
dc.subject.keywordmetode sosialisasiid
dc.subject.keywordsekolahid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record